Antara Cintaku, Cintamu Dan Cinta-Nya [4 Permasalahan Utama Cinta Asmara] Bag. 4
3. Wanita yang cemas menunggu cinta karena pada hakikatnya wanita menunggu
Akhwat A: Ukhti, kemana kepingan pecahan hati kiranya ku bawa? Tiba-tiba saja datang, dan bersanding dua nama di pertengahan lembaran undangan, tak sanggup aku meneruskan apa yang tereja oleh pandangan mataku. Padahal aku sangat berharap dialah lelaki asing yang pertama kali mendoakan di keningku.
Akhwat B: anti pernah mengutarakannya?
Akhwat A: aku malu berbalut sungkan ukth, aku hanya sekedar melempar tatapan harapan ketika berpas-pasan di kampus, diapun seakan-akan menerima getaran isyarat hati dariku dengan segera memalingkan pandangannya. Sudah sekian kali kami salah tingkah jika tak sengaja bertemu. Semakin kuat dugaanku, getaran hatiku hendak bersemayam di relung hatinya, tinggal sekedar menunggu celah kecil pintunya terbuka saja dan ia segera meyusuri gang-gang dan melangkah kedepan pintu rumahku.
Akhwat B: jadi, anti hanya menunggu?
Akhwat A: iya, iya, dan iya. Duhai, kukira setiap putri pasti dijemput oleh sang pangeran. Aku menanti di pelabuhan yang salah, berdiri menunggu di tepian dermaga, menatap tajam di perbatasan laut dan langit. Kiranya ada ujung tiang layar kapal yang nampak, namun hanya ada burung layang yang memenuhi langit. Kapal itu mungkin tak akan kembali berlabuh di dermagaku. Haruskah aku menanti terus di pelataran cintaku?
Akwat B: ishbiriy yaa ukhti, zawwajakillahu bimri’in shalih wa qowiy
Fulanah: yaa ustadzati, masih adakah lelaki dikolong langit ini? Masih adakah beberapa petak tanah tempat menapak para lelaki, lelaki yang mau dengan wanita berkepala tiga lebih seperti saya?
Ustadzah : anti kemana saja ketika masih ranum-ranumnya?
Fulanah: adalah anugrah berbuah musibah bernama “beasiwa keluar negeri” yaa ustadzati, saya mendakinya sampai puncak tertinggi. Kesibukan membolak-balik halaman per halaman memutuskan aku menundanya. Hiasan gelar di belakang dan depan namaku membuatku menolak beberapa laki-laki yang namanya masih polos akan hiasan. Kini mimpi buruk menopause terus mengejarku. Yaa Rabb, sekarang kiranya seseorang saja yang mengiba-iba memanggilku “ummi” lebih aku sukai dari beribu-ribu orang yang membungkuk hormat memanggilku “Doktor”.
Ustadzah: jika demikian, sulit rasanya mencari lelaki berkepala tiga juga yang masih sendiri, apalagi yang namanya berhias. tapi coba kita menyibak-nyibak sedikit, mudahan ada duda bertanggung jawab. Atau jika ukhti berkenan.., ukhti mencoba mengetuk pintu belas kasih ke akhwat yang lain agar mengizinkan suaminya memberikannya madu.
Mungkin dua kisah diatas belum mewakili keseluruhan cerminan kecemasan wanita yang menunggu, memang hakikatnya wanita menunggu, akan dia tidak menunggu pasrah menafikan tawakkal, akan tetapi sesuai dengan kaidah fiqhiyah yang menyatakan bahwa setiap kaidah pasti ada pengecualian. Berikut bagaimana seorang wanita bisa mengakhiri penantian lama dengan sambutannya. Bagaimana seorang wanita tetap tegar dalam penantian syar’i tidak terpancing untuk keluar dari jalurnya dengan mantra sihir gombal para lelaki. Dan bagaimana seorang wanita menyiapkan sebaik-baik ladangnya, tempat menuai benih lelaki yang bisa mengajaknya melihat wajah Rabb mereka berdua kelak.
Kami tidak ingin bersemayam diatas etalase
Di sini kita tidak berbicara bagaimana wanita-wanita yang mencoba memusatkan fokus pandangan laki-laki padanya. Kita tidak perlu berbicara tentang wanita yang menempelkan label harga murah di tempat perhiasannya. Kita juga tidak berbicara tentang wanita yang memakai baju adik kecilnya. Dan tidak terlalu butuh membicarakan tentang wanita yang gatal dan haus akan colekan nakal yang menyengit. Juga, kita tidak terlalu perlu membicarakan wanita yang membuka lebar mahkotanya agar disinggahi oleh banyak tawon beracun. Dan akhirnya kita perlu berbicara banyak mengapa wanita adalah penghuni neraka yang paling banyak.
Telah bercerita kepada kami Utsman bin Al-Haitsam, ia berkata telah bercerita kepada kami Auf dari Abu Raja’ dari Imran dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,
اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ
“Aku melihat ke dalam surga maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang faqir, dan aku melongok ke neraka maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita.” [HR. Bukhari 9/5198, Muslim 4/2096]
Wahai keturunan Hawa, mengapa kalian murahkan padahal ia mahal, mengapa kalian tebar padahal ia terselimuti, mengapa kalian tidak mendengar padahal ia tertulis dalam kitab para ulama bahwa,
المَرْأَةُ عَوْرَةٌ إِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَ فَهَا الشَّيْطَانُ
“Wanita itu adalah aurat. Bila ia keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda laki-laki).” [HR. At-Tirmidzi no. 1173, dishahihan oleh Al-Albani mengatakan dalam Misykatul Mashabih no. 3109]
Syaikh Abul ‘Ala’ Al-Mubarakfuri rahimahullah berkata:
( فإذا خرجت استشرفها الشيطان ) أي زينها في نظر الرجال
وقيل أي نظر إليها ليغويها ويغوى بها والأصل في الاستشراف رفع البصر للنظر إلى الشيء
“Bila wanita keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda laki-laki), maknanya adalah setan menghiasinya di mata laki-laki. Juga dikatakan, maknanya, setan melihat wanita tersebut untuk menyesatkannya dan menyesatkan (manusia) dengannya. Dan makna asal (الاستشراف) adalah mengangkat pandangan untuk melihat sesuatu.” [Tuhfatul Ahwadzi 4/283, Darul Kutub Al-‘Ilmiyah, Beirut, Asy-Syamilah].
