AdabBimbingan IslamKisahMuamalah

Berkorban Bangkrut Tidak Punya Harta Lagi Karena Menuntut Ilmu

Luar biasa pengorbanan para ulama untuk menuntut ilmu, sampai-sampai mereka mengorbankan semua harta untuk biaya menuntut ilmu. Padahal kita tahu harta adalah salah satu ujian dunia yang sangat disenangi oleh manusia. Dan manusia pelit terhadap hartanya. Mungkin ini bisa menjadi pelajaran bagi kita bersama agar kita tidak pelit dengan harta kita untuk kebaikan kita dalam hal agama maupun untuk kebaikan orang lain. dan JANGAN kita salah beranggapan, bahwa kita harus bangkrut dulu agar menjadi ulama  atau harus bangkrut dulu baru berilmu, karena keimanan kita berbeda dengan para ulama tersebut, mereka berkeyakinan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang bertakwa.

 

Harta adalah ujian umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَإِنَّ فِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ

“Sesungguhnya masing-masing umat itu ada fitnahnya dan fitnah bagi umatku adalah harta.”[1]

Allah Ta’ala berfirman,

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

“Dan Kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan”. ( Al Fajr: 20).

Kodrat manusia sangat mencintai harta, sampai-sampai lebih berbahaya dari dua serigala terhadap kambing jika mereka tidak bertakwa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«مَا ذئبان جَائِعَانِ أُرسِلاَ في غَنَمٍ بأفسَدَ لها مِنْ حِرصِ المرء على المال والشَّرَف لدينهِ »

Tidaklah dua serigala lapar yang menghampiri seekor kambing lebih berbahaya baginya dari ambisi seseorang kepada harta dan kedudukan bagi agamanya[2]

Beliau juga bersabda,

لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ ؛ لاَبْتَغَى ثَالِثاً , وَلاَ يَمَلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ , وَيَتُوْبُ الله عَلَى مَنْ تَابَ

Seandainya anak Adam memiliki dua lembah harta; pasti ia menginginkan yang ketiga, sedangkan perut anak Adam tidaklah dipenuhi kecuali dengan tanah, dan Allah memberi taubat-Nya kepada yang bertaubat.[3]

 

Kisah para ulama yang bangkrut karena menuntut ilmu

Para ulama mencurahkan segalanya begitu juga harta mereka, sampai-sampai ada ungkapan dari  beberapa orang ulama salah satunya yaitu Syu’bah, beliau berkata,

مَنْ طَلَبَ الْحَدِيثَ أَفْلَسَ

“Barangsiapa yang menuntut ilmu hadist/belajar agama maka akan bangkrut[4]

 

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

لَا يَصْلُحُ طَلَبُ الْعِلْمِ إِلَا لِمُفْلِس

“Tidak layak bagi orang yang menuntut ilmu kecuali orang yang siap miskin/bangkrut[5]

 

Ibnu Sa’ad berkata, aku mendengar Musa bin Dawud berkata,

أفلس الهيثم بن جميل في طلب الحديث مرتين

“Al-Haitsam bin Jamil bangkrut dua kali Ketika mencari hadits.”[6]

 

Ibnu ‘Adi berkata mengisahkan tentang Yahya Ibnu Ma’in,

كان معين على خراج الري، فمات، فخلف ليحيى ابنه ألف ألف درهم، فأنفقه كله على الحديث حتى لم يبق له نعل يلبسه.

“Ma’in [Ayah Yahya Ibnu Ma’in] terkena radang tenggorokan, kemudian meninggal, ia mewariskan untuk Yahya Ibnu Ma’in sebanyak 1.000.000 dirham, maka ia habiskan seluruhnya untuk mencari hadits sampai-sampai tidak ada yang tersisa kecuali sandal yang ia pakai.”[7]

 

Abdurrahman bin Abu Zur’ah berkata, saya mendengar ayahku berkata,

بقيت بالبصرة في سنة أربع عشرة ومائتين ثمانية أشهر وكان في نفسي أن أقيم سنة فانقطع نفقتي فجعلت أبيع ثياب بدني شيئا بعد شيء حتى بقيت بلا نفقة

“Aku menetap di Bashrah pada tahun 214 Hijriyah. Sebenarnya aku ingin menetap di sana selama setahun. Namun perbekalanku telah habis dan terpaksa aku menjual bajuku helai demi helai, sampai akhirnya aku tidak punya apa-apa lagi.”[8]

 

Demikian semoga bermanfaat

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam

 

@Pogung Lor, Yogyakarta Tercinta

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

 

silahkan like fanspage FB , subscribe facebook dan   follow twitter

 

 


[1] HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibni Hibbân dalam shahihnya

[2](HR Tirmidzi no. 2376, ia berkata: hasan shahih, Ahmad: 3/656

[3] HR. Bukhari no.6436, Muslim no.1049

[4] Jaami’u bayaanil ‘ilmi wa fadhlihi  I/410 no.597, Darul Ibnu Jauzi, cet.I, 1414 H, syamilah

[5] Al-Jami’ liakhlaqir rawi,  1/104 no.71, Maktabah Ma’arif, Riyadh, Syamilah

[6] Rihlah fi thalabil hadits hal. 205, Darul Kutub Al-‘Ilmiyah, Beirut, cet.I, 1395 H, Syamilah

[7] Siyar A’lam An-Nubala 21/85, Muassasah Risalah, syamilah

[8] Tarikh Baghdad 2/74-75, Syamilah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button