Mudik Kampung Akhirat dan Mudik Kampung Dunia
Renungan antara dua mudik:
1) Rasa gembira dan Rasa Takut
Benar, mudik lebaran ke kempung dunia membuat hati terasa gembira dan bahagia. Tapi, mudik ke kampung akhirat, sebagian takut dan cemas, iya karena Al-wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati.
2) Dinanti-nantikan dan Dihindari
Iya, betapa bahagia ketika mendapat cuti liburan panjang akan mudik kampung dunia. Tapi, mudik kampung akhirat dihindari, dicemaskan bahkan sekedar berita kematian saja sudah ngeri.
3) Persiapan Mudik
Benar, mudik lebaran mempersiapkan segalanya, baju terbaru, kendaran performa terbaik, senyuman dan suasana menyenangkan. Tapi, mudik akhirat? Seadanya? tidak tahu bekalnya apa? Bahkan tidak ada yang siap mudik sekarang juga
4) Buah Tangan Mudik
Iya, bahagia sekali bisa membawa buah tangan oleh-oleh bagi mereka yang dikampung, buah tangan tidak seberapa tetapi bernilai. Tapi, buah tangan mudik akhirat belum jelas? Karena tempat persinggahan belum tentu bertemu.
5) Selama Merantau
Benar, selama merantau, hidup seadanya, pakaian, makanan dan tempat tinggal, yang penting pulang kampung sukses dan membawa semua keberhasilan di perantauan. Tapi, mudik akhirat telah dilupakan, pura-pura lupa atau sengaja dilupakan, malah bermegah-megah di tanah perantauan, sejatinya tanah perantauan semu.
Kitalah perantau itu …
Sekedar lewat, sebagaimana musafir yang mampir sebentar di bawah pohon kemudia pergi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا لِى وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَ تَرَكَهَا
“Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.”(HR. Tirmidzi no. 2551. dishahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan At Tirmidzi)
Sudah pasti ! Kita pasti akan mudik ke kampung akhirat …
Allah Azza wa Jalla berfirman.
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.”(an-Nisa’/4:78)
Dunia ini sementara dan hakihatnya adalah …
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”(al-Hadid/57:20)
@Gedung Radiopoetro, FK UGM, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
silahkan like fanspage FB dan follow twitter
بسم الله
izin bertanya
Ana berencana melanjutkan studi ke pondok pesantren di luar kota (luar provinsi juga) setelah lulus SMA. Dan ternyata diizinkan oleh orang tua ana. Namun kalau ana mondok disana, maka ana meninggalkan Ibu dan kakak perempuan di rumah yang dimana tidak ada laki-laki disana, karena kakak laki-laki dan ayah sedang bekerja di luar kota.
Kalau begini bagaimana solusinya ya? Kalau ana mondok, berarti ana meninggalkan ibu dan kakak perempuan dirumah, sedangkan orang tua ana mengizinkan ana mondok di luar kota.
بارك الله فيكم