Kesehatan Islam

Cara Pecinta Teori Konspirasi Mencuci Otak agar Tidak Percaya kepada Ilmuan

Pertama:

Mengungkit-ungkit kesalahan pemerintah dan membuat masyarakat tidak percaya kepada pemerintah, serta mengangkat begitu banyak konspirasi bisnis dan militer, lalu menggiring opini agar tidak percaya kepada ilmuwan—bahwa para ilmuwan juga melakukan konspirasi untuk menipu manusia.

Sikap kita terhadap pemerintah adalah: jika mereka benar, kita taati dan dukung. Namun jika pemerintah salah, jangan didukung atau dijilat, tetapi dinasihati dengan cara yang telah diatur oleh syariat.

Oleh karena itu, kita lihat video dan postingan mereka isinya juga dipenuhi konspirasi bisnis, militer, dan sebagainya. Komunitas flat earth tiba-tiba menjadi ahli konspirasi vaksin dan wabah COVID, dan sebaliknya.

Sebenarnya, apabila ingin menjelaskan bahwa bumi itu datar, cukup dijelaskan secara ilmiah saja. Misalnya:

  1. Tunjukkan foto nyata batas bumi di pinggir.
  2. Siapa saja yang sudah sampai ke batas bumi di pinggir.
  3. Bagaimana arah kiblat yang keliru dalam peta bumi datar (seharusnya mereka mengganti arah shalat sekarang sesuai dengan keyakinan mereka, jika tidak, maka shalatnya tidak sah).
  4. Seharusnya pesawat dan kapal laut nyasar karena menggunakan rute bumi bulat. Mereka harus bisa menjelaskan ini.
  5. Dan lain-lain.

Tanpa perlu menjelaskan konspirasi ekonomi, militer, dan sebagainya. Konspirasi bisnis dan militer yang saling ingin menguasai serta mendominasi satu sama lain memang ada, dan itu adalah sifat dasar manusia sejak dahulu kala.

Cara kedua:

Dengan mengusung dan menyebarkan pendapat beberapa ilmuwan yang “nyeleneh”, atau bahkan bukan ilmuwan tapi mengaku-ngaku sebagai ilmuwan. Semua jenis profesi pasti ada oknum yang berpendapat aneh-aneh dan di luar kompetensinya.

Cara ketiga:

Dengan “membawa-bawa agama”. Misalnya, konspirasi vaksin di Indonesia disebut sebagai konspirasi Yahudi untuk menghancurkan umat Islam. Terbaru, disebut sebagai konspirasi komunis Cina untuk menghancurkan umat Islam. Di India dianggap konspirasi untuk menghancurkan umat Hindu (karena vaksin mengandung enzim sapi). Di Barat, vaksin juga dianggap sebagai bentuk Islamisasi karena menggunakan label halal.

Cara keempat:

Dengan mengungkit-ungkit ilmuwan yang ajarannya bertentangan dengan Islam, lalu menggeneralisasi bahwa semua ilmuwan itu anti-Islam atau ajarannya ngawur dan tidak sesuai dengan Islam (lagi-lagi “bawa-bawa agama”).

Kami contohkan, misalnya Darwin dengan teori evolusi, dan teori Big Bang.

Mereka akan menggiring opini dan menggeneralisasi bahwa jika kita percaya kepada ilmuwan, maka berarti kita percaya dengan teori Darwin. Atau jika percaya kepada NASA, berarti kita percaya bahwa alam ini bukan ciptaan Allah, melainkan terjadi secara kebetulan dengan teori Big Bang.

Berikut penjelasannya:

Sebagaimana dalam agama, ada ustadz atau ulama yang terjatuh dalam kesalahan berpendapat (tergelincir), atau ada juga yang “sengaja tergelincir terus”. Tetapi kita tidak menggeneralisasi bahwa semua ustadz atau ulama seperti itu. Patokannya adalah Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman sahabat.

Begitu juga dengan ilmuwan. Ada yang demikian, dan kita tidak menggeneralisasi semuanya seperti itu. Patokannya adalah penelitian, jurnal ilmiah, dan textbook yang telah banyak diakui oleh ilmuwan dunia—baik muslim maupun non-muslim—serta bukti-bukti teknologi yang sudah dinikmati manusia saat ini seperti satelit komunikasi, pesawat, dan rute penerbangan berdasarkan bumi bulat, dan lain-lain.

Apabila ada sains yang nyata-nyata bertentangan dengan syariat, tentu kita memilih syariat. Seperti teori evolusi manusia dari kera, ini tidak benar.

Pecinta teori konspirasi berusaha “mencuci otak”, agar manusia tidak percaya kepada jutaan ilmuwan di dunia sejak zaman dahulu hingga sekarang (baik muslim maupun non-muslim). Padahal para ilmuwan sudah sepakat:

  1. Bumi itu bulat (bahkan ada ijma’ ulama seperti Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Hazm, telah kami bahas dalam tulisan kami).
  2. Wabah dan vaksin itu bermanfaat (kami telah menulis buku dan artikel tentang ini).
  3. Dan lain-lain.

Catatan: Kita tidak anti-konspirasi secara total. Konspirasi itu ada, semisal konspirasi Yahudi di zaman Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Demikian, semoga bermanfaat.

Penulis: dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK

Artikel: www.muslimafiyah.com

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button