Faidah Ringkas

Jangan Sampai Sibuk Berdagang, Lupa Beribadah di Ramadhan

[Rubrik: Faidah Ringkas]

Bulan Ramadhan adalah momen yang sangat berharga bagi kaum Muslimin di seluruh dunia. Pada bulan ini, Allah melipatgandakan pahala bagi setiap amal kebaikan. Bagi mereka pemburu pahala, Ramadhan menjadi kesempatan emas untuk memaksimalkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.

Namun, selain menjadi bulan ibadah, Ramadhan juga menghadirkan peluang besar bagi para pelaku usaha. Terutama dalam sektor kuliner, di mana pedagang makanan dan minuman berbuka (takjil) menjamur di berbagai sudut kota. Jalanan yang biasanya lengang mendadak ramai dengan aktivitas jual beli. Begitu pula dengan sektor fashion yang mengalami peningkatan permintaan menjelang Idul Fitri.

Meskipun berdagang di bulan Ramadhan merupakan aktivitas yang dibolehkan dan bahkan menjadi sumber nafkah bagi banyak orang, penting untuk tidak menjadikannya sebagai prioritas utama hingga melalaikan ibadah. Betapa meruginya seseorang jika melewatkan bulan penuh keberkahan ini tanpa memperbanyak amalan yang mendekatkan dirinya kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ

“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut pada hari (pembalasan) yang (pada saat itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (QS An-Nuur: 37)

Seperti itu kondisi para sahabat. Perdagangan tidak menyibukkan mereka dari berdzikir kepada Allah dan shalat lima waktu di masjid. Di antara nukilan yang menerangkan tentang kondisi tersebut, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Mathar bin Thahmaan Al-Warraaq rahimahullaah,

أَمَا إِنَّهُمْ قَدْ كَانُوْا يَشْتَرُوْنَ وَيَبِيْعُوْنَ، وَلَكِنْ كَانَ أحَدُهُمْ إِذَا سَمِعَ النِّدَاءَ وَمِيْزَانُه فِيْ يَدِهِ خَفَضَهُ وَأقْبَلَ إِلَى الصَّلاَة .

“Adapun mereka (para sahabat), dulu mereka membeli dan menjual. Akan tetapi, jika seorang di antara mereka mendengar adzan sedangkan timbangannya berada di tangannya, maka dia turunkan timbangan tersebut dan memenuhi panggilan shalat.” (Tafsiir Ibnu Abi Haatim VIII/2608, no. 14653)

Memang, Islam tidak melarang seorang muslim untuk bekerja dan berusaha, bahkan itu adalah bentuk ibadah jika diniatkan untuk menafkahi diri dan keluarga. Namun, hendaknya jangan sampai kesibukan duniawi membuat lupa akan hak-hak Allah, seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir.

Oleh karena itu, hendaknya kita menjadikan Ramadhan sebagai bulan untuk semakin memperbanyak ibadah dan mengurangi hal-hal yang dapat melalaikan dari ketaatan. Jika kita tetap harus berdagang atau bekerja, maka pastikan bahwa kita tetap meluangkan waktu untuk menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan qiyamul lail dan memperbanyak dzikir kepada Allah.

Jangan sampai kita termasuk orang yang disebut oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.” (HR. Ahmad, 2:373)

Semoga kita semua termasuk hamba-hamba yang memanfaatkan bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya, bukan hanya untuk mencari keuntungan dunia, tetapi lebih dari itu, untuk meraih keberkahan dan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
(Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button