Pusat Berpikir Apakah Jantung atau Otak? (Pembahasan Syariat & Medis)
Para ulama berselisih pendapat tentang pusat berpikir manusia apakah terletak pada otaknya atau pada jantungnya. Ulama yang memilih pendapat bahwa pusat berpikir manusia terletak di jantung berdalil dengan firman Allah,
لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ
“Mereka memiliki qulub tetapi tidak mereka pergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan memiliki mata tetapi tidak mereka pergunakan untuk melihat (ayat-ayat Allah), serta memiliki telinga tetapi tidak mereka pergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah).” (QS Al-A’raf : 179)
Kata قُلُوْبٌ (qulub) dalam istilah bahasa arab digunakan dalam dua makna, makna konkret yaitu jantung yang merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia dan makna abstrak yaitu hati nurani.
Dalam ayat di atas, selain menyebutkan qalbun/qulub, Allah juga menyebutkan dua organ penting lainnya yaitu mata yang berfungsi untuk melihat dan telinga yang berfungsi untuk mendengar. Dari sini bisa dipahami bahwa dalam konteks ayat di atas Allah sedang membicarakan sesuatu yang konkret. Sehingga makna qalbun dalam ayat pun dimaknai secara konkret yaitu jantung.
Oleh karena itu, para ulama mengambil kesimpulan dari ayat di atas bahwa jantung mengambil peran sebagai pusat berpikirnya manusia, sebagaimana mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar, yang kemudian orang-orang kafir tidak menggunakan ketiga organ pentingnya tersebut sebagaimana seharusnya.
Lantas bagaimana dengan organ otak yang kebanyakan dari kita memahaminya sebagai tempat berpikir? Para ulama menjawab dengan mengatakan bahwa otak berfungsi untuk menampung,mendaur, dan memproses data serta memori. Sedangkan yang mempertimbangkan dan memutuskan adalah jantung. Ibarat dalam dunia IT, otak adalah hardisk tempat menyimpan semua data, sedangkan yang menentukan atau memutuskan adalah tombol enter.
Lebih lanjut, sebagian peneliti yang mencoba melakukan penelitian tentang jantung mendapatkan hasil bahwa jantung tidak sekedar berfungsi untuk memompa darah, melainkan jantung juga memiliki kemampuan berpikir sendiri yang terpisah dari otak. Ada informasi kejadian (katanya, wallahu a’lam) seseorang mencangkok jantung orang yang sudah meninggal setelah sebelumnya depresi, setelah itu dia pun ikut depresi dan meninggal. Lalu datang orang ketiga mencangkok jantung tersebut dan dikabarkan bahwa setelah itu dia juga depresi lalu kemudian meninggal (semoga kami ada waktu luang untuk mencari kevalidan informasi ini).
(Terkait hukum transplantasi jantung orang kafir ke orang muslim, sudah kami bahas di artikel yang lain, silakan klink https://muslimafiyah.com/boleh-transplantasi-jantung-orang-kafir-ke-orang-muslim.html )
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan menyeluruh secara sains, demikian pula tentang perbedaan pendapat di tengah para ulama karena Al-Quran juga tidak menegaskan secara gamblang akan hal ini.
Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, poin utama sebenarnya yang lebih perlu diperhatikan adalah tentang bagaimana kita memperbaiki hati kita dan bagaimana kita berpikir untuk hal-hal yang bermanfaat, ketimbang harus memperdebatkan organ yang berfungsi untuk berpikir.
Artikel www.muslimafiyah.com (Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)