Makan Sampe “Full” Kenyang Makruh, Tapi Sekali-Kali Boleh
Terkadang makanan bisa berlimpah suatu saat karena ada momen tertentu seperti suasana lebaran, suasana pernikahan atau acara yang di dalamnya di sediakan hidangan yang banyak. Tentu ini kesempatan untuk menikmati makanan yang enak-enak karena biasanya makanan yang disajikan lebih enak dari yang biasa di makan sehari-hari. Kesempatan mengisi perut sampai “full” kenyang.
Makruh makan sampai “full” kenyang
Maksudnya adalah kenyang yang sampai membuat seseorang agak susah bergerak dan bisa menimbulkan kemalasan.
Sebagaimana hadits,
ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه
“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”[1]
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
لان الشبع يثقل البدن، ويقسي القلب، ويزيل الفطنة، ويجلب النوم، ويضعف عن العبادة
“Karena kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah.”[2]
Bahkan bisa sampai haram hukumnya “full” kekenyangan, Ibnu Hajar Rahimahullah berkata,
وما جاء من النهي عنه محمول على الشبع الذي يثقل المعدة ويثبط صاحبه عن القيام للعبادة ويفضي إلى البطر والأشر والنوم والكسل وقد تنتهي كراهته إلى التحريم بحسب ما يترتب عليه من المفسدة
“Larangan kekenyangan dimaksudkan pada kekenyangan yang membuat penuh perut dan membuat orangnya berat untuk melaksanakan ibadah dan membuat angkuh, bernafsu, banyak tidur dan malas. Bisa jadi hukumnya berubah dari makruh menjadi haram sesuai dengan dampak buruk yang ditimbulkan (misalnya membahayakan kesehatan, pent).”[3]
Bahaya kesehatan sering makan sampai kekenyangan
Dalam ilmu kesehatan makan sering sampai kekenyangan bisa mengakibatkan bahaya pada tubuh:
Pertama: peredaran darah lebih banyak ke arah usus sehingga aliran darah ke otak dan organ lain berkurang. Sehingga badan malas dan tidak efektif.
kedua: lambung akan terenggang full dan bisa memicu mual dan muntah.
ketiga: bisa menurunkan kekebalan tubuh
Keempat: menimbulkan berbagai macam penyakit seperti sepnaykit gula dan gangguan perncernaan akibat berlebihannya enzim perut yang dikeluarkan
Dan masih banyak bahaya yang lainnya.
Boleh sekali-kali kekenyangan asal tidak membahayakan
Sebagaimana dalam hadits ketika Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu kekenyangan minum susu,
فَأَخَذْتُ الْقَدَحَ فَجَعَلْتُ أُعْطِيهِ الرَّجُلَ فَيَشْرَبُ حَتَّى يَرْوَى ثُمَّ يَرُدُّ عَلَيَّ الْقَدَحَ فَأُعْطِيهِ الرَّجُلَ فَيَشْرَبُ حَتَّى يَرْوَى ثُمَّ يَرُدُّ عَلَيَّ الْقَدَحَ فَيَشْرَبُ حَتَّى يَرْوَى ثُمَّ يَرُدُّ عَلَيَّ الْقَدَحَ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ رَوِيَ الْقَوْمُ كُلُّهُمْ فَأَخَذَ الْقَدَحَ فَوَضَعَهُ عَلَى يَدِهِ فَنَظَرَ إِلَيَّ فَتَبَسَّمَ فَقَالَ أَبَا هِرٍّ قُلْتُ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ بَقِيتُ أَنَا وَأَنْتَ قُلْتُ صَدَقْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ اقْعُدْ فَاشْرَبْ فَقَعَدْتُ فَشَرِبْتُ فَقَالَ اشْرَبْ فَشَرِبْتُ فَمَا زَالَ يَقُولُ اشْرَبْ حَتَّى قُلْتُ لَا وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أَجِدُ لَهُ مَسْلَكًا قَالَ فَأَرِنِي فَأَعْطَيْتُهُ الْقَدَحَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَسَمَّى وَشَرِبَ الْفَضْلَةَ
