RINGKASAN KAJIAN: Antara Diet Ketat Naik Turunnya Keimanan
????Tema : Antara Diet Ketat Naik Turunnya Keimanan
????Pemateri : dr. Raehanu Bahraen, M.Sc, Sp.PK hafizhahullaah (Alumni Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)
???? Tempat : Masjid Raya Puri Telukjambe
???? Tanggal : 26 Syawal 1440 H/ 30 Juni 2019 M.
Kaitan berat badan dengan keimanan, ternyata hal ini ada benang merah yang berkaitan.
1. Diet Ketat Berat Badan Tubuh Mudah Untuk Naik dan Turun.
Begitu pula dengan keimanan ini yang terkadang bisa naik dan juga turun ibarat sebuah berat badan seseorang.
2. Di zaman ini bagi yang sudah mencoba diet ternyata sangat susah untuk diet agar berat badan stabil. Terlebih banyak makanan kuliner bahkan sesuatu yang ekstrim lagi membahayakan sekalipun dilakukan untuk program diet tersebut.
3. Di satu sisi manusia sangat ingin menjaga diet nya, merelakan apapun walau dengan cara yang sulit.
Begitupula orang yang ingin menjaga keimanan, dia akan menjaga keimanan tersebut dan terus berusaha dia berkomitmen tidak akan kembali dengan teman-teman yang buruk, lagi tidak akan tenggelam kepada masa lalu yang kelam.
4. Apabila melanggar diet atau melanggar kaidah diet maka dia akan merasa berdosa dan merasa salah.
Maka ketika melanggar dia akan membalas dengan cara olahraga atau mengatur pola kalori pada makanan untuk membayar apa yang dia langgar.
Begitu juga orang yang menjaga keimanannya maka dia akan merasa sedih, ketika melakukan dosa, maksiat, melanggar syariat islam sedih, bahkan terluput dari kebaikan saja ia sangat sedih.
Ketika telah melakukan dosa maka dia akan berpikir bagaimana cara untuk membalasnya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
وأتبع السيئة الحسنة تمحها…
“iringilah perbuatan dosa dengan amal kebaikan, karena dapat menghapusnya…”
5. orang yang melakukan diet ketat maka dia akan melakukan berbagai macam metode ketika diet, dia akan berkorban untuk diet dengan harta, dia berkorban dengan tidak menikmati dunia, ketika orang lain menikmati makanan di dunia namun dia menahan hal tersebut untuk mendapatkan diet yang ketat.
Begitu juga dengn keimanan, maka berkorban dengan harta, pikiran, harta, tenaga, menahan hal yanh diinginkan dan itu semua untuk menjaga keimanan.
5 Point Antara Diet Ketat dan Keimanan
1.Orang yang melakukan diet ketat sangat mudah berat badan naik turun, maka keimanan pun demikian, mudah untuk naik dan turun.
Makanan siap saji pun memiliki sebuah kandungan belakang komposisinya, bahkan di zaman sekarang makanan yang sangat kecil ukurannya namun kalorinya sangat banyak .
Zaman ini manusia memiliki perkembangan teknologi sehingga dimanjakan dengan hal tersebut sehingga seseorang sangat malas untuk bergerak.
Berat badan sering naik dan turun karena banyaknya godaan makanan sehingga program diet terkadang naik dan turun.
Bahkan kadar keimanan seseorang bisa naik dan juga turun, seseorang yang bertahan dengan keimanannya sangatlah berat seperti menggenggam bara api sebagaimana hadits.
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ القَابِضُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْر
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.”
(HR.Tirmidzi)
Para ulama menjelaskan bahwa ini adalah permisalan yang bagus, karena yang namanya bara api perlu kemampuan dan keyakinan yang kuat untuk menggenggam bara api tersebut.
Yang namanya “bara api” baru bisa digenggam jika digenggam dengan erat dan langsung, maka bara api akan padam dan ia bisa menggenggam bara api tersebut. Jika disentuh pelan-pelan, maka api tidak akan padam dan bara tidak akan tergenggam. Begitu juga dengan agama. Kalau kita setengah-setengah dalam beragama, maka agama tidak akan bisa kita genggam dengan erat. Dan jika kita mendekat dan menyentuhnya maka akan terasa panas dan kitapun enggan untuk mendekat.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا ادْخُلُوْا فِي الْسِّلْمِ
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan.”
(QS. Al-Baqarah ayat: 208)
◆Sebab keimanan naik turun ada 2 yakni syubhat dan syahwat.
Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengingatkan ummatnya dengan fitnah tersebut, karena seseorang yang terkena fitnah bisa saja hilang dari majelis ilmu walaupun dia orang yang multazim.
Sehingga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memanjatkan do’a
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berdo’a,
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu!”
Orang yang bersungguh-sungguh untuk menghindari fitnah maka Allah subhanahu wata’ala akan menuntun kepada mereka, sungguh dialah yang maha pemberi petunjuk.
Allaah subhanahu wata’ala berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (berjuang) di (Jalan) Kami, Kami akan benar-benar menunjukkan Jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat kebaikan”.
