Bagaimana Ibadahnya orang Bisu dan hermaprodite (biseksual)?
Ketika berdzikir baik shalat atau berdoa, kemudian ketika membaca AL-Quran maka disyaratkan agar bibir bergerak dengan suara sirr (ada suara tetapi pelan dan hanya kita sendiri yang mendengar atau orang disamping kita). Sebagaimana Firman Allah Ta’ala dalam Al-Quran,
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (berdzikir/ membaca Al Qur’an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya .” (AL-Qiyamah: 16)
Ibnu Rusyd menukilkan,
عن الإمام مالك رحمه الله أنه سئل عن الذي يقرأ في الصلاة ، لا يُسْمِعُ أحداً ولا نفسَه ، ولا يحرك به لساناً . فقال :
” ليست هذه قراءة ، وإنما القراءة ما حرك له اللسان ” انتهى .
“Imam Malik rahimahullah ditanya mengenai orang yang membaca dalam shalat (termasuk berdzikir), suaranya tidak didengar oleh seorangpun dan tidak juga dirinya, ia tidak menggerakkan lisannya, maka Imam Malik berkata,
“Ini bukan termasuk membaca (berdzikir), berdzikir itu dengan menggerakkan lisan”[1]
Mengenai berdzikir harus menggerakkan bibir silahkan baca: Menggerakkan Bibir Ketika Berdoa Dan Berdzikir (Mulut dan Bibir Tidak Diam)
Syaikh Prof. Abdullah bin Jibrin rahimahullah ditanya,
هل هؤلاء الأشخاص مطالبون بالعبادة كالأصحاء: مقطوع اللسان – الأصم – مقطوع اليدين – الخنثى المشكل ؟
Apakah orang yang lisannya terpotong (Bisu) dituntut untuk beribadah sebagaimana orang sehat? Bagaiman ibadah orang biseksual yang belum jelas kelaminnya?
جـ – نعم إذا وجد سبب التكليف، وهو العقل والفهم والإدراك، فيطالبون بالطهارة حسب القدرة، وبالصلاة، والصوم، والحج مع الاستطاعة، ويمنعون من المحرمات: كالزنا والمسكرات والسرقة والربا وشهادة الزور. وكذا الشرك والكفر والقتل ونحو ذلك، لكن مقطوع اللسان يقرأ بما يقدر عليه وينطق بالشهادة حسب استطاعته، والأصم يخاطب بالإشارة، ويفعل العبادات التي يفهم المراد بها بالإشارة والرؤية. وأما الخنثى فهو مكلف بما يلزم الإنسان من العبادات والمعاملات، لكن لا يصلح كونه إماما في الصلاة للرجال ولا نكاحه قبل تبين أمره، والله أعلم
Jawaban:
Iya (mereka dibebankan juga), jika ada sebab taklif (pembenanan syariat) yaitu berakal, baligh dan bisa memahami. Mereka dituntut untuk thaharah (bersuci) sesuai untuk shalat dengan kemampuan, begitu juga puasa, haji bersama dengan kemampuan. Menjauhkan diri dari yang diharamkan seperti zina, mabuk, mencuri, riba dan persaksian palsu. Demikian juga kesyirikan, kekafiran, pembunuhan dan lain-lain
Akan tetapi bagi yang terpotong lidahnya (bisu) ia membaca sesuai dengan kemampuan begitu juga bersyahadat sesuai dengan kemampuan. Orang bisa berbicara dengan isyarat dan melakukan ibadah-ibadah yang dipahami maksudnya dengan isyarat dan kode.
Adapun orang biseksual (hermaprodite), maka diberi beban syariat juga sebagaimana manusia dalam ibadah dan muamalah. Akan tetapi ia tidak layak menjadi imam dalam shalat untuk laki-laki, tidak layak juga untuk menikah sebelum jelas pekaranya (jelas kelaminnya).[2]
Untuk orang yang biseksual (hermaprodite=memiliki alat kelamin ganda atau belum jelas kelaminnya) maka perlu selidiki apakah ia lebih condong ke arah laki-laki atau perempuan. Kami sudah bahas dalam tulisan:Hermaproditisme (Memiliki Dua Alat Kelamin)
@FK UGM-Yogya, 13 Rajab 1434 H
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
silahkan like fanspage FB dan follow twitter