Mengapa Bunuh Diri Semakin Marak? Sebuah Renungan dan Solusi Islami

[Rubrik: Faidah Ringkas]
Beberapa tahun belakangan, kita semakin sering mendengar atau membaca berita tentang kasus bunuh diri di negeri ini. Bukan hanya sekali atau dua kali, tetapi berulang kali. Bahkan fenomena ini bisa diibaratkan seperti gunung es, kasus yang sebenarnya terjadi mungkin jauh lebih banyak daripada yang terungkap. Bisa jadi, banyak yang tidak dilaporkan karena dianggap sebagai ‘aib’ keluarga atau sekadar tidak terekspos oleh media.
Jika kita melihat polanya, kejadian ini lebih sering menimpa remaja dan anak muda. Ada berbagai spekulasi tentang penyebabnya, di antaranya karena pengaruh media sosial, gaya hidup, hingga lingkungan pergaulan.
“Sebenarnya hidup kita baik-baik saja, sampai datang sosmed yang mengabarkan bahwa kita kurang ini dan itu.”
Kutipan di atas mungkin ada benarnya. Media sosial sering kali menciptakan standar kebahagiaan dan kesuksesan yang membuat banyak orang merasa tertinggal atau tidak cukup baik.
Gaya hidup yang meningkat tanpa diimbangi dengan kemampuan finansial akhirnya mendorong seseorang untuk berhutang, salah satunya melalui pinjol (pinjaman online). Hutang yang menumpuk dan tak mampu dibayar sering kali berujung pada keputusasaan, bahkan hingga bunuh diri. Belum lagi kecanduan judol (judi online) yang semakin merajalela. Media sosial juga menawarkan pola hidup serba instan, yang pada akhirnya melemahkan mental dan membuat kebanyakan anak muda tidak tahan menghadapi ujian serta kerasnya hidup. Ditambah dengan fenomena bullying yang semakin marak, sehingga tekanan yang dirasakan anak muda saat ini semakin besar.
Lantas bagaimana agar korban bunuh diri tidak semakin bertambah?
Salah satu solusinya adalah memperkuat mental dan keimanan kepada takdir Allah. Hidup ini penuh dengan ujian dan masalah, tetapi hanya mereka yang memiliki kesabaran dan mental yang kuat yang mampu menghadapinya. Jika kita beriman kepada takdir Allah, kita akan meyakini bahwa setiap ketetapan-Nya pasti mengandung hikmah, meskipun tampak buruk di mata kita. Jika kita bertakwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar dan mempermudah masalah-masalah tersebut.
Selain itu, kita juga perlu lebih peka terhadap orang-orang di sekitar kita. Jika ada saudara atau teman yang menunjukkan tanda-tanda depresi, stres berkepanjangan, atau mulai menarik diri dari pergaulan, kita harus lebih peduli, sebab itu semua adalah faktor risiko dari munculnya perasaan ingin bunuh diri. Perhatian dan dukungan sosial sangatlah penting. Ajak mereka berbicara, beri mereka rasa nyaman, dan jika perlu bantu mereka untuk mendapatkan pertolongan dari seorang psikolog atau psikiater agar bisa menghadapi perasaan mereka dengan lebih baik.
Terakhir, sebagai seorang muslim, kita harus memahami bahwa bunuh diri adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam, apa pun alasannya. Allah berfirman,
وَلاَ تَقْتُلُوْٓا أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisaa’: 29)
Dalam ayat lain, Allah juga memperingatkan,
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Berinfaklah di jalan Allah, janganlah menjerumuskan dirimu dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)
Lebih dari itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara tegas melarang perbuatan bunuh diri dan memberikan peringatan keras bagi siapa saja yang melakukannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَتَوَجَّأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا، وَمَنْ شَرِبَ سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا، وَمَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ يَتَرَدَّى فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا
“Barangsiapa membunuh dirinya dengan sepotong besi, maka dengan besi yang tergenggam di tangannya itulah dia akan menikam perutnya dalam Neraka Jahanam secara terus-menerus dan dia akan dikekalkan di dalam Neraka. Barangsiapa membunuh dirinya dengan meminum racun maka dia akan merasai racun itu dalam Neraka Jahanam secara terus-menerus dan dia akan dikekalkan di dalam Neraka tersebut untuk selama-lamanya. Begitu juga, barangsiapa membunuh dirinya dengan terjun dari puncak gunung, maka dia akan terjun ke dalam Neraka Jahanam secara terus-menerus untuk membunuh dirinya dan dia akan dikekalkan dalam Neraka tersebut untuk selama-lamanya.” (HR. Muslim, no. 175)
Dari ayat dan hadits ini, jelas bahwa hidup adalah amanah dari Allah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Sebesar apa pun kesulitan yang kita hadapi, selalu ada jalan keluar yang Allah sediakan. Oleh karena itu, mari saling menguatkan, mendekatkan diri kepada Allah, dan mencari pertolongan ketika menghadapi masalah yang berat.
Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
(Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)