(QS. Al-Ankabut: 69)
◆ Syubhat
Tidak sedikit seseorang yang terkena fitnah di zaman ini karena sosial media sebagai sarana yang mudah.
Bahkan sebagian orang sibuk dengan sosial media dibandingkan pergi ke majelis ilmu, di sosial media banyak terjadi perdebatan dan tidak sedikit orang yang terkena syubhat akibat perdebatan.
◆ Syahwat
Syahwat banyak muncul
Syahwat sering menggerogoti iman secara tidak kita sadari, baik mengaku atau tidak mengaku.
Imam Ahmad rahimahullah mengatakan
“Selayaknya bagi seorang hamba zaman ini (zaman Imam Ahmad) berhutang untuk menikah supaya tidak melihat apa yang di halalkan lalu terhapuslah amalannya.”
2. Manusia Zaman ini sulit menjaga berat badannya sebagaimana menjaga keimanannya. Orang yang diet mereka mengetahui alat untuk mengukur dietnya dengan timbangan untuk mendeteksi berat badannya.
Kita berada di zaman dimana orang lebih peduli dengn timbangan berat badan dibandingkan timbangan keimnannya.
Lalu untuk mendeteksi keimanan bagaimana ketika sedang naik turun?
Maka caranya adalah melihat apakah kita mudah atau tidak dalam melakukan kebaikan. Apabila melakukan kebaikan maka iman sedang naik begitupun jika melakukan keburukan maka iman sedang turun.
Para ulama zaman dulu mendeteksi dengan cara memperhatikan shalat malamnya.
Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata,
حرمت قيام الليل خمسة أشهر بذنب أذنبته
“Selama lima bulan aku terhalang untuk melakukan shalat malam karena dosa yang aku lakukan.”
(Qiyaamul Lail, Fadhluhu wa Aadaabuhu)
Hasan Al-Basri rahimahullah berkata,
ﺇﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻟﻴﺬﻧﺐ ﺍﻟﺬﻧﺐ ﻓﻴﺤﺮﻡ ﺑﻪ ﻗﻴﺎﻡ ﺍﻟﻠﻴﻞ
“Sesungguhnya seseorang itu ketika berbuat dosa, bisa jadi akan diharamkan (susah melakukan) shalat malam.”
(Al-Mujalasah wa Jawahirul Ilmi no. 403)
Karena indikasi, dan orang yang bisa shalat malam adalah orang yang memiliki hati yang bersih dari keimanannya dan perlu di ketahui bahwa Allah lah yang membangunkannya.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﻘِﻴَﺎﻡِ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺩَﺃْﺏُ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴْﻦَ ﻗَﺒْﻠَﻜُﻢْ، ﻭَﻫُﻮَ ﻗُﺮْﺑَﺔٌ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ، ﻭَﻣُﻜَﻔِّﺮَﺓٌ ﻟِﻠﺴَّﻴِّﺌَﺎﺕِ، ﻣَﻨْﻬَﺎﺓٌ ﻋَﻦِ ﺍْﻹِﺛْﻢِ
“Lakukanlah shalat malam oleh kalian, karena hal itu merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian. Ia pun dapat mendekatkan kalian kepada Rabb kalian, menghapus segala kesalahan dan mencegah dari perbuatan dosa.”
(HR. Tirmidzi)
Meski seudah ngaji maka diperhatikan keimanan kita ada yang salah, mungkin karena niatnya yang tidak ikhlas ataupun mutaba’ahnya, atau iman yang jujur di dalam hati.
Sehingga ulama menjadikan shalat malam menjadikan patokan keimanan.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
تَتَجَا فٰى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَّطَمَعًا ۖ وَّمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
(QS. As-Sajdah 32: Ayat 16)
Salah satu contohnya lagi adalah patokan dalam shalat subuh, apabila sulit untuk bangun maka ini keimanan sedang turun.
Meskipun mereka begadang atu tidur satu jam sekalipun maka tetap bangun shalat subuh karena Allah yang membangunkannya, sungguh dialah yang maha kuasa atas segala hikmahnya.
3. Disatu sisi manusia sangat ingin menjaga dietnya, mencari tau cara agar memperhatikan rambu-rambu dietnya dan ada yang tidak peduli dengan program diet tersebut.
Begitu juga dengan keimanan, ada yang menjaga kuat keimanannya, mencari cara agar istiqamah keimanannya, mencari komunitas yang dapat menjaga keimannnya, membuat kajian, membuat kegiatan positif untuk menjaga keimanan. Namun disisi lain ada orang yang cuek dengan keimannya dan tidak peduli lagi dengan agamannya sehingga ada istilah istidraj.
Istidraj yaitu ia merasa bahagia di dunia padahal itu adalah hukuman baginya dari Allah Ta’ala, karena ia bahagia tidak diatas landasan Agama Islam yang benar. Allah biarkan ia bahagia sementara di dunia, Allah biarkan ia merasa akan selamat dari ancaman Allah di akhirat kelak, Allah tidak peduli kepadanya. Itulah istidraj sebagaimana yang dijelaskan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ
“Bila engkau melihat Allah Ta’ala memberi hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan) dari Allah.”
(HR. Ahmad, lihat