Faidah Ringkas

Hidup Berorientasi Akhirat & Ikhlas, Insya Allah Sukses di Dunia

[Rubrik: Faidah Ringkas]

Seseorang yang menjadikan dunia sebagai tujuan hidup lalu mengesampingkan urusan akhiratnya maka Allah akan menjadikan urusan dunianya berantakan dan selalu diliputi kegelisahan. Berbeda dengan orang yang menjadikan kehidupannya berorientasi akhirat, tujuan hidupnya adalah sukses di akhirat, maka sukses di dunia pasti akan mengikuti.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.

“Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Sedangkan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR Ibnu Majah, no. 4105)

Banyak sifat-sifat yang diperintahkan oleh syariat yang tentulah orientasinya adalah akhirat, namun jika dipraktikkan dalam urusan dunia niscaya akan membuahkan kesuksesan di dunia. Syariat memotivasi untuk bekerja keras, hal ini pula yang menjadi kunci kesuksesan di dunia. Bersikap amanah, tepat waktu, mudah membantu orang lain, semua sifat-sifat ini adalah pendorong kesuksesan-kesuksesan dunia yang asalnya adalah orientasi akhirat.

Orientasi akhirat hanya milik orang beriman dan bertakwa. Dengan itu Allah akan memudahkan urusannya, Allah akan memberikan kekayaan di dalam hatinya, Allah akan menanamkan kebahagiaan yang tidak bisa dirasakan oleh orang terkaya sekalipun di dunia. Para salaf berkata,

لَوْ يَعْلَمُ المُلُوْكُ وَأَبْنَاءُ المُلُوْكِ مَا نَحْنُ فِيْهِ لَجَلِدُوْنَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوْفِ

“Seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan yang ada di hati kami ini, tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang (untuk merebutnya).” (Rawai’ut Tafsir Ibnu Rajab 2/134)

Tetapi kebahagiaan tersebut tidak bisa direnggut, karena itu adalah kebahagiaan yang letaknya di hati.

Artikel www.muslimafiyah.com (Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button