Kemana akal kalian, sudah tahu yang akan tertarik kepada kalian dan yang mau meladeni kalian adalah pasti lelaki yang tidak bisa menjaga kehormatannya. Para lelaki ini yang kalian harap-harap? Para lelaki ini yang kalian harapkan tanggung jawabnya? Para lelaki sekedar mencolek riang saja melepas tanggung jawab. Jika mereka terlihat “terlihat” serius mendekati, menjelma menjadi Julius Caesar yang mengicar Cleopatra, maka ketahuilah mereka hanya dan hanya tertarik dengan apa yang kalian murahkan. Rasa suka yang dibangun lelaki tersebut tidak berpondasikan cinta yang murni di dunia apalagi suci di akherat. Jika telah lenyap kecantikan, telah raib kemolekan dan telah sirna rasa ranumnya maka lenyap pula rasa cinta, ia musnah tak barcagar, hilang tak berbekas seakan-akan tidak pernah terlahir dan tercipta.
Atau jika wanita itu disunting, maka kesenangan hanya berumur sepenggalah di awal pelaminan saja. Tatkala wanita itu mulai berkepala tiga atau empat maka,
kulit mulus mulai berkelok..
badan kurus mulai bengkak..
wajah terurus mulai berkerak…
masihkah bisa diharapkan cinta lelaki tersebut? Dasar cinta sudah remuk hancur. Lelaki yang tidak bisa menjaga kehormataanya tersebut akan mencari cinta yang lain, akan mencari wanita lain yang juga menjual murah. Tidakkah kita kasihan melihat batang tebu ini sudah terlanjur ditebas dan disamak. Aduhai, kami hanya melihat ampasnya berserakan dan dibiarkan, tidak tahu apakah ampas ini akan dibuang pada tempatnya kemudian didaur ulang. Atau ampas ini akan tergeletak begitu saja di lorong tempat ramainya manusia berlalu-lalang dan tidak peduli.
Kami putri malu yang bertengger di puncak jurang
Jika kalian para wanita suka diperlakukan manja bak putri raja. Maka ketahuilah, untuk sekedar melihat wajah putri raja bagi sembarangan laki-laki adalah bagai menyibak jerami mencari jarum. Putri raja jika keluar dari istananya, maka ia dijaga oleh pengawal “mahramnya”, seluruh tubuhnya tertutup berlapis keranda kereta yang kadang ditandu. Apalagi sekedar berjabat tangan, hanya kerabat dekatlah yang memperoleh izin. Putri raja tidak terkungkung sempit, dia tidak terbelenggu tertepikan,dia tidak terkurung menjerit-jerit, tetapi putri raja berbahagia di istana rumahnya, bermanja-manja bertelekan di atas dipan sederhana, sekedar suapan nasi berkuah garam terasa lezat dari genggaman rajanya, ia tidak berpeluh di luar istana menghadapi ganasnya dunia karena sang raja menyediakan segalanya kebutuhan di atas qona’ahnya. Maka cemburulah para bidadari langit. Berbahagialah di istana rumahmu wahai putri raja. Karena rumah lebih baik bagi kalian.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لا تمنعوا نساءكم المساجد وبيوتهن خير لهن
“Janganlah kalian melarang istri-istri kalian pergi ke masjid-masjid, dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka” [HR. Ahmad 2/76, Abu Daawud no. 567, Ibnu Khuzaimah o. 1684, Ath-Thabaraani 12/328, dishahihkan oleh Al-Albaani dalam Shahih Sunan Abi Daawud 1/169].
Kami adalah putri malu, karena malu berhiaskan syari’at, kamu malu menampakkan yang tidak pantas, kami malu berbicara sembarangan dengan lelaki tang tidak kami kenal tanpa keperluan, kami malu memajang gambar-gambar kami yang ekslusif. Karena malu yang terhormat adalah tabiat wanita yang berjiwa hanif. Allah subhanahu wata’ala mencontohkannya dalam Al-Quran,
وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ
تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ
وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ فَسَقَى لَهُمَا
“Dan tatkala ia (Musa) sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya.” (Al Qoshosh : 23-24)
Kedua wanita itu, malu berdesak-desakan dengan laki-laki untuk mengambil minum. Kemudian rasa malu tersebut masih berlanjut. Kerena kekaguman terhadap nabi Musa ‘alaissalam membuat mereka meminta persetujuan bapaknya agar mau menikahkan mereka dengan Nabi Musa ‘alaissalam,
Kemudian kisah berlanjut,
فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا
فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, ia berkata, ‘Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.’” [Al-Qashash : 25]
Kamilah si putri malu yang jika disentuh sembarangan kami akan merunduk menjaga diri, kami perlu dimengerti dengan menyentuhnya pada tempat yang tepat di kedalaman relung hati kami.
