Seluruh Nabi Pernah Menjadi Penggembala Kambing
[Rubrik: Faidah Ringkas]
Salah satu persamaan yang unik pada semua Nabi adalah mereka semua pernah menjadi penggembala kambing, apakah itu di masa kecilnya atau di masa dewasanya, tak terkecuali junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau melakukan itu untuk membantu perekonomian sang Paman, Abu Thalib. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ
“Setiap Nabi yang Allah utus pastilah pernah menggembalakan kambing.” Para sahabat berkata, “Apakah engkau juga demikian, wahai Rasulullah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Ya, saya dulu menggembalakan kambing-kambingnya orang Mekkah agar dapat upah dari mereka.” (HR Bukhari no. 2262)
Meski sebagian Nabi tumbuh besar di tengah keluarga yang kaya, namun Allah tetap mentakdirkannya untuk menggembalakan kambing. Seperti Nabi Musa ‘alaihissalam yang dibesarkan di istana Fir’aun yang penuh kememawahan dan kekayaan. Namun di kemudian hari, Allah mentakdirkan beliau terusir dari Mesir lalu melarikan diri ke negeri Madyan. Setibanya di Madyan, beliau bertemu dengan salah satu penduduk negeri itu yang kemudian menikahkan Nabi Musa ‘alaihissalam dengan putrinya, dengan mahar menggembalakan kambing selama 8 atau 10 tahun.
Allah menjadikan setiap Nabi sebagai penggembala kambing agar tertanam pada diri mereka akhlak-akhlak mulia berupa kelemahlembutan, kerendahan hati, kemandirian, dst. Allah juga memberikan latihan sejak dini agar kelak para Nabi siap untuk mengurusi umatnya masing-masing, mampu bersabar menghadapi umatnya yang berbeda-beda perangai, akal, dan kemampuannya.
Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata,
قَالُوا وَالْحِكْمَةُ فِي رِعَايَةِ الْأَنْبِيَاءِ صَلَوَاتُ اللَّهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِمْ لَهَا لِيَأْخُذُوا أَنْفُسَهُمْ بِالتَّوَاضُعِ وَتَصْفَى قُلُوبُهُمْ بِالْخَلْوَةِ وَيَتَرَقَّوْا مِنْ سِيَاسَتِهَا بِالنَّصِيحَةِ إِلَى سِيَاسَةِ أُمَمِهِمْ بِالْهِدَايَةِ وَالشَّفَقَةِ
“Para ulama menjelaskan bahwasanya hikmah di balik dijadikannya para Nabi sebagai penggembala kambing adalah agar tertanam pada diri mereka sikap tawaduk, agar hati mereka menjadi suci dengan cara bersendirian, dan agar kemampuannya semakin meningkat dengan mengatur kambing-kambing agar kelak bisa diterapkan dalam proses mengatur umat mereka dengan penuh hidayah dan kasih sayang.” (Fathul Baari, 14/6)
Demikianlah hikmah mengapa para Nabi menggembalakan kambing. Selain itu, kegiatan menggembala yang dilakukan para Nabi khusus pada hewan kambing saja, tidak pada unta dan kuda. Boleh jadi karena jenis gembalaan itu terkadang memberi pengaruh pada penggembalanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَالفَخْرُ وَالخُيَلاَءُ فِي أَهْلِ الخَيْلِ وَالإِبِلِ، وَالفَدَّادِينَ أَهْلِ الوَبَرِ، وَالسَّكِينَةُ فِي أَهْلِ الغَنَمِ
“Bangga diri dan kesombongan ada pada pemilik kuda dan unta, serta para penghuni gurun yang suka berteriak-teriak. Adapun ketenangan ada pada pemilik kambing.” (HR Bukhari, no. 3301 dan Muslim no. 52)
Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
(Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)