[Rubrik: Faidah Ringkas]
Belum lama ini viral di tengah netizen Indonesia tentang seorang Kyai yang selalu tampil berbicara dan mengeluarkan statement-statement unik, berbicara dengan semut, berbicara dengan malaikat, bedah langit alih-alih bedah kitab, dan berbagai macam keunikan lainnya. Salah satu hal yang kami soroti adalah sering kali di tengah orasinya, beliau mengeluarkan dalil-dalil menggunakan bahasa Suryani. Sebenarnya apa bahasa Suryani itu? Apakah benar bahasa Suryani adalah bahasa Arab kuno?
Terlepas dari benar tidaknya apakah sang Kyai benar menggunakan bahasa Suryani atau tidak, kami mencoba menelusuri informasi tentang asal-usul bahasa Suryani ini. Dinukil dari situs Wikipedia, bahasa Suryani sering dikenal sebagai bahasa Aram (bukan Arab lho), tepatnya bahasa Aram Timur modern. Bahasa Suryani bukanlah turunan bahasa Arab, bukan pula bahasa Arab ‘Amiah (pasaran).
Sering dikait-kaitkan dengan negara Suriah, meski terpengaruh oleh bahasa Suryani, bahasa resmi di negara Suriah bukanlah bahasa Suryani, melainkan bahasa Arab. Bahasa Suryani sendiri sekarang merupakan bahasa kaum minoritas Kristen Syria yang tinggal di sebelah timur Turki, sebelah utara Irak, dan sebelah timur laut Suriah, serta beberapa bahasa dari gereja sekitar sana. (lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Suryani)
Dengan demikian bahasa Suryani ini bukanlah bagian dari bahasa Arab atau turunan dari bahasa Arab kuno apalagi sampai dikatakan merupakan bahasa agama Islam. Bahasa agama Islam adalah bahasa Arab, itulah bahasa yang digunakan dalam Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, karena beliau bertutur dengan bahasa Arab. Allah berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Quran dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya.” (QS. Yusuf: 2)
Tentu sebagai seorang muslim, merupakan kebanggaan jika kita bisa memahami bahasa Arab dengan baik, sebab memahami bahasa Arab adalah kunci memahami agama ini. Sebaliknya, jauh dari bahasa Arab akan menjadi sebab kemunduran kaum muslimin.
Mempelajari bahasa tertentu akan memberi pengaruh dalam kehidupan, dalam adab, prinsip, dan gaya hidup. Ketika seseorang belajar bahasa Inggris, maka dia akan sering membuka literatur berbahasa Inggris, membaca kebiasaan hidup orang sana, menonton film dan drama mereka. Tentu tidak tercela belajar bahasa Inggris, justru bisa terpuji jika mampu menggunakannya pada hal-hal yang bermanfaat.
Demikian pula jika seseorang mempelajari bahasa Arab, maka dia akan belajar Al-Quran dan hadits, membaca catatan sejarah keemasan Islam, menelaah prinsip-prinsip hidup Islam dan kaum muslimin, karena bahasa Arab tidak bisa lepas dari sejarah Islam. Oleh karena itu, para salaf dan para ulama selalu memotivasi agar kita semangat belajar bahasa Arab. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata,
تعلموا العربية فإنها من دينكم
“Pelajarilah bahasa Arab, sesungguhnya ia bagian dari agama kalian.” (Iqtidha’ shiratal mustaqim 527-528 jilid I, tahqiq syaikh Nashir Abdul karim Al–‘Aql]
Sangat disayangkan jika banyak kaum muslimin sekarang yang jauh dari bahasa Arab. Bahkan ada realita yang lebih disayangkan lagi karena beberapa negara Timur Tengah yang notabene bahasa resminya adalah bahasa Arab, kebanyakan penduduknya menggunakan bahasa Arab ‘Amiah atau pasaran dan jarang menggunakan bahasa Arab Fusha yang fasih.
Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
(Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)