Kemudian kamipun bertenggar di puncak jurang, jurang yang bawahnya dijaga oleh singa-singa mahram kami. siapa yang ingin mendapatkan kami, harus melunakkan hati para singa dengan agama dan ahklaknya. Siapa yang ingin mendapatkan kami harus berkorban, membuang jauh rasa takut, keberaniannya terderam kuat di hati, mendaki pucak dengan kedua tangaanya sendiri tanpa bergantung dengan alat. Tak peduli sedikit tegores runcingan tebing, tak peduli perihnya beberapa luka, tidak peduli derasnya keringat bercampur sedikit darah.
Kemudian ia tidak mendapati mawar di puncak sana, mawar berduri yang bisa melukai, tetapi ia akan mendapati putri malu. Menyentuh putri malu bagaikan tetesan air hujan. Dan putri malu tidak akan merunduk bersentuhkan hujan karena putri malu malah sangat membutuhkan sentuhan tetes air hujan tersebut.
Inilah pengorbanan yang tak akan sunggup kami menolaknya, pengorbanan yang melelehkan hati kami, pengorbanan yang meneteskan airmata kami. Dia bukan wanita jika tidak terluluhkan, dia bukan wanita jika tidak tergoyah rohaninya. Dan dia memang bukan wanita jika tidak memperhatikan kaidah dalam agama,
الجزاء من جنس العمل
“Balasan sesuai dengan perbuatan”
Bukan yang kami maksud tidak bisa menolak laki-laki sama sekali, tetapi tidak menghargai pengorbanan dan ia sudah mengizinkan mendaki laki-laki itu mendakinya. Jika tidak berniat dari awal dengan laki-laki tersebut, maka berilah pagar dilembah sekitar jurang tersebut.
Kami tidak perlu lagi menjabarkan bagaimana kami layaknya tiram berisi mutiara yang terkubur di bawah kedalaman samudera. Kami yakin laki-laki yang akan menyelam dengan penduan syariat adalah cinta yang suci dan tulus akan langgeng dunia dan abadi disurga. Karena ia akan mengolah mutiara berlandaskan cinta kepada Allah karena kami yakin,
ما كان للله أبقى
“Apa-apa yang karena Allah akan kekal abadi”
Kami tidak mau dipersunting oleh pangeran berkuda putih
Kami rasa cerita ini sudah basi lagi lusuh. Sang pangeran yang melarikan putri raja, pangeran membawa sauh, melemparnya dan tersangkut di jendela sang putri. Dengan gagahnya mendaki puri istana, naik ke atas memegang tali dengan pedang bersarung sebagai penyeimbangnya. Sang putripun sangat senang diculik.
Ini memang pengorbanan, tetapi kami rasa ini pengorbanan yang sedikit. Para pengawal puri sang putri raja mungkin sengaja membiarkan pangeran mendaki, tidak memanahnya jatuh, karena tahu ia adalah seorang pangeran dan untuk datangpun ia diamanjakan dengan kuda putih yang sangat mahal. Dan yang terpenting sang pangeran masuk sembarangan dan tidak beroleh izin. Kami khawatir pengorbanan ini palsu dan pangeran tersebut bertopeng dibalik kain pelindung wajahnya.
Yang kami mau, kami ridhai ia, kemudian ta’aruf yang syar’i, bukan zina berkedok ta’aruf serta mendapat persetujuan dari wali kami. Akhir kami halal dengan kalimat Allah sehingga pembimbing dunia akhirat kami kelak selalu ingat sabda Nabi shollallohu alaihi wa sallam,
فَاتَّقُوْا اللهَ فِي النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوْهُنَّ بِأَمَانِ اللهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوْجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللهِ
“Bertakwalah kepada Allah pada (penunaian hak-hak) para wanita, karena kalian sesungguhnya telah mengambil mereka dengan amanah Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah” [HR Muslim II/889 no 1218]
Berkata Imam An-Nawawi rahimahullah,
فِيهِ الْحَثُّ عَلَى مُرَاعَاةِ حَقِّ النِّسَاءِ وَالْوَصِيَّةِ بِهِنَّ وَمُعَاشَرَتِهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
وَقَدْ جَاءَتْ أَحَادِيثُ كَثِيرَةٌ صَحِيحَةٌ فِي الْوَصِيَّةِ بِهِنَّ
وَبَيَانِ حُقُوقِهِنَّ وَالتَّحْذِيرِ مِنَ التَّقْصِيرِ فِي ذَلِكَ
“Hadits ini menganjurkan untuk memperhatikan hak-hak para wanita dan wasiat (untuk berbuat baik) kepada mereka serta untuk mempergauli mereka dengan baik. Telah datang hadits-hadits yang banyak yang shahih tentang wasiat tentang mereka dan penjelasan akan hak-hak mereka serta peringatan dari sikap meremehkan hal-hal tersebut”. [Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim 8/183, Dar Ihya’ut Turost, Beirut, cet. Ke-2, 1392 H, Asy-syamilah]
Kelak suami kami akan berpegang teguh dengan hadist ini karena akad itu tidaklah main-main, ada kalimat Allah disana. Ialah [مثاقا غالظا] “mitsaqon gholidzo”, berupa perjanjian yang yang berat dan agung. Tentunya mereka akan menjalankan konsekuensinya akan hak-hak kami.
Wanita tidak akan tenang sampai ia menikah
Kami pernah dibacakan sebuah syair oleh teman kami yang berasal dari tanah Arab,
laki-laki tidak akan dewasa sampai ibunya meningal…
wanita tidak akan tenang sampai ia menikah…
setelah dipikir-pikir syair ini ada benarnya. Oleh karena itu tidak layak bagi wanita untuk menunda-nunda pernikahan. Baik karena alasan pendidikan, kuliah, dan pekerjaan [bukan berarti tidak bisa ditunda sama sekali]. Ia memilih menjadi wanita “kurir” [aduh maaf], ia memlih menjadi wanita karir. [ini juga bukan berarti wanita tidak boleh bekerja mencari nafkah sama sekali]. Dan Jika telah ada laki-laki yang baik agama dan akhlaknya serta diridhai segeralah menikah, jangan menunda-nunda.
