Post Power Sydnrom? Ingatkan Orang Tua Kita Akan Hal Ini
[Rubrik: Faidah Ringkas]
Post power syndrome atau sindrom pascakekuasaan adalah kondisi ketika seseorang hidup dalam bayang-bayang kekuasaan yang pernah dimilikinya dan belum bisa menerima hilangnya kekuasaan yang dahulu ia pegang.
Kondisi tersebut cukup sering dialami oleh orang yang baru saja memasuki masa pensiun. Sebelumnya dia berada pada posisi yang tinggi dan terbiasa mendapatkan penghargaan yang tinggi seperti Direktur, Manajer, Kepala Bagian, dst. Namun setelah pensiun semua itu hilang yang menyebabkan timbulnya perasaan tidak lagi dihargai dan dibutuhkan. Kondisi inilah yang disebut dengan post power syndrome.
Orang yang mengalami post power syndrome cenderung tidak bisa menerima kenyataan sehingga membuatnya depresi, menjadi kurang bergairah menjalani kehidupan, mudah tersinggung, dan lain sebagainya. Inilah beberapa gejala dia terkena post power syndrome.
Kondisi semacam ini perlu diberi perlakuan khusus. Prinsipnya adalah dia perlu beradaptasi dan dibantu untuk menerima kondisinya sekarang. Seorang anak yang menyadari keadaan orang tuanya seperti ini bisa menawarkan atau membuatkan kesibukan baru supaya pikirannya teralihkan dari bayang-bayang pekerjaan dan kekuasaannya di masa lalu. Di antaranya seperti berolahraga secara rutin, ikut dalam komunitas sosial, ikut majelis taklim, bertani dan berkebun, serta beberapa kesibukan produktif yang bermanfaat lainnya.
180 derajat berkebalikan dengan orang yang mengalami post power syndrome, sebagian orang yang memasuki masa pensiun justru semakin bersemangat mencari kegiatan dunia sebagai wadah mengaktualisasikan dirinya, dia ikut dalam kancah politik, dia semakin mengembangkan bisnisnya, dst.
Sikap pertengahan untuk orang-orang yang memasuki usia pensiun adalah dia tetap mencari kesibukan dan aktivitas untuk mengisi hari-harinya, tetapi jangan terlalu berlebihan sehingga lupa bahwa masa pensiun sebenarnya tanda bahwa umur hidup di dunia sudah tidak lama lagi. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda,
أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut.” (HR. Ibnu Majah, no. 4236, Syaikh Al Albani mengatakan hasan shahih)
Seharusnya di sisa-sisa umur kita, aktivitas lebih diprioritaskan untuk akhirat, dengan memperbanyak ibadah, bersedekah, wakaf untuk kemaslahatan kaum muslimin. Sejalan dengan pembahasan kita, untuk menghindari dampak post power syndrome maka bisa dengan melakukan aksi-aksi sosial kemanusiaan membantu kaum muslimin atau ikut kegiatan dan perkumpulan majelis taklim.
Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
(Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)