“Lalu Beliau Shalalllahu ‘alaihi wa sallam. mengambil gelas tadi dan meletakkannya di atas tangan Beliau Shalalllahu ‘alaihi wa sallam. Seraya memandangku sambil tersenyum dan bersabda,”Wahai, Abu Hirr! Tinggal aku dan kamu (yang belum minum). Aku menjawab, “Benar wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Duduk dan minumlah.” Akupun duduk dan meminumnya. Lalu Beliau Shalalllahu ‘alaihi wa sallam. bersabda lagi,”Minumlah,” lalu aku minum. Beliau terus memerintahkan kepadaku minum, sehingga aku berkata,”Cukup. Demi yang mengutusmu dengan kebenaran, tidak lagi aku dapati tempat untuk minuman dalam tubuhku. Beliau bersabda,”Berikanlah kepadaku,” aku pun menyerahkan gelas tadi, kemudian Beliau Shalalllahu ‘alaihi wa sallam memuji Allah dan meminum susu yang tersisa.”[4]
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata,
وفيه جواز الشبع ولو بلغ أقصى غايته أخذا من قول أبي هريرة لا أجد له مسلكا وتقرير النبي صلى الله عليه وسلم على ذلك
“Ini adalah dalil bolehnya kekenyangan walaupun sampai “full” penuh, (dalilnya) diambil dari perkataan Abu Hurairah, ‘tidak lagi aku dapati tempat untuk minuman dalam tubuhku’. Dan penetapan (taqrir) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap kejadian tersebut.”[5]
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
ولا بأس بالشبع أحياناً لكن الذي قال النبي صلى الله عليه وسلم فيه ما ملأ ابن آدم وعاءً شر من البطن يريد إذا كان في جميع أكلاته يملأ بطنه وأما إذا شبع أحياناً وملأ بطنه أحياناً فلا بأس
“Tidak mengapa kadang-kadang kekenyangan , akan tetapi yang dimaksud perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ’ Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut’. Maksudnya adalah jika semua makanan memenuhi perutnya. Adapun jika kekenyangan sekali-kali dan memenuhi perutnya maka tidak mengapa.”[6]
Catatan:
Adapun hadits yang mungkin sering mungkin kita dengar, yaitu
نحن قوم لا نأكل حتى نجوع وإذا أكلنا لا نشبع
“Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang“
Maka hadits ini dhaif, akan tetapi maknanya benar.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,
هذا المعنى صحيح لكن السند فيه ضعيف. [يراجع في زاد المعاد والبداية لابن كثير]. وهذا ينفع الإنسان إذا كان يأكل على جوع أو حاجة، وإذا أكل لا يسرف في الأكل ، ويشبع الشبع الزائد، أما الشبع الذي لا يضر فلا بأس به
“Maknanya benar, namun sanadnya dha’if, silakan merujuk ke kitab Zaadul Ma’ad dan Al Bidayah Wan Nihayah. Bermanfaat bagi seseorang jika makan ketika sudah sudah lapar atau sedang membutuhkan. Dan ketika makan, tidak boleh berlebihan sampai kekenyangan. Adapun kekenyangan yang tidak membahayakan, tidak mengapa.” [7]
Demikian semoga bermanfaat
@Perum PTSC, Cileungsi, Bogor , 3 Syawwal 1434 H
penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
silahkan like fanspage FB , subscribe facebook dan follow twitter
[1] HR At-Tirmidzi (2380), Ibnu Majah (3349), Ahmad (4/132), dan lain-lain. Dan hadits ini di-shahih-kan olehAl-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah (2265)
[2] Siyar A’lam An-Nubala 8/248, Darul hadits, Koiro, 1427 H, syamilah
[3] Fathul Bari 9/528,Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, syamilah
[4] HR. Al Bukhari no. 5971
[5] Fathul Bari 11/288,Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, syamilah
[6] Fatwa Nurun ‘alad darb
[7] Majmu’ Fataw bin Baz Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/38
جزاك الله خيرا
Ustadz bagaimana jika kita menyisakan makanan, tidak sampai habis, karena makanan yang diberikan melebihi porsi yang biasa kita makan? Misal biasa makan 1 piring, ini dikasih 2 piring, apakah termasuk tidak bersyukur dengan tidak menghabiskannya? Tapi kalo dihabiskan perut sudah penuh