Islam mengajarkan untuk bersegera dalam kebaikan dan tidak menunda-nunda,
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بمنكبي
فقال: “كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل”
وكان ابن عمر رضي الله تعالى عنهما يقول: إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح،
وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء، وخذ من صحتك لمرضك، ومن حياتك لموتك. رواه البخاري
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” [HR. Bukhari, hadist Arbain ke-40]
Allah Ta’ala berfirman,
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan”. [Al-Baqarah: 148]
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” [Al-Imran:133]
Dahulu siapa kamu? siapa keluargamu? sekarang siapa aja deh..please
Inilah mungkin terjadi pada beberapa wanita “kurir” sebagaimana kasus diatas, maka sesuatu yang tidak layak wanita hakikatnya lebih banyak berdiam diri dirumah. Jika bos dan atasan anda yang mengaji, kemudian memerintahkan kerja lembur di kantor, maka Rabb bos dan atasan anda yang memberi kehidupan bos anda, memerintahkan para wanita agar berdiam diri dirumah, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ
“dan hendaklah kalian menetap tinggal di rumah kalian” [Al-Ahzab:33]
Namun bukan berarti wanita terkungkung dirumah saja, porsi dirumah wajib lebih banyak dari porsi diluar rumah. Dan di rumahpun tidak hanya sekedar tidur dan makan. Banyak pekerjaan di rumah bagi wanita dan hanya wanita yang mampu dengan baik melaksanakannya sesuai dengan hakikat penciptaannya. Terutama wanita yang sudah berkeluarga, silahkan bertanyalah kepada mereka, bagaimana mereka para wanita yang masih berjiwa hanif dengan berat hati meninggalkan anak-anaknya untuk berkerja dan dititipkan kepada pembantu atau mertua atau kerabat. Ia pandai mengurus orang lain di kantor atau di sekolah sedangkan ia tidak tahu kemana baby sister-nya membawa alam pemikiran anaknya,
Pantaslah Syaikh Abdurrahman Nashir As-Sa’diy rahimahullah berkata menafsirkan ayat,
اقررن فيها، لأنه أسلم وأحفظ لَكُنَّ
“Menetaplah kalian di dalamnya [rumah], karena lebih selamat dan lebih menjaga bagi kalian” [Taisir Karimir Rahmah hal. 632, Dar Ibnu Hazm, Beirut, cet. Ke-1, 1424 H]
Sama seperti halnya wanita “kurir”, yaitu wanita yang terkenal memiliki kecantikan, tiada khilaf diantara laki-laki atau wanita yang merasa cantik, maka wanita seperti ini juga terkadang terlalu lama menunda menikah, banyak menolak laki-laki. Karena ia ingin yang menjemputnya dalah seorang pemuda dengan wajah jelmaan malaikat, kekuasaannya kekuasaan Firaun, kekayaannya kekayaan Qarun, ibadahnya ibadah Khawarij dan akhlaknya akhlak nabawiyah. Subhanallah, apakah nyawa kehidupan laki-laki adalah kecantikan semata
Janganlah kalian melihat bagaimana dhazir laki-laki tersebut, karena kalian para wanita sadar atau kami perlu beri tahu bahwa, memang kalian sama seperti kami, menyukai paras yang menyejukkan dan badan atletis laki-laki dengan bahu lebarnya. Akan tetapi kami sudah tahu bahwa, perhatian, bermanja-manja dan perlindungan ketenangan adalah kebutuhan utama kalian. maka hendaklah ia mengutamakan agama dan akhlaknya, karena laki-laki yang seperti ini selalu ingat hadit Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
أَلاَ وَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّمَا هُنَّ عَوَانٌ عِنْدَكُمْ
“Hendaknya kalian berwasiat yang baik untuk para wanita karena mereka sesungguhnya hanyalah tawanan yang tertawan oleh kalian” [HR At-Thirmidzi no 1163, Ibnu Majah no 1851 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani]
Pada contoh kisah “anugrah berbuah musibah” diatas adalah akibat tidak memperdulikan perkataan Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ، [ص:387] إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ، وَفَسَادٌ عَرِيضٌ
“Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridhoi akhlak dan agamanya maka nikahkanlah ia, jika tidak kalian lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang luas.” [HR. At Tirmidzi no. 1084, dihasankan oleh Al-Albani di Shahih Sunan At Tirmidzi]
Wahai ikhwan, makan tuh cantik…
“kenapa sih ikhwan-ikhwan kalau mau nyari jodoh, pasti ada kata-kata cantik, minimal 8,5 katanya, padahal, kalau lihat mukanya, akhwat-akhwat pasti pada mau… [maaf], mau muntah”
“ikhwan ini perlu kita blacklist ukhti, kita kasi tahu semua akhwat-akhwat disini sama di kota-kota lain, masa’ sudah nadzor, trus katanya sudah “insyaAllah”, trus testimoni beberapa orang juga muka mereka berdua sekufu, eh.. dia batalin tiba-tiba, ada juga laporan dari akhwat kota sebelah, akhwat itu mantan foto model yang taubat, ternyata dia maju ta’aruf juga, trus mau nikah maju sama akhwat itu”
“Ukhti, saya kecewa dengan ikhwan-ikhwan disini, mengapa mereka membawa buku wisuda kampus ke masjid, kemudian melihat foto-foto para akhwat ramai-ramai, pake banding-bandingin segala, saya tahu dari adik saya yang ikhwan, saya ga tahu apakah mereka bagaimana mereka akan mengintip di balik monitor internet”
Tidakkah kalian para ikhwan mendengar hati kami, jika kecantikan adalah segalanya maka sungguh Allah tidak adil, tetapi sekali-kali tidak, Allah Maha Adil, kecantikan diciptakan sebagimana rezeki berupa anak, karena ia adalah ujian dan penghias dunia. Okelah jika kalian berparas setengah Nabi Yusuf ‘alaihisallam, baru kalian bisa mencari yang cantik nan shalihah. Atau kalian banyak hapalan Al-Quran dan Hadist dan menguasai fiqh yang luas.
