AdabBimbingan IslamFiqhQuote Ringan

Fikh Para Ulama Bisa Berbeda tetapi Aqidah Mereka Sama

Maaf, ini bagi kami pribadi:

Menulis tentang akidah lebih mudah karena bisa dibilang hampir tidak ada ikhtilaf/perselisihan para ulama, misalnya tulisan kami berjudul:

“Islam bukan warisan”

Link: https://muslim.or.id/30005-islam-bukan-warisan.html

Saya tulis sekitar 20-30 menit saja menggunakan HP.

Tetapi kalau menulis tentang fikih, apalagi fikih kontemporer, ini bisa lama waktunya dan biasanya menggunakan laptop, misalnya tulisan kami berjudul:

“Apakah bumi datar atau Bulat dalam syariat”

Link: https://muslim.or.id/28368-apakah-bumi-bulat-bola-atau-datar-menurut-pandangan-syariat.html

Saya tulis sekitar 2-3 hari lamanya dan buka banyak referensi.

Akidah dan tauhid sangat penting dan menjadi perhatian para ulama karena akidah dan tauhid adalah inti ajaran Islam, sedangkan dalam fikih kita memang harus berlapang dada menghormati pendapat orang lain selama jelas dalilnya.

Dalam masalah fikih memang banyak terjadi perbedaan pendapat selama perbedaan tersebut muktabar (teranggap) karena sama-sama ada dalilnya. Karenanya, para ulama mengatakan bahwa seorang ahli fikih harus paham benar perbedaan fikih dan luas ilmunya, serta tidak taklid buta dengan satu pendapat saja. Jika belum tahu, berarti dia belum mencium bau ilmu fikih.

Qatadah (seorang tabiin) berkata,

ﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﻌْﺮِﻑِ ﺍﻟِﺎﺧْﺘِﻠَﺎﻑَ ﻟَﻢْ ﻳَﺸُﻢَّ ﺭَﺍﺋِﺤَﺔَ ﺍﻟْﻔِﻘْﻪِ ﺑِﺄَﻧْﻔِﻪِ

“Orang yang belum mengetahui perbedaan (pendapat ulama), berarti hidungnya belum mencium bau ilmu fikih.” (Jami’ Bayanil Ilmi, Ibnu Abdil Barr 2/814-815)

Barang siapa yang berpegang teguh dengan agama Allah pada akidah dan tauhid yang benar, maka inilah yang dapat menyatukan umat, yaitu persatuan di atas akidah dan tauhid yang benar.

Allah berfirman,

ﺍﻋْﺘَﺼِﻤُﻮﺍ ﺑِﺤَﺒْﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﻭَﻻَ ﺗَﻔَﺮَّﻗُﻮﺍ ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﻧِﻌْﻤَﺖَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺇِﺫْ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺃَﻋْﺪَﺁﺀً ﻓَﺄَﻟَّﻒَ ﺑَﻴْﻦَ ﻗُﻠُﻮﺑِﻜُﻢْ ﻓَﺄَﺻْﺒَﺤْﺘُﻢ ﺑِﻨِﻌْﻤَﺘِﻪِ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧًﺎ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara.” (Ali ‘Imran/3: 103)

Demikian, semoga bermanfaat.

@Yogyakarta tercinta

Penyusun: Raehanul Bahraen

Sumber: www.muslimafiyah.com

Related Articles

One Comment

  1. Bismillah, afwan ustadz, saya pernah mengikuti kajian, bahwa ada beberapa hal yang berbeda dari para ulama dalam masalah keyakinan tapi mungkin bukan dalam masalah yang besar karena perbedaan referensi dan pemahaan dari para ulama tersebut, contoh nya: perbedaan keyakinan urutan kejadian pada hari kiamat (mulai bangkit dari kubur -> mizan -> shirath -> qantarah, dst), maksudnya beda ulama beda juga urutannya, bagaimana saya menyikapi yang seperti ini?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button