RINGKASAN KAJIAN: Keberkahan di Waktu Pagi

Resume Kajian
Masjid At-Muchtar Karawang
بسم اللّه الرّحمٰن الرّحيم
Tema: Keberkahan di Waktu Pagi
Pemateri: dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK hafizahullah (Alumni Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)
Tempat: Masjid At-Muchtar Galuh Mas Karawang
Tanggal: 26 Syawal 1440 H/ 30 Juni 2019 M
Keberkahan merupakan sesuatu hal yang gaib. Bagi seorang yang kurang beriman, biasanya mengingkari sesuatu yang gaib. Keberkahan tersebut merupakan sesuatu yang gaib yang tidak ada wujudnya, namun hendaknya seorang muslim mengimaninya.
Pengertian berkah adalah sesuatu (kebaikan) yang banyak (melimpah), sehingga seorang muslim harus mengimaninya dan bersemangat dalam melakukan kebaikan.
Dengan keberkahan, seseorang bisa menghadapi sebuah ujian dengan mudah dan tenang. Seorang muslim hendaknya meminta keberkahan baik dalam maslahat dunia maupun akhiratnya.
Begitu pula dengan keberkahan suatu negeri.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَرْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)
Begitu pula keberkahan dakwah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang memiliki keberkahan.
Sebagaimana zaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, terdapat 2 negeri besar, yakni Romawi dan Persia.
Namun tidak halnya tanah Arab, sehingga secara militer tanah Arab hanya menggunakan panah, kuda (dan itu sangat sedikit), tidak seperti halnya Persia dan Romawi yang memiliki pasukan gajah dan lebih memadai dalam militer.
Namun mereka (bangsa Persia dan Romawi) tidak menyangka akan muncul kekuatan dari tanah Arab.
Bahkan ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bangsa Arab akan menguasai Persia dan Romawi, para sahabat tidak memercayai. Namun mereka mengimani hal tersebut, karena seorang muslim tidak boleh mengandalkan akalnya.
Yang kita cari adalah keberkahan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang menceritakan perkataan Nabi Isa sewaktu masih bayi,
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ
“Dan Allah menjadikanku banyak keberkahan di manapun aku berada.”
(QS. Maryam: 31).
Waktu Melimpahnya Keberkahan
1. Waktu Sahur
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.”
(HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095).
Yang dimaksud barokah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah pada sesuatu. Barokah bisa mendatangkan kebaikan dan pahala, bahkan bisa mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Namun patut diketahui bahwa barokah itu datangnya dari Allah yang hanya diperoleh jika seorang hamba menaati-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.”
(HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 1808)
Salat qiyamul lail termasuk dalam sebuah keberkahan. Seseorang ketika bulan Ramadan rajin melakukannya, namun ketika bulan Ramadan usai, maka tidak melakukannya lagi. Bukan hanya salat malam saja, namun amalan-amalan lain yang dikerjakan pada bulan Ramadan.
Karena hal demikian berpotensi menyebabkan amalan seseorang tidak diterima.
Para ulama mengatakan:
Di antara tanda diterimanya kebaikan amal adalah adanya kebaikan setelahnya.
Jangan sampai amalan-amalan yang telah dilakukan hanya sia-sia bagai debu yang beterbangan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَقَدِمْنَاۤ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَآءً مَّنْثُوْرًا
“Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.”
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 23)
Jika berat melakukan salat malam, usahakan melakukannya 10 menit sebelum salat Subuh. Atau, setelah bangun tidur, hendaknya salat malam walau hanya satu rakaat witir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى، فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى
“Salat malam itu 2 rakaat salam, 2 rakaat salam. Apabila kalian khawatir masuk subuh, hendaknya dia salat satu rakaat sebagai witir dari salat malam yang telah dia kerjakan.”
(HR. Bukhari 990 dan Muslim 749).
Berdasarkan hadis di atas, witir minimal adalah satu rakaat.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”
(HR. Muslim no. 783)
Zaman sekarang sulit melakukan salat malam bisa jadi karena maksiat yang dilakukan, sehingga Allah memalingkannya. Jika masih sulit, maka istigfar karena maksiat menjadi penghalang salat malam.
2. Keberkahan di Waktu Subuh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
(HR. Abu Daud no. 2606.)
Begitu pula dengan ucapan
بارك الله فيكم
Yang mana di dalamnya terdapat maksud keberkahan dan kebaikan.
Begitu pula doa kepada saudara/saudari kita yang menikah, dan di dalam doa tersebut terdapat sebuah keberkahan.
Doa tersebut ialah,
بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ
“Semoga Allah memberkahimu di waktu bahagia dan memberkahimu di waktu susah, serta semoga Allah mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan”
(HR. Abu Dawud no. 2130).
Sekilas tentang Abu Bakar
Nama asli Abu Bakar adalah Abdullah bin Abi Quhafah. Disebut Abu Bakar karena beliau orang yang pertama (bersegera) dalam melakukan kebaikan.
Abu Hurairah radhiyallahu anhu menceritakan bahwa suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabatnya:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ صَائِمًا؟ قَالَ أَبُوبَكْرٍ : أَنَا، قَالَ : فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ جَنَازَةً؟ قَالَ أَبُوبَكْرٍ : أَنَا، قَالَ : فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مِسْكِينًا قَالَ أَبُوبَكْرٍ : أَنَا، قَالَ : فَمَنْ عَادَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مَرِيضًا قَالَ أَبُوبَكْرٍ : أَنَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَااجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّادَخَلَ الْجَنَّةَ
‘Siapakah di antara kalian yang berpuasa hari ini?’ Abu Bakar menjawab,’Saya.’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Siapakah di antara kalian yang telah mengantar jenazah hari ini?’ Abu Bakar pun menjawab, ‘Saya.’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali bertanya, ‘Siapakah di antara kalian yang telah memberi makan orang miskin hari ini?’ Abu Bakar menjawab lagi, ‘Saya.’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam masih bertanya lagi, ‘Siapakah di antara kalian yang telah menjenguk orang sakit hari ini?’ Abu Bakar pun menjawab lagi, ‘Saya.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidaklah amal-amal yang telah disebutkan tadi berkumpul pada satu orang, melainkan ia akan masuk surga.’
