Islam dan Budaya

Mohon maaf,
Kemarin yang ribut-ribut mempermasalahkan jenggot, sorban, cadar, dan jilbab, itu budaya Arab dan budaya unta. Harus budaya Indonesia (katanya).
Eh, pas acara Valentine, rok mini, jins ketat, dan tato, yang jelas bukan budaya Indonesia, pada membisu semua.
Bisa jadi anti-Arab adalah alasan mengeles anti-Islam.
Saudaraku yang semoga selalu disayangi Allah,
Islam tidak sepenuhnya anti terhadap budaya dan adat. Bahkan ada hukum Islam yang menjadikan budaya sebagai sandaran hukum.
Sebagaimana kaidah,
العادة محكمة
“Adat/kebiasaan dapat dijadikan sandaran hukum”
Demikian juga budaya yang tidak bertentangan dengan Islam, semisal memakai sarung, memakai baju batik. Kita boleh memakainya. Bahkan kita dianjurkan menyesuaikan dengan pakaian dan budaya setempat, jika tidak melanggar syariat.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata,
أن موافقة العادات في غير المحرم هي السنة؛ لأن مخالفة العادات تجعل ذلك شهرة، والنبي صلّى الله عليه وسلّم نهى عن لباس الشهرة ، فيكون ما خالف العادة منهياً عنه.
“Mencocoki/menyesuaikan kebiasaan masyarakat dalam hal yang bukan keharaman adalah disunahkan. Karena menyelisihi kebiasaan yang ada berarti menjadi hal yang syuhrah (suatu yang tampil beda sekali dan mencolok, pent). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang berpakaian syuhrah. Jadi sesuatu yang menyelisihi kebiasaan masyarakat setempat, itu terlarang dilakukan.” (Syarhul Mumti’ 6/109, Syamila)
Demikian semoga bermanfaat.
@ Pesawat Batik Air Yogya – Jakarta – Jayapura
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com