AdabBimbingan IslamFiqh

Ketika Safar Dan Berbuka Boleh Berjima’ Di Siang Hari Ramadhan

Pertanyaan diajukan kepada syaikh bin Baz rahimahullah,

س: ما حكم من جامع في نهار رمضان وهو صائم، وهل يجوز للمسافر إذا أفطر أن يجامع أهله؟

Apa hukum bagi orang yang berpuasa melakukan jima’ di siang hari Ramadhan? Apakah boleh bagi musafir jika berbuka (tidak puasa) melakukan jima’ dengan istrinya (di siang hari Ramadhan)?

ج: على من جامع في نهار رمضان وهو صائم صوما واجبا الكفارة، أعني كفارة الظهار مع وجوب قضاء اليوم، والتوبة إلى الله سبحانه مما وقع منه. أما إن كان مسافرا أو مريضا مرضا يبيح له الفطر فلا كفارة عليه ولا حرج عليه، وعليه قضاء اليوم الذي جامع فيه؛ لأن المريض والمسافر يباح لهما الفطر بالجماع وغيره، كما قال الله سبحانه: {فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ}  وحكم المرأة في هذا حكم الرجل إن كان صومها واجبا وجبت عليها الكفارة مع القضاء، وإن كانت مسافرة أو مريضة مرضا يشق معه الصوم فلا كفارة عليها.

Jawaban:

Wajib bagi mereka yang melakukan jima’ pada siang hari Ramadhan berpuasa sebagai kafarah yaitu sebagaimana  kafarah dzihar (salah satunya yaitu puasa dua bulan berturut-turut) dan wajib juga mengqhada puasa saat itu (total wajibnya, 2 bulan berturut-turut dan 1 hari). Wajib bertaubat kepada Allah subanahu atas apa yang terjadi padanya.

Adapun jika ia adalah seorang musafir atau sedang sakit, yang sakitnya membolehkan berbuka maka tidak ada kafarah serta tidak masalah baginya (berjima’ di siang hari ramadhan). Ia wajib mengqhada puasa pada hari itu. Karena orang yang sakit dan musafir boleh berbuka (membatalkan puasa) dengan jima’ atau yang lain (misalnya makan-minum).

Allah Ta’ala berfirman,

“Barangsiapa yang sakit atau sedang dalam perjalanan maka hendaknya mengganti pada hari yang lain.”

 

Hukum wanita sebagaimana laki-laki, jika puasa tersebut wajib (puasa Ramadhan) maka wajib melakukan kafarah dan qhada. Jika wanita tersebut sedang safar atau sakit dengan rasa kesusahan untuk berpuasa, maka tidak ada kafarah (jima’ di siang Ramadhan).

(Majmu’ Fatawa bin Baz 15/308, bisa diakses juga di: http://www.binbaz.org.sa/mat/540)

 

@Pogung Lor, Yogya, 13 Ramadhan 1434 H

Penerjemah:  Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

 

silahkan like fanspage FB , subscribe facebook dan   follow twitter

 

 

 

 

 

 

10 Comments

  1. Wah! Bisa mending mengadakan perjalan biar bisa jima’ hahahhahah seharusnya puasa saja yg batal ttp bayar denda bila berjima’ disiang hari… Hati2 ulama jangan sembarangan ngambil keputusan

  2. Maaf saya mau menanyakan bagaimana hukum beronani/masturbasi bagi yg belum punya istri/suami??

  3. Bgmna jika hanya istri yg brangkat safar dan berjimak dgn suami yg tdk ikut safar… Sdgkan jam brangkat safar istri jam 1… Mreka jimak sblum brgkat safar(siang hari bln puasa)….
    Apakah hanya mngkodo?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button