(HR. Muslim, no. 1028)
Sebagian Ulama ada yang mengatakan:
Karena waktu subuh berkah sehingga tidur pada waktu subuh hukumnya makruh.
Apabila tidak tidur maka mendapat keberkahan yang sangat banyak.
Rezeki diturunkan waktu subuh.
Beberapa ulama menjelaskan hukumnya adalah makruh.
Urwah bin Zubair berkata,
كان الزبير ينهى بنيه عن التصبح ( وهو النّوم في الصّباح )
“Zubair bin Awwam melarang anaknya tidur setelah subuh.”
(HR. Ibnu Abi Syaibah 5/222)
Sebaiknya jangan tidur setelah subuh karena waktu itu juga turunnya rezeki dan berkah. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata,
وَنَوْمُ الصُّبْحَةِ يَمْنَعُ الرِّزْقَ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ وَقْتٌ تَطْلُبُ فِيهِ الْخَلِيقَةُ أَرْزَاقَهَا، وَهُوَ وَقْتُ قِسْمَةِ الْأَرْزَاقِ، فَنَوْمُهُ حِرْمَانٌ إِلَّا لِعَارِضٍ أَوْ ضَرُورَةٍ،
“Tidur setelah subuh mencegah rezeki, karena waktu subuh adalah waktu makhluk mencari rezeki mereka dan waktu dibagikannya rezeki. Tidur setelah subuh suatu hal yang dimakruhkan kecuali ada penyebab atau keperluan.”
(Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibad 4/222, Muassah Risalah, Beirut, cetakan ke-27, 1415 H)
Pengertian rezeki, bukan hanya uang saja.
Dalam Islam, artinya “segala sesuatu yang bermanfaat bagi makhluk, maka itulah rezeki”.
Uang, jodoh, anak, teman, dan kemudahan hidup itu termasuk rezeki.
Dalil bahwa anak adalah rezeki:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan satu doa khusus ketika seseorang hendak melakukan hubungan suami istri:
بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami.”
Dalil bahwa jodoh juga rezeki adalah karena tidak mungkin memiliki anak tanpa itu.
Tidur Setelah Subuh Menurut Medis
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
وَهُوَ مُضِرٌّ جِدًّا بِالْبَدَنِ لِإِرْخَائِهِ الْبَدَنَ وَإِفْسَادِهِ لِلْفَضَلَاتِ الَّتِي يَنْبَغِي تَحْلِيلُهَا بِالرِّيَاضَةِ
“Tidur setelah subuh sangat berbahaya bagi badan karena melemahkan dan merusak badan karena sisa-sisa metabolisme yang seharusnya diurai dengan berolahraga/beraktivitas.”
(Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibad 4/222, Muassah Risalah, Beirut, cetakan ke-27, 1415 H)
Yang namanya pola hidup tidak sehat akan dipanen di waktu tua. Contoh: orang yang merokok ketika muda ia masih kuat, maka ketika tua ia akan menuai keluhan-keluhannya.
Tidur setelah Subuh hukumnya makruh, namun ketika ada makruh karena darurat, maka boleh jika dalam fikih.
Yaitu kaidah:
الكراهة تزول بالحاجة
“Kemakruhan hilang karena hajat”
Tambahan Penulis Mengenai Kaidah di Atas
Jangan sampai salah menempatkan kaidah, karena kaidah di atas memiliki turunan.
1. الضرر يدفع على قدر الإمكان
(Kemudaratan dihilangkan semaksimal mungkin meskipun tidak seluruhnya hilang).
2. الضرر لا يزال بمثله
(Kemudaratan tidak dihilangkan dengan memunculkan kemudaratan yang serupa, apalagi kemudaratan yang lebih parah).
3. ارتكاب أخف الضررين
(Menempuh kemudaratan yang lebih ringan, di mana kedua mudarat tersebut tidak bisa dihindari)
4. درء المفاسد مقدم على جلب المصالح
(Menolak kemudaratan lebih diutamakan daripada mendatangkan kemaslahatan).
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
ومن المكروه عندهم : النوم بين صلاة الصبح وطلوع الشمس فإنه وقت غنيمة ….حتى لو ساروا طول ليلهم لم يسمحوا بالقعود عن السير ذلك الوقت حتى تطلع الشمس
“Di antara yang tidak disukai adalah tidur antara salat Subuh dan ketika matahari terbit, karena tidur pada waktu itu dimakruhkan…. sampai-sampai jika seseorang berjalan (safar) sepanjang malam, mereka tidak diizinkan untuk duduk (tidur dan istirahat) sampai terbit matahari.”
Namun lebih baik dan mampu melakukannya adalah setelah subuh adalah menahan untuk tidur, lalu tidur setelah waktu syuruq (awal terbit matahari).
Beberapa ulama yang cukup sibuk melakukan seperti ini, mereka tidur sebentar setelah terbit matahari (syuruq) kemudian berangkat kerja dan mengajar (beraktivitas).
Wallahu a’lam.
Semoga Bermanfaat.
بارك الله فيكم.
Oleh: Doni Setio Pambudi (Abu Ubaidillah) hafizahullah
Semoga Allah menjaganya dan memasukkannya ke surga tertinggi.