[Rubrik: Faidah Ringkas]
Para ulama sejak dahulu telah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap sirah Nabawi. Baik dengan meriwayatkannya, mempelajarinya, dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Peristiwa apapun yang bersinggungan dengan kehidupan Nabi, hampir-hampir tak lepas dari perhatian dan pencatatan para ahli sirah.
Sayangnya, riwayat-riwayat yang sampai ke kita seputar sirah Nabi tidak hanya riwayat yang shahih saja, bahkan banyak sekali di antaranya yang lemah bahkan palsu. Ibnu ‘Adiy rahimahullah meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari lmam Ahmad bin Hanbal beliau berkata,
ثلاثة كتب ليس لها أصول : المغازي ، والملاحم ، والتفسير
“Tiga buku yang tidak ada asalnya: Buku sirah, buku-buku tentang fitnah dan peperangan akhir zaman, dan buku-buku tafsir.” (Al-Kaamil fi Dhu’afaa ar-Rijaal, 1/212)
Maksudnya adalah dalam tiga jenis kitab tersebut sarat akan hadits-hadits yang lemah dan palsu.
Pada pembahasan ringkas ini kami akan menjawab sebuah pertanyaan yang masuk ke kami bahwa Nabi dilahirkan dari operasi caesar. Benarkah demikian dan apakah ada riwayatnya?
Keterangan ini awalnya cukup mengejutkan, karena selama kami belajar belum pernah kami jumpai riwayat tentang ini dalam buku-buku yang kami baca demikian pula penuturan dari guru-guru kami. Namun setelah berusaha menelusuri keterangan para ulama, akhirnya kami jumpai beberapa keterangan tentang ini. Di antaranya dalam kitab Nihayatuz Zain, Syekh Nawawi Al-Bantani mengatakan,
وَنقل بعض الأفاضل عَن القليوبي وَعَن جمع من الْمُحَقِّقين أَنه صلى الله عَلَيْهِ وَسلم لم يُولد من الْفرج بل من مَحل فتح فَوق الْفرج وَتَحْت السُّرَّة والتأم فِي سَاعَته وَنقل عَن القَاضِي عِيَاض أَن مثله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم فِي ذَلِك جَمِيع الْأَنْبِيَاء وَالْمُرْسلِينَ
Sebagian ulama menukil dari Al-Qalyubi dari sejumlah ulama tahqiq, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak dilahirkan melalui kemaluan, akan tetapi beliau dilahirkan melalui tempat yang dibuka yang berada di atas farji dan di bawah pusar lalu menjadi rapat kembali dalam sekejap. Dinukil pula dari Al-Qadhi ‘Iyadh bahwa seperti halnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kesemuanya para nabi dan rasul juga dilahirkan dalam keadaan demikian. (Nihayatuz Zain, hal. 12)
Keterangan ini mengisyaratkan kemungkinan Nabi dilahirkan melalui operasi caesar, sebab tempat tersebut persis seperti letak perut ibu dibedah saat dicaesar.
Hanya saja, keterangan ini perlu ditelusuri lebih lanjut, demikian pula riwayat-riwayat pendukungnya dan statusnya: shahih, hasan, atau dha’if. Sedangkan jika kita membaca buku-buku sirah yang sering dijadikan rujukan baik klasik maupun kontemporer, maka di sana tidaklah disebutkan tentang cara lahir Nabi seperti itu. Andai saja Nabi dilahirkan dengan cara seperti itu, niscaya akan banyak riwayat yang sampai pada kita, karena ini adalah kejadian yang di luar kebiasaan kebanyakan manusia. Lebih dari itu, para ulama juga mengatakan bahwa riwayat-riwayat yang menceritakan tentang sifat kelahiran Nabi, kebanyakannya adalah riwayat-riwayat yang lemah dan tak bisa diterima.
Oleh karena itu, bisa kita simpulkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengalami proses kelahiran biologis seperti manusia biasa pada umumnya, yaitu keluar melalui jalur kemaluan sang ibu. Adapun riwayat yang shahih tentang kelahiran Nabi, di antaranya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
دَعْوَةُ أَبِي إِبْرَاهِيمَ، وَبُشْرَى عِيسَى وَرَأَتْ أُمِّي حِيْنَ وَضَعَتْنِي سَطَعَ مِنْهَا نُوْرٌ أَضَاءَتْ لَهُ قُصُوْرُ بُصْرَى
“Aku adalah doanya kakekku Ibrahim, kabar gembira yang dikabarkan oleh Isa, serta mimpi yang dialami oleh ibuku, yang mana ia melihat bahwa ketika melahirkan diriku, keluar darinya cahaya yang menerangi istana-istana Bushra (negeri Syam).” (HR Ibnu Sa’ad dalam At-Thabaqat al-Kubro, 1/102)
Terlepas dari berbagai pandangan tersebut, yang paling utama untuk kita beri perhatian adalah ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah-sunnahnya. Perkara itulah yang diperintahkan kepada umatnya untuk diikuti, diteladani, dan diamalkan dalam kehidupan ini.
Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
(Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)