Bimbingan IslamFaidah Ringkas

Ayah Meluangkan Waktu Khusus Untuk Anak Perempuannya & Semisal Jalan Berdua

[Rubrik: Faidah Ringkas]

Menurut psikologi perkembangan, ayah adalah laki-laki pertama yang hadir dalam kehidupan anak perempuan. Interaksi yang hangat, aman, dan penuh perhatian dari seorang ayah akan membentuk template relasi anak perempuan terhadap laki-laki lain di masa depan, baik dalam persahabatan, pergaulan, maupun saat membangun rumah tangga kelak.

Jika seorang anak merasa dihargai, dicintai, dan didengar oleh ayahnya, maka ia tidak mudah tertarik pada perhatian dari laki-laki lain hanya karena alasan emosional. Sebaliknya, jika sosok ayah dalam hidupnya jauh, dingin, atau tidak hadir secara emosional, maka besar kemungkinan ia akan mencari pengganti figur tersebut di luar rumah, bahkan kadang dengan cara yang kurang sehat.

Oleh karena itu, seorang ayah hendaknya meluangkan waktu khusus bersama anak perempuannya. Selama waktu tersebut, tidak perlu ada ceramah atau nasihat. Cukup dengan menemani dan mendengarkan. Fokus utamanya adalah membangun bonding, kedekatan hati antara ayah dan anak. Aktivitasnya bisa sesederhana makan bersama, menemani belanja skincare, membelikan barang kesukaan, atau sekadar berjalan-jalan dan menikmati waktu berdua.

Dalam Islam, memberi perhatian kepada anak perempuan adalah perkara yang sangat ditekankan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kedudukan mulia bagi orang tua, khususnya ayah, yang membesarkan anak perempuan dengan kasih sayang dan kelembutan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ (وَضَمَّ أَصَابِعَهُ)

“Siapa yang mendidik dua anak perempuan hingga ia dewasa, maka ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan aku dan dia seperti ini (Nabi mendekatkan jari jemarinya).” (HR. Muslim no. 2631)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri memberikan teladan langsung dalam memperlakukan anak perempuannya Fatimah radhiyallahu ‘anha. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menceritakan,

إذا رأها اقبلت رحب بها ثم قام إليها فقبلها ثم أخد بيدها فجاء بها حتى يجلسها في مكانه وكانت إذا اتاها النبي صلى الله عليه وسلم رحبت به ثم قامت اليه فقبلته

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat Fatimah datang beliau menyambutnya serta berdiri untuknya, lalu menciumnya sambil memegang erat tangan Fatimah itu. Kemudian Nabi menuntun Fatimah sampai mendudukkannya di tempat beliau biasa duduk. Sebaliknya, apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang datang kepadanya, Fatimah berdiri menyambut Nabi serta menciumnya.” (HR. Bukhari, dalam Adabul Mufrad)

Ini bukan sekadar adab, tapi juga gambaran nyata kedekatan emosional antara ayah dan anak perempuan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperlakukan Fatimah radhiyallahu ‘anha dengan cinta, hormat, dan kelembutan. Kiranya, inilah salah satu sebab yang membentuk kepribadian Fatimah radhiyallahu ‘anha.

Aktivitas kecil dan penuh kehangatan seperti yang telah dijelaskan di atas akan menjadi kenangan manis dalam jiwa seorang anak perempuan. Ia merasa cukup hanya dengan kehadiran dan kasih sayang ayahnya. Dan perasaan “cukup” inilah yang akan menjadi pelindung kuat baginya dari godaan dunia luar di masa depan.

Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
(Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button