Dia tidak tahu ada ulama yang memakruhkan menikah dengan wanita yang terlalu cantik,
وتكره بارعة الجمال لانها إما أن تزهو، أي تتكبر، لجمالها، أو تمتد الاعين إليها
Makruh hukumnya menikahi wanita yang terlalu cantik karena dua pertimbangan:
Pertama
, biasanya wanita yang terlalu cantik itu memiliki sifat sombong karena kecantikannya
Kedua, terlalu mata yang melirik kepadanya” [Hasyiyah I’anah al Thalibin 3/270, karya Sayyid Muhammad Syatho cetakan al Haramain, nukilan dari ustadzaris.com]
Kejarlah kecantikan yang hakiki
Prinsip “cantik itu sakit” adalah prinsip wanita-wanita kafir barat yang mereka selalu tertekan karena jika cantik mereka akan dipakai kemudian dibuang, namun jika tidak cantik, maka ujung pisau bedah bermain atau facial muka yang menyakitkan. Berbeda dengan wanita islam yang kurang imannya maka dukunlah yang bertindak.
Namun wanita islam yang menggenggam bara api, berprinsip kembali ke benignya hati. Kami para laki-laki akan membocorkan konsesus semi-rahasia kami, bahwa laki-laki menilai wanita ada tiga macam:
1. Wanita cantik, semua laki-laki rata berkata bahwa dia cantik tapi kadang bisa bosan jika dipandang.
2. Wanita maniez, ini dialah yang menggugah, dia tidak cantik-cantik amat, tidak semua laki-laki muttafaqun alaih atas kecantikannya, tetapi dia istimewa, tak lelah mata memandang, semakin di lihat semakin sejuk, membuat laki-laki penasaran, ada sesuatu yang sulit di ungkapkan, biasanya wanita ini punya suatu innerbeauty, apakah itu ? Dan inilah keadilan Allah, semua wanita bisa menjadi seperti ini.
3. Wanita cantik sekaligus maniez, ini langka bin ajaib bin hampir punah [masa’ sih], ga juga kok, ada juga wanita seperti ini, biasanya wanita yang diberi kecantikan sekaligus agama dan ahlak yang mulia.
Anda para wanita, bisa merubah diri anda, dengan menjadi wanita yang lebih baik dengan agama dan akhlak kalian.
Jilbab atau cadar sekedar chasing penutup
Nah ini baru sebenar-benar AKHWAT, [maaf] AKH gaWAT, sebagian akhwat yang kurang beriman ternyata tidak mampu menjaga kehormatan mereka, malah lebih baik para wanita awam. Akhwat seperti ini terlihat sangat shalihah di kajian dan perkumpulan akhwat-akhwat. Tetapi siap yang tahu sepak terjang mereka di balik sms, email, inbox facebook. Atau yang sudah kehilangan rasa malu, terlihat saling comment tidak penting di layar status di jejaring sosial, dilihat oleh semua orang. Maka lelaki berjiwa hanif akan berkata,
“saya tidak akan menikah dengan wanita seperti ini, kelak jika suaminya pergi bekerja, maka ia akan bermudah-mudah berhubungan dengan laki-laki lain.”
Subhanallah, betapa sering kami mendegar kisah nyata dan kami dengar dari beberapa pelakunya langsung, bahwa ada akhwat yang katanya bercadar mengerti agama, tetapi ia tidak sabar, tidak tahan ingin bermanja-manja dengan laki-laki. Bermula berkenalan lewat facebook, akhirnya ta’aruf berkedok zina. Sang lelaki yang katanya juga sudah mengerti agama akhirnya datang kepulau kami dari kota yang jauh, dijemput oleh akhwat tersebut dengan menyeret cadarnya di stasiun dan membawa ikhwan tersebut di kos-kosan, hanya berdua saja!. Kemudian banyak cerita lainnya, bagaimana si ikhwan harus terlihat pertikaian dengan adik laki-lakinya yang juga sudah mengerti agama dan hampir keduanya saling berjibaku dalam kepalan tangan. Para pelakunya ada di sekeliling kami dan kami sering menemui mereka di masjid.
