Tiga Patokan Akhlak Sebenarnya Seseorang
Terkadang kita melihat sekilas akhlak seseorang luar biasa sekali baiknya. Teman-temannya menilai akhlak dan muamalahnya baik. Ternyata itu belum tentu mencerminkan akhlak aslinya atau akhlak sebenarnya. Contohnya:
-Ramah, sering membantu dan terkadang mentraktir temannya, tetapi ternyata dengan istrinya ia dzalim, tidak memenuhi hak istri, sering bentak, tidak ramah di keluarga dan ada salah sedikit langsung marah dan emosi
-Ada juga yang baik, ramah, sebagai atasan ia baik dan memudahkan urusan bawahannya akan tetapi ternyata masalah muamalah harta ia khianat, bisnis sering menipu, harta umat dan orang ia korupsi dan sering menumpuk hutang
Wal’iyadzu billah
Tetapi ingat! Kita harus menilai seseorang secara dzahirnya, tidak boleh berburuk sangka
“Jangan-jangan sama istrinya dzalim” dan sebagainya
Syariat mengajarkan tiga patokan akhlak sebenarnya seseorang.
Ini digunakan untuk menilai akhlak seseorang dan sekaligus poin yang harus kita perhatikan bersama untuk muhasabah akhlak kita. Hendaknya kita punya waktu-waktu khusus untuk terus memperbaiki akhlak dengan cara berusaha mengevaluasinya secara rutin dan berkala.
Jangan kita mengaku beriman jika akhlak kita rusak dan tidak baik, karena akhlak adalah cermin keimanan seseorang sebagaimana dalam hadits.[1]
Tiga poin tersebut adalah:
1.Muamalah dengan Istrinya/ Bagaimana testimoni Istrinya
Karena yang paling baik baik akhlaknya adalah paling baik dengan Istrinya[2]
Karenanya testimoni Istri-Istri Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat baik yaitu akhlak beliau adalah Al-Quran
Bisa jadi ia baik dengan orang luar karena memang statusnya rendah di masyarakat misalnya (maaf) hanya jadi cleaning servise. Tentu akhlaknya akan baik (tidak berani macam-macam dan tidak “berulah”)
Tetapi dengan istrinya ia kasar, dzalim dan tidak menunaikan hak-hak Istri
Poinnya: akhlak seseorang bisa dilihat ketika kapan Ia berkuasa dan leluasa atau bisa saja berbuat dzalim tetapi ia mampu menahannya.
2.Muamalah ketika safar
Karena safar dahulu adalah saat-saat sulit dan sebagian dari adzab. Ketika senang semua bisa jadi teman tetapi ketika susah belum tentu semua bisa jadi teman yang baik.
Inilah yang dijadikan patokan oleh Umar bin Khattab ketika ada orang yang merekomendasikan kebaikan seseorang.[3]
Poinnya: ketika masa-masa sulit kemudia anda punya teman, itulah teman sejati anda dan itulah akhlaknya yang sebenarnya.
3.Muamalahnya dengan urusan harta
Karena harta adalah salah satu fitnah/ujian terbesar umat Islam. [4]
Bisa jadi gelap mata karena harta. Karena warisan anak dan paman bisa saling bermusuhan bahkan saling bunuh. Bisa jadi tidak amanah ketika bisnis dan berdagang. Akhlak baik dan sering membantu ternyata korupsi harta umat.
Ini juga yang dijadikan patokan Umar bin Khattab ketika ada orang yang merekomendasikan kebaikan seseorang.[5]
Semoga Allah selalu memperbaiki akhlak kita karena yang paling banyak memasukkan ke dalam surga adalah akhlak yang baik.[6]
Demikian semoga bermanfaat
@Markas YPIA, Yogyakarta tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
silahkan like fanspage FB , subscribe facebook dan follow twitter
[1] Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا
“Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, (HR At-Thirmidzi no 1162,Ibnu Majah no 1987 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 284)
[2] Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا
, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya” (HR At-Thirmidzi no 1162,Ibnu Majah no 1987 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 284)
[3] Umar bin Khattab berkata:
فَرَفِيقُكَ فِي السَّفَرِ الَّذِي يُسْتَدَلُّ بِهِ عَلَى مَكَارِمِ الأَخْلاقِ
“Apakah dia pernah menemanimu dalam safar, yang safar merupakan indikasi mulianya akhlak seseorang?” (Ibnu Hajar berkata, Dishahihkan oleh bin Sakan, ini dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil 8/260 no 2637)
[4] Rasulullah Shalallahu ‘alihi wa sallam bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ
“Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah (ujiannya) dan fitnah umatku adalah harta” (HR. Bukhari)
[5] Beliau berkata:
فَعَامِلُكَ بِالدِّرْهَمِ وَالدِّينَارِ ، اللَّذَيْنِ يُسْتَدَلُّ بِهِمَا عَلَى الْوَرَعِ
“Apakah dia pernah bermuamalah denganmu berkaitan dengan dirham dan dinar, yang keduanya merupakan indikasi sikap wara’ seseorang?” (Idem)
[6] sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ اَلْجَنَّةَ تَقْوى اَللَّهِ وَحُسْنُ اَلْخُلُقِ
“Yang paling banyak memasukkan ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Maajah dan Al-Haakim dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
Kalau akhlak sama ortu termasuk ukuran baiknya akhlak bukan?
Tapi lebih tepatnya masuk dalam berbuat bakti kepada org tua. Dan pada umumnya, seorang anak jarang ada yg berani berbuat buruk kepada orang tuanya. Berbeda kepada istri, sangat memungkinkan berbuat buruk karena merasa lebih kuat dari istrinya.
ADMIN
yang saya baru pelajari adalah akidah akhlak sementara saya mendapat tugas untuk menjelaskan tentang kaidah akhlak dan menjelaskan akidah menurut ahli..
arti dari kaidah ahlak itu apa ??
Akidah adalah keyakinan, sedangkan akhlak adalah kepribadian pada diri. Kaidah adalah aturan-aturan pokok atau pondasi dalam suatu pembahasan yang memiliki cabang-cabang di bawahnya.