Faidah Ringkas

Karamah Wali Allah Itu Insidental, Tidak Bisa Sengaja Dipertontonkan Berkali-kali

[Rubrik: Faidah Ringkas]

Banyak orang berkata bahwa wali adalah orang yang memiliki kemampuan luar biasa seperti berjalan di atas air, bisa terbang, atau keajaiban-keajaiban lainnya. Bahkan ada pula yang berkata bahwa wali itu tidak perlu lagi menjalankan syariat agama karena telah mencapai level teratas dalam agama.

Yang tepat dalam hal ini, wali Allah adalah orang-orang yang menjalankan ketaatan kepada Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah. Merekalah wali Allah yang sejati, meskipun tidak memiliki kemampuan-kemampuan ajaib di luar kebiasaan manusia. Allah telah mendefinisikan wali-Nya dalam firman-Nya,

مَا كَانُوا أَوْلِيَاءَهُ إِنْ أَوْلِيَاؤُهُ إِلَّا الْمُتَّقُونَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan mereka (kaum Musyrikin) bukanlah wali-wali Allah. Wali-wali Allah hanyalah orang-orang yang bertakwa. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 34)

Di antara wali Allah tersebut, ada yang diberi kemampuan di luar kebiasaan manusia sebagai pemuliaan untuk mereka. Itulah salah satu aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang perlu diyakini. Sebagaimana para Rasul punya mukjizat untuk melemahkan hujjah bagi orang-orang kafir yang meragukannya, maka sebagian wali Allah dimuliakan dengan karamah untuk menegakkan agama Allah.

Sahabat Khalid bin Walid pernah meminum racun tetapi racun itu tidak membahayakan beliau, demikian pula Al-Ala’ bin Al-Hadhrami yang pernah menunggang kudanya berjalan di atas air. Ini adalah contoh karamah wali Allah.

Karamah-karamah yang muncul dari para wali Allah tidak untuk dipertontonkan, karena karamah hanya datang sekali saja tanpa direncanakan. Karamah murni pemberian Allah bagi siapa yang dikehendakiNya untuk menguatkan keimanannya dan keimanan orang-orang yang menyaksikan kejadian luar biasa tersebut.

Oleh karena itu, jika kita menelaah sejarah para pendahulu kita, karamah lebih banyak terjadi di zaman tabiin dan tabiut tabiin dibandingkan zaman para sahabat, padahal secara umum keimanan para sahabat itu lebih tinggi dari orang-orang yang datang setelah mereka.

Artikel www.muslimafiyah.com (Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button