Sama Amalnya Tapi Beda Besar Pahalanya
[Rubrik: Sekedar Sharing]
Kami misalkan ada tiga orang, sebut saja si A, si B, dan si C, ketiganya berwudhu dengan tata cara wudhu sesuai sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Si A baru saja belajar berwudhu dengan melihat kawannya,
sedangkan si B sudah mulai membaca dalil-dalil tentang tata cara berwudhu yang benar,
kemudian si C sudah menghafal dalil dan mempelajari keterangan-keterangan ulama lebih jauh tentang penjelasan tata cara wudhu sesuai sunnah.
Jika kita perhatikan, tentu gerakan wudhu yang mereka bertiga praktekkan tentu sama, kalaupun ada perbedaan hanya sedikit saja. Tetapi ternyata pahala yang mereka dapatkan bisa berbeda, mengapa demikian? Dikarenakan kadar ilmu yang mereka miliki akan amalan tersebut.
Si C lebih layak mendapatkan pahala lebih karena lebih menghafal dalilnya, lebih mempelajari penjelasan hadits-haditsnya sehingga dia lebih sempurna dalam mempraktekkan gerakan-gerakan wudhu tersebut.
Dari sini kita memahami bahwa boleh jadi amalan tersebut sama namun pahala yang didapatkan berbeda. Pertama, disebabkan karena keikhlasan yang berbeda. Kedua, disebabkan kadar ilmu yang dimiliki yang berbeda. Semakin ikhlas seorang hamba ketika beramal, semakin besar pahala yang dia dapatkan. Oleh karena itu, pada sisi ini tidak ada yang bisa menandingi amalan para sahabat disebabkan besarnya keikhlasan dan keimanan mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى ، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ
“Janganlah kalian mencela sahabatku. Seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas semisal gunung Uhud, maka itu tidak bisa menandingi satu mud infak sahabat, bahkan tidak pula separuhnya.” (HR. Bukhari, no. 3673 dan Muslim, no. 2540)
Demikian pula semakin tinggi pemahaman seorang hamba terhadap suatu amalan, semakin sesuai sunnah amalannya, maka semakin sempurna amalan yang dia praktekkan. Sehingga semakin besar pula pahala yang dia dapatkan. Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ
“(Allah) Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS Al-Mulk : 2)
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan yang terbaik amalannya adalah,
أَخْلَصُهُ وَأَصْوَبُهُ
“Yang paling ikhlas dan paling sesuai sunnah.” (Tafsir Al-Baghawi, 8/176)
Allah tidak mengatakan أَكْثَرُ عَمَلًا (yang paling banyak amalannya), karena yang menjadi patokan di sisi Allah adalah اَحْسَنُ عَمَلًا (amal yang terbaik). Oleh karena itu, teruslah belajar dan menuntut ilmu karena cara yang paling baik untuk memperbaiki amalan adalah dengan ilmu. Semakin baik amalan maka semakin besar pahala yang didapatkan.
Artikel www.muslimafiyah.com (Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)