Tolong sadarkan bahwa kami lemah hatinya, mengutamakan perasaan dan tidak tahan godaan pujian serta perhatian
Ya, itulah kebengkokkan para wanita sebagaimana dalam hadits Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى طَرِيْقَةٍ،
فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَبِهَا عِوَجٌ وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk dan ia (seorang wanita) tidak akan lurus bagimu di atas satu jalan, maka jika engkau menikmatinya maka engkau akan menikmatinya dan pada dirinya ada kebengkokan, dan jika engkau meluruskannya maka engkau akan mematahkannya. Dan patahnya wanita adalah menceraikannya.” (HR Muslim II/1091 no 1468)
Berkata Ibnu Hajar rahimahullah barkata,
فَكَانَ الْمَعْنَى أَنَّ النِّسَاءَ خُلِقْنَ مِنْ أَصْلٍ خُلِقَ مِنْ شَيْءٍ مُعْوَجٍّ وَهَذَا لَا يُخَالِفُ الْحَدِيثَ الْمَاضِيَ مِنْ تَشْبِيهِ الْمَرْأَةِ بِالضِّلْعِ بَلْ يُسْتَفَادُ مِنْ هَذَا نُكْتَةُ التَّشْبِيهِ وَأَنَّهَا عَوْجَاءُ مِثْلُهُ لِكَوْنِ أَصْلِهَا مِنْهُ
“Maknanya bahwa para wanita diciptakan asalnya adalah diciptakan dari sesuatu yang bengkok, dan ini tidaklah menyelisihi hadits yang lalu bahwasanya wanita diserupakan dengan tulang rusuk. Bahkan diambil faedah dari hal ini titik penyerupaannya yaitu bahwasanya wanita bengkok seperti tulang rusuk karena asal pencipataannya adalah dari tulang rusuk” [Fathul Bari 9/253, Darul Ma’rifah, Beirut, Asy-Syamilah]
فَلَا يُنْكَرُ اعْوِجَاجُهَا أَوِ الْإِشَارَةُ إِلَى أَنَّهَا لَا تَقْبَلُ التَّقْوِيمَ كَمَا أَنَّ الضِّلَعَ لَا يَقْبَلُهُ
“Janganlah diingkari kebengkokan seorang wanita, atau isyarat bahwa wanita tidak bisa diluruskan sebagaimana tulang rusuk tidak bisa diluruskan” [Fathul Bari 6/368, Darul Ma’rifah, Beirut, Asy-Syamilah]
Sebaiknya wanita jangan sekali-kali termakan oleh ucapan-ucapan halus laki-laki asing, jangan terpengaruh, segera tutup jalan mereka, jangan malah kalian yang memancing-mancing. Jangan tertipu oleh ikhwan yang sangat terlihat alim dan shalih di facebook. Meng-update Status-status hadist dan perkataan ulama, menaruh link-link nasihat, membuat note-note menggoda, ketahuilah wahai akhwat, itu semua dunia maya, keshalihan seseorang terlihat didunia nyata, bukan karena standby di internet saja, bukan karena pandai berkata-kata agama di facebook, bukan karena kepandaian menulis, tetapi yang kita lihat adalah bagaimana amal dan akhlaknya didunia nyata, karena itu semua sekedar ilmu.
Oleh karena itu Alloh Azza wa Jalla berfirman,
جَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.” [Al-Waqi’ah: 24]
Alloh TIDAK berfirman,
جَزَاء بِمَا كَانُوا يعَلمُونَ
“Sebagai balasan apa yang telah mereka ketahui.”
Sadarlah kalian wahai wanita akan kekurangan kalian ini, jangan sekali-kali memberikan sedikitpun celah bagi lelaki asing untuk mendekatimu, jika tidak kalian akan terseret-seret perlahan-lahan dalam tipu daya manis menipu.
Full Memori data ikhwan dibalik jilbab atau cadar
Ternyata pernyataan bahwa wanita mempunyai dua mulut dan bibir ada benarnya juga, jika lelaki yang kurang beriman berkumpul membicarakan para wanita, maka temanya hanya sekitar:
-nama dan merk akhwat dan keluarganya
-asal akhwat dan pendidikannya
-kecantikan akhwat
Akan tetapi wanita yang kurang beriman jika berkumpul, maka mereka akan membahas satu-persatu ikhwan, yang dibahas dari A-Z, setiap celah mereka bahas, setiap bocoran mereka bandingkan, semua data ada saja terkumpul. Begitulah ucapan mereka di balik bibir yang tertutup oleh cadar dan memori yang tersimpan dibalik jilbab. Sampai-sampai para ikhwan berkata,
“Para akhwat lebih mengenal teman kita daripada kita mengenal teman kita sendiri”
Wahai para akhwat, kami sudah tahu semuanya, ada pengakuan istri-istri, dan maraji’ kami yang paling shahih menyatakan demikian yaitu hadist kisah Ammu Zar’ dan Abu Zar’,
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ جَلَسَ إِحْدَى عَشْرَةَ امْرَأَةً فَتَعَاهَدْنَ وَتَعَاقَدْنَ أَنْ لاَ يَكْتُمْنَ مِنْ أَخْبَارِ أَزْوَاجِهِنَّ شَيْئًا
“Dari ‘Aisyah berkata bahwa Sebelas orang wanita berkumpul lalu mereka berjanji dan bersepakat untuk tidak menyembunyikan sedikitpun kabar tentang suami mereka”. [HR. Bukhari V/1988 no 4893 dan Muslim IV/1896 no 2448]
Kemudian kelanjutan hadist bahwa mereka membicarakan suami mereka serinci-rincinya. Jika wanita yang sudah bersuami demikian, notabenenya mereka terbatas waktunya, apalagi wanita yang masih bebas.
Wahai akhwat, tidak baik yang seperti ini, hanyalah akan membuat tidak qona’ah dengan siapa yang akan meminang kalian kelak, karena kalian akan membanding-bandingkannya.
Terkadang malu belebihan perlu diusir jauh-jauh, mintalah tolong dicarikan
Ini yang kami katakan bahwa setiap kaidah fiqhiyah umumnnya mempunyai pengecualian, memang hakikatnya wanita menunggu akan tetapi, ia tidak menunggu sebagaimana menunggunya periuk yang tertelungkup kemudian diterlentangkan. Pada umumnya akan datang tawaran kepada wanita, akan ada lak-laki yang mengutarakan keinginannya atau menyampaikan salam kepada orang tuanya.
Akan tetapi hembusan kabar gembira itu datang pada saat-saat yang sangat diinginkan. Terkadang datang tawaran disaat ultimatum dari orang tua masih berlaku yaitu harus menyelesaikan studi. Terkadang jika sudah siap lahir-batin, riak-riak air segarpun tidak nampak, suara gemericik embun bahagiapun tidak terdengar. Kemanaka para ikhwan ini? Apa mereka mulai punah?
