Nabi Isa ‘alaihissalam Masih Hidup atau Sudah Meninggal
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan, “Nabi Isa ‘alaihissalam hidup di langit dan belum mati. Ketika Nabi Isa ‘alaihissalam turun dari langit, beliau berhukum dengan Al-Quran dan Sunnah, bukan sesuatu yang menyelisihi Al-Quran dan Sunnah.”
Syaikhul Islam juga menjelaskan, Nabi Isa ‘alaihissalam masih hidup. Terdapat dalam hadits shahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لَيُوْشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ عَليهِ السَّلام حَكَمًا عَدْلاً، فَيَكْسِرَ الصَّلِيْبَ، وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيْرَ، وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ، وَيَفِيْضَ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ.
“Dan demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sudah dekat saatnya di mana akan turun pada kalian (‘Isa) Ibnu Maryam ‘alaihissallam sebagai hakim yang adil. Dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus jizyah (upeti/pajak), dan akan melimpah ruah harta benda, hingga tidak ada seorang pun yang mau menerimanya.” (HR Bukhari, no. 3448)
Diriwayatkan juga dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فَيَنْزِلُ عِنْدَ الْمَنَارَةِ الْبَيْضَاءِ شَرْقِي دِمَشْق
“Ia turun di menara putih di sebelah timur Damaskus.” (HR. Muslim no. 2937)
Hadits ini mengisyaratkan bahwa Nabi Isa masih hidup ruh dan jasadnya sekaligus, dan kelak akan diturunkan untuk menjalankan misi membunuh Dajjal. Berbeda dengan manusia yang sudah terpisah antara ruh dan jasadnya, ketika dihidupkan maka dia akan dibangkitkan dari kuburnya, bukan diturunkan dari langit.
Pada peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu dengan beberapa Nabi di langit, salah satunya adalah Nabi Isa ‘alaihissalam. Saat itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu dengan Nabi Isa ‘alaihissalam jasad dan ruhnya sekaligus, sedangkan dengan Nabi-Nabi yang lain hanya ruhnya saja, sedangkan jasad mereka masih ada di bumi.
Lantas bagaimana dengan firman Allah,
اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا
“Wahai Isa, sesungguhnya Aku mengambilmu, mengangkatmu kepada-Ku, menyucikanmu dari orang-orang yang kufur.” (QS Ali ‘Imran: 55)
Maka ayat ini bukan bermaksud mewafatkan dalam makna mematikan Nabi Isa, karena jika itu yang dimaksud maka Nabi isa tak ubahnya seperti kaum mukminin yang lain, sehingga tidak memiliki kekhususan dalam perkara ini.
Para ulama mengatakan, kalimat اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ maksudnya adalah “aku mengambilmu, jasad dan ruhmu sekaligus”. Kata التَّوَفِّيْ tidak serta merta bermakna mewafatkan ruh saja tanpa badan, tidak pula bermakna mewafatkan ruh dan badan sekaligus, kecuali adanya indikator lain yang membawa ke salah satu makna tersebut. Bahkan terkadang maknanya adalah tidur, sebagaimana firman Allah,
اَللّٰهُ يَتَوَفَّى الْاَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا
“Allah menggenggam nyawa (manusia) pada saat kematiannya dan yang belum mati ketika dia tidur.” (QS Az-Zumar: 42)
Demikian juga firman Allah,
وَهُوَ الَّذِيْ يَتَوَفّٰىكُمْ بِالَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيْهِ لِيُقْضٰٓى اَجَلٌ مُّسَمًّىۚ
“Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian, Dia membangunkan kamu padanya (siang hari) untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan.” (QS Al-An’am: 60)
Artikel www.muslimafiyah.com (Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)