Hendaklah kita tidak jemu atau bosan, tatkala menulis nama Nabi atau Rasulullah langsung menulis shalawat dengan lengkap atau mengcopynya langsung dan tidak menundanya diakhir tulisan ketika akan mengedit tulisan.
DR. Mahmud Ath-Thahhan Hafidzahullah berkata,
“Selayaknya menjaga penulisan shalawat dan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam setiap penulisannya dan tidak jemu dalam mengulangnya.” [Taisir Mustholah Hadist, hal 138, Darul Fikr]
Selain itu jika luput menulis shalawat, dan orang yang membaca nama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam saja, tanpa membaca shalawat, bisa terancam dengan ancaman sesuai hadist berikut,
Dari Ka’ab bin ‘Ujroh radhiyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (para sahabat) menghadap ke mimbar, maka kami menghadapnya dan tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam naik ke tangga pertama, Beliau mengucapkan آمين cdan tatkala naik pada tangga ke 2 beliau mengucapkan آمين dan tatkala naik pada tangga ke 3 beliau mengucapkan lagi آمين. Maka tatkala beliau turun kami bertanya: Wahai Rasulullah, kami mendengar darimu pada hari ini sesuatu yang tidak pernah kami dengar. Maka beliau menjawab: Sesungguhnya jibril memperlihatkan padaku dan berkata: mudah-mudahan dijauhkan oleh Allah bagi orang yang mendapatkan Romadhon, dan tidak diampuni. Maka kukatakan آمين. Maka tatkala aku naik tangga ke 2, dia berkata, mudah-mudahan dijauhkan, bagi orang yang ketika engkau disebut, dia tidak mau sholawat padamu, maka ku katakan آمين. Maka tatkala aku naik pada mimbar ke 3, dia mengatakan mudah-mudahan dijauhkan, bagi orang yang mendapatkan kedua orangtuanya atau salah satunya, dan tidak memasukkan dia ke surga (yakni tidak berbuat baik terhadap keduanya –pent.), maka ku katakan آمين. [HR. Bazzar dalam Majma’uz Zawaid 10/1675-166, Hakim 4/153 dishahihkannya oleh Imam Adz-Dzahabi, Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644]
Syaikh ibnu Utsaimin Rahimahulahu ketika ditanya tentang menyingkat “shallallahu ‘alaihi wa sallam” dengan huruf [ص], beliau menjawab, “Hendaklah tidak menyingkatnya dengan huruf [ص], dan tidak menulisnya dengan singkatan [صلعم], tidak diragukan lagi bahwa bahwasannya penulisan simbol atau singkatan akan menyebabkan seseorang luput dari pahala bershalawat kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Apabila ia menulis kalimat shalawat dan kemudian ada orang yang membaca tulisan tersebut, maka Penulis pertama akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang membacanya. Tidaklah samar bagi kita apa yang disabdakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam secara shahih,
“Barangsiapa yang bershalawat kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali”. [HR. Muslim no. 384, Abu Dawud no. 523, dan An-Nasa’i no. 678] [Kitabul ‘ilmi hal.131, Darul Itqan]
Demikian semoga bermanfaat
@Pogung Dalangan, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
silahkan like fanspage FB , subscribe facebook dan follow twitter