Maka tidak ada salahnya kita mencontoh bagaimana yang dilakukan oleh para salaf [pendahulu] yaitu kepada orang-orang shalih mencarikan kita yang sesuai dengan kita , sekufu dan setingkat dari berbagai sisi. Bisa juga minta kepada teman kerabat atau keluarga. Dan ini adalah hal biasa di kalangan para salaf, mereka mencarikan lelaki yang shalih untuk anak dan saudari perempuan mereka. Lihat bagaimana Umar bin Khattab rahdiallahu ‘anhu menawarkan dan mencarikan jodoh buat anaknya Hafshah rahdiallahu ‘anha, Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar rahdiallahu ‘anhuma ia berkata,
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ، حِينَ تَأَيَّمَتْ حَفْصَةُ بِنْتُ عُمَرَ مِنْ خُنَيْسِ بْنِ حُذَافَةَ السَّهْمِيِّ، وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَتُوُفِّيَ بِالْمَدِينَةِ، فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ: أَتَيْتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ، فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ حَفْصَةَ، فَقَالَ [ص:14]: سَأَنْظُرُ فِي أَمْرِي، فَلَبِثْتُ لَيَالِيَ ثُمَّ لَقِيَنِي، فَقَالَ: قَدْ بَدَا لِي أَنْ لاَ أَتَزَوَّجَ يَوْمِي هَذَا،
“Bahwasanya tatkala Hafshah binti ‘Umar ditinggal mati oleh suaminya yang bernama Khunais bin Hudzafah as-Sahmi, ia adalah salah seorang Shahabat Nabi yang meninggal di Madinah. ‘Umar bin al-Khaththab berkata, ‘Aku mendatangi ‘Utsman bin ‘Affan untuk menawarkan Hafshah, maka ia berkata, ‘Akan aku pertimbangkan dahulu.’ Setelah beberapa hari kemudian ‘Utsman mendatangiku dan berkata, ‘Aku telah memutuskan untuk tidak menikah saat ini.’’
قَالَ عُمَرُ: فَلَقِيتُ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ، فَقُلْتُ: إِنْ شِئْتَ زَوَّجْتُكَ حَفْصَةَ بِنْتَ عُمَرَ، فَصَمَتَ أَبُو بَكْرٍ فَلَمْ يَرْجِعْ إِلَيَّ شَيْئًا، وَكُنْتُ أَوْجَدَ عَلَيْهِ مِنِّي عَلَى عُثْمَانَ،
‘Umar melanjutkan, ‘Kemudian aku menemui Abu Bakar ash-Shiddiq dan berkata, ‘Jika engkau mau, aku akan nikahkan Hafshah binti ‘Umar denganmu.’ Akan tetapi Abu Bakar diam dan tidak berkomentar apa pun. Saat itu aku lebih kecewa terhadap Abu Bakar daripada kepada ‘Utsman.
فَلَبِثْتُ لَيَالِيَ ثُمَّ «خَطَبَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَنْكَحْتُهَا إِيَّاهُ» ، فَلَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ، فَقَالَ: لَعَلَّكَ وَجَدْتَ عَلَيَّ حِينَ عَرَضْتَ عَلَيَّ حَفْصَةَ فَلَمْ أَرْجِعْ إِلَيْكَ شَيْئًا؟ قَالَ عُمَرُ: قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فَإِنَّهُ لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أَرْجِعَ إِلَيْكَ فِيمَا عَرَضْتَ عَلَيَّ، إِلَّا أَنِّي كُنْتُ عَلِمْتُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ ذَكَرَهَا، فَلَمْ أَكُنْ لِأُفْشِيَ سِرَّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَوْ تَرَكَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبِلْتُهَا
Maka berlalulah beberapa hari hingga Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam meminangnya. Maka, aku nikahkan puteriku dengan Rasulullah. Kemudian Abu Bakar menemuiku dan berkata, ‘Apakah engkau marah kepadaku tatkala engkau menawarkan Hafshah, akan tetapi aku tidak berkomentar apa pun?’ ‘Umar men-jawab, ‘Ya.’ Abu Bakar berkata, ‘Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang menghalangiku untuk menerima tawaranmu, kecuali aku mengetahui bahwa Rasulullah telah menyebut-nyebutnya (Hafshah). Aku tidak ingin menyebarkan rahasia Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Jika beliau meninggalkannya, niscaya aku akan menerima tawaranmu.’
Lihat bagaimana hasil yang didapat oleh Hafshah, adalah manusia terbaik yang pernah Allah keluarkan dimuka bumi. Tentunya Hafshah meminta dicarikan kepada bapaknya Umar, karena Umar tidak mungkin memaksa anaknya menikah.
Begitu juga berbagai kisah yang lain seperi sayyidut tabi’in Sa’id bin Musayyib rahimahullah, yang menawarkan putrinya hanya kepada pemuda shalih nan miskin yang baru ditinggal mati oleh istrinya, sedangkan beliau telah menolak lamaran khalifah untuk melamar putrinya yang terkenal kecantikannya. Begitu juga kisah ulama sekarang yang masih hidup sekarang syaikh Zamil Zainu Hafidzahullah yang menawarkan putrinya kepada pemuda Shalih yang rajin menuntut ilmu dan paling khusyu’ dalam shalatnya.
