Ketika Mendengar Ayam Berkokok, Anjing Mengonggong Dan Ringkikan Keledai Malam Hari
Terkadang kita tidak terlalu memperhatikan atau menganggap biasa saja/sepele jika kita mendengarnya, akan tetapi syariat yang sempurna ini telah mengatur dan memberi petunjuk ketika kita mendengar suara-suara ini.
Ketika mendengar anjing mengonggong dan ringkikan keledai malam hari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمْ نُبَاحَ الْكِلاَبِ وَنَهِيْقَ الْحَمِيْرِ بِاللَّيْلِ، فَتَعَوَّذُوْا بِاللهِ فَإِنَّهُنَّ يَرَيْنَ مَا لاَ تَرَوْنَ.
‘Apabila kalian mendengar gonggongan anjing dan ringkikan keledai pada malam hari, maka mintalah perlindungan (ta’awwudz) kepada Allah, karena mereka melihat sesuatu yang tidak kalian lihat’.” [1]
Syaikh Al-Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan,
أي اعتصموا به منه بأن يقولأحدكم أعوذ بالله من الشيطان الرجيم أو نحو ذلك من صيغ التعوذ فإنه أي الحمار رأى شيطانا
“Berlindunglah kepada Allah, misalnya dengan mengucapkan “A’udzu billahi minas syaithanir raajim” atau yang lainnya dari lafadz ta’awwudz. Karena keledai tersebut melihat syaitan”[2]
Berkata qadhi ‘Iyadh rahimahullah,
قال عياض وفائدة الأمر بالتعوذ لما يخشى من شر الشيطان وشر وسوسته فيلجأ إلى الله في دفع ذلك
“Faidah dari perintah agar ber-ta’awwudz karena dikhawatirkan kejelakan/kejahatan dari syaitan dan was-was, maka segeralah berlindung kepada Allah untuk mencegah hal tersebut.”[3]
Ketika mendengar Ayam berkokok
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمْ نُهَاقَ الْحَمِيْرِ، فَتَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِنَّهَا رَأَتْ شَيْطَانًا. وَإِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ، فَاسْأَلُوا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ، فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا.
“Apabila kamu mendengar ringkikan keledai, maka mintalah perlindungan (ta’awwudz) kepada Allah dari godaan setan, karena dia melihat setan. Dan apabila kamu mendengar ayam jantan berkokok, maka mintalah karunia Allah (berdoalah), karena dia melihat malaikat.”[4]
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata,
وللديك خصيصة ليست لغيره من معرفة الوقت الليلي
“Ayam (jenis diik) mempunyai kekhususan yang tidak ada pada yang lainnya yaitu mengetahui waktu-waktu malam.”[5]
Ad-dawudi Berkata,
يتعلم من الديك خمس خصال : حسن الصوت ، والقيام في السحر ، والغيرة ، والسخاء ، وكثرة الجماع
“diketahui dari Ayam (jenis diik) lima sifat: suara yang bagus, bangun di waktu malam, rasa cemburu, berlapang dada dan banyak berjima’.”[6]
Qadhi ‘Iyadh berkata,
كأن السبب فيه جاء تأمين الملائكة على دعائه واستغفارهم له وشهادتهم له بالإخلاص والتضرع
“seolah-olah sebabnya adalah adanya pengaminan malaikat (malaikat mengaminkan) terhadap doa dan memintakan pengampunan bagi mereka yang ikhlas dan sukarela.”[7]
Bandara Juanda Surabaya
4 Shafar 1434 H
penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
[1] Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no. 29797; Ahmad 3/306 dan 355; Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no. 1234
[2] Tuhfatul Ahwadzi 9/300, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah, Beirut, syamilah
[3] Fathul Baari Ibnu hajar AL-Asqalani, 6/353, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, syamilah
[4] HR. Bukhari no. 3303 dan Muslim no. 2729.
[5] Fathul Baari Ibnu hajar AL-Asqalani, 6/353, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, syamilah
[6] idem
[7] Tuhfatul Ahwadzi 9/300, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah, Beirut, syamilah