Mendidik Anak Dalam Kesederhanaan Untuk Agama Mereka
Berawal dari ngobrol-ngobrol ringan dengan istri, apa nanti kamar mau pasang AC atau tidak, kemudian saya menyelutuk
“Nanti kalau kebiasaan pakai AC di kamar, nanti gak terbiasa suasana pondok pesantren yang mungkin sederhana, malah gak betah nantinya, gak biasa hidup sederhana”
Note: kalau AC memang kebutuhan primer, ya harus pasang 🙂
Kami memang berencana mau menyekolahkan anak-anak kami di pondok pesantren, kenapa?
Pertama:
jelas untuk agamanya karena memang tujuan kita hidup adalah sukses di akherat.
Kalau sudah sukses akherat insya Allah sukses di dunia berupa kebahagiaan hidup
Baik dikaruniai kekayaan materi dunia atau tidak, miskin atau kaya orang yang sukses akhirat pasti sukses di dunia
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
أن في الدنيا جنة من لم يدخلها لا يدخل جنة الآخرة
“Sesungguhnya di dunia ada surga, barangsiapa yang tidak memasukinya, maka ia tidak akan masuk surga di akhirat.” (l-wabilush shayyib hal 48, Darul Hadits, Koiro, cet. III, Syamilah)
Kedua:
Jelas pondok pesantren yang kami tuju adalah pondok pesantren yang punya pendidikan akidah dan adab yang baik, pondok yang juga fokus ke teknologi modern, banyak ilmu praktis (bukan terlalu banyak teori, menghapal dan terlalu banyak ujian), kurikulum yang fokus dan sebagainya
Maaf, bukan seperti yang dibayangkan orang kalau pondok pesantren adalah “buangan”, kalau tidak bisa masuk negeri, masuk swasta, kalau sudah tidak keterima baru pondok pesantren
Ketiga:
Adab dan akhlak sangat kami tekankan, ini yang mulai terkikis di zaman sekarang, anak-anak “berhasil” tetapi adab dan akhlak sangat kurang.
kami percaya di pondok pesantren akan diajarkan hal ini dan lebih diawasi
Keempat:
Yang lebih penting adalah di pondok pesantren anak diajarkan sederhana dan lebih mampu menerima serta qona’ah
Ini poin yang akan dibahas “kesederhanaan”
Note mengenai pondok pesantren:
1. Sebaiknya jangan masukkan pondok full menginap (terpisah dari orang tua, anak yang belum baligh, misalnya SD sudah full masuk pondok, karena usia itu adalah usia haus kasih sayang ayah ibu, pengawasan lebih dan tentu berbeda belaian ayah ibu dengan musyrif pondok)
2. Orang tua tetap membangun komunikasi aktif dengan pondok mengenai pendidikan anak mereka, sering kunjungi dan jangan lepas total seolah-olah melepas tanggung jawab
3. Mendidik anak tidak harus di pondok pesantren, bisa home schooling dan lain-lain, intinya adalah mengajarkan kesederhanaan dan perjuangan hidup
Kesederhaaan lebih dekat dengan agama
Kalau kita perhatikan, kebanyakan dan mayoritas orang yang peduli dengan kehidupan beragama adalah (maaf) mereka yang miskin atau tidak terlalu kaya banget, meskipun ada yang kaya juga, itupun mereka yang sebelumnya sederhana atau dididik berjuang dengann kesederhanaan
atau bisa dibilang:
“Mayoritas yang ngaji adalah ekonomi pertengahan bahkan miskin”
Tidak heran, karena Allah sudah menjelaskan dalam Al-Quran bahwa kebanyakan orang-orang kaya dan bermewah yang lalai dari agama serta memang gemerlap dunia bisa melalaikan dari akhirat
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَآ أَرَدْنَآ أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup MEWAH di negeri itu (suatu mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. [Al Isra` : 16].
Jadi kalau memang diberi anugrah kekayaan, tetap hidup sederhana:
“Penghasilan naik, sedekah juga naik”
Ingat juga: jangan beranggapan orang mukmin harus miskin, jika bisa kaya kenapa tidak, hidup makmur dan sukses kenapa tidak? Kaya tidak tercela dalam agama
Sebagaimana dalam hadits, ada yang kalau Allah berikan kekayaan maka agamanya rusak dan ada yang kalau Allah beri kemiskinan agamanya rusak
Jadi ingat pernah membaca, kalau seseorang ingin menemui Sahabat Ustman bn Affan seorang saudagar kaya, ia kesulitan mengenal Ustman karena yang di dalam pakaiannya hampir sama bagusnya, artinya Utsman berpakaian sederhana dan para budak dan pembantunya juga berpakaian layak
Memang sederhana lebih dekat dengan qana’ah sebagai sumber kebahagiaan sejati
sederhana juga lebih dekat kepada perjuangan dan pembangunan mental
Semoga kami bisa mendidik anak-anak kami dengan kesederhanaan dalam bimbingan agama, dan tentu anda juga jika setuju
Demikian semoga bermanfaat
@Pesawat Garuda Jogja-Bali & Bandara NgurahRai
Penyusun: Raehanul Bahraen
www.muslimafiyah.com