Wahai para wanita, tunggu apa lagi, segera meminta dicarikan, jika bisa ada beberapa orang yang membantu anda, apalagi sekarang persaingan beraaaaat. Perbandingan wanita dan laki-laki didunia mulai jauh banyak wanita. Apalagi jumlah akhwat semakin banyak sedangkan ikhwan tidak terlalu banyak, itupun belum tentu semua ikhwan tersebut siap nikah. Karena mereka banyak yang harus dipersiapkan.
wanita juga berhak menolak
menolak tawaran bukan hanya ditangan laki-laki, tetapi wanitapun berhak menolak tawaran. Karena terkadang wanita malu mengatakan tidak atau tidak enak dengan laki-laki tersebut, atau sangat malunya. Ingat kembali bahwa khulu’ [wanita minta diceraikan] pertama dalam islam adalah karena tidak sekufu dalam hal wajah dan fisik, kemudian jangan khawatir jika ikhwan tersebut menakut-nakuti dengan hadist,
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ، [ص:387] إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ، وَفَسَادٌ عَرِيضٌ
“Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridhoi akhlak dan agamanya maka nikahkanlah ia, jika tidak kalian lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang luas.” [HR. At Tirmidzi no. 1084, dihasankan oleh Al-Albani di Shahih Sunan At Tirmidzi]
Lihat hadist yang kita sampaikan sebelumnya bahwa, istri Tsabit bin Qais bin Syammas radhiallahu ‘anhu datang dan menghadap kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata ingin minta khulu’,
يَـا رَسُولُ الله، مَا أَنْقِمُ عَلَى ثَابِتٍ فِيى دِيْنٍ وَ لَا خُلُقٍ إِلَّا أَنِّيْ أَخَافُ الكُفْرَ، فَقَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه و سلم : تَرُدِّيْنَ عَلَيْهِ حَدِيْقَـتَهُ ؟ ، فَقَالَتْ : نَعَمْ . فَرَدَّتْ عَلَيْهِ وَأَمَرَهُ فَفَارَقَهَا .
“Wahai Rasulullah, aku tidak mencela Tsabit dalam hal agama dan akhlaknya, akan tetapi aku takut akan (menjadi) kufur.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah engkau mau mengembalikan kebun kepadanya?” Ia menjawab, “Ya.” Maka kemudian kebun itu dikembalikan kepada Tsabit bin Qais dan (beliau) menyuruhnya untuk menceraikan istrinya. [HR. Bukhari no. 5276]
Jadi walaupun agama dan ahlaknya baik, tetapi anda sangat tidak bisa menerima hal yang lain dan tidak bosa ditolerir, maka anda berhak menolaknya.
Segera katakan kepada ikhwan itu
kasus pertama yang kami sampaikan adalah anda wahai para wanita terlanjur suka atau mengagumi seorang ikhwan dan anda harap dialah yang akan memimpin anda menuju surga Allah. Maka segeralah ungkapkan, bisa meminta bantuan orang yang dipercaya agar anda bisa menumpahkan semua perasaan anda dan segera melegalkannya. Hal ini bukanlah tercela, karena pernah terjadi di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Imam Al-Bukhary rahimahullah berkata pada shahihnya, “Bab: Seorang wanita menawarkan dirinya kepada seorang lelaki yang shalih”, lalu beliau membawakan hadits Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwa beliau berkata,
جَائَتِ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُُُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَعْرَضُ عَلَيْهِ نَفْسَهَا
“Seorang wanita datang kepada Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- dan menawarkan dirinya kepada beliau (untuk dinikahi).” (HR. Al-Bukhari: 2/246)
Dan ada taqrir (persetujuan) Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap perbuatan wanita ini dan beliau tidak mengingkarinya.
Buang jauh-jauh rasa malu anda, jika laki-laki itu shalih, maka katakan kepadanya bahwa tolong yang tahu hal ini hanya kita berdua dan Allah saja.
Perbaiki diri dan mempersiapkan bekal dari sekarang
Wahai wanita, daripada anda sibuk mengosip, sibuk membicarakan laki-laki, sibuk chatting di jejaring sosial. Lebih baik anda sibuk memperbaiki diri dan selalu meningkatkan kualitas keimanan anda.
Bawa diri anda ke dapur, cobalah anda mulai megenali alat-lat memasak jika anda belum mengtahui, mulailah mencoba menu-menu baru bersam akhwat yang lain, karena masakan anda akan membuat suami anda kelak selalu teringat rumah dan ingin cepat-cepat pulang.
Bawa diri anda ke TPA dan Taman kanak-kanak, pelajari bagaimana prilaku anak-anak, bagimana cara mendidik yang benar dan menghasilkan anak yang shalih dan shalihah.
Kumudian berusahala menjadi wanita yang lembut, karena jika wanita tidak tahan terhadap pengorbanan laki-laki maka laki-laki tidak tahan terhadap kelembutan dan kepatuhan wanita. Jika memang kurang bisa lembut, maka paksakan ia agar menjadi lembut. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ وَالْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ
“Sesungguhnya ilmu diperoleh dengan belajar dan sesungguhnya kelembutan diperoleh dengan melembut-lembutkan,” [HR. Al-Khathib dalam Tarikh-nya 9/127. Lihat Silsilah Ash-Shahihah, karya Al-Albani, 1/342]
Dan anda para wanita lebih tahu bagaimana anda menjadi akhwat yang sejati, yang membuat cemburu bidadari di surga, para bidadari nanti bagaikan kerikil di pesisir pantai. Karena disurga kelak suami anda adalah milik anda. Semoga wanita-wanita kaum muslimin memiliki kehormatan yang tinggi dan bisa melahirkan dan mendidik generasi Islam yang tangguh. Amin.
INSYA ALLAH BERSAMBUNG…
Disempurnakan di Lombok, Pulau seribu Masjid
2 Dzulqo’dah 1432 H, Bertepatan 30 September 2011
Penyusun: Raehanul Bahraen
Semoga Allah meluruskan niat kami dalam menulis.
artikel https://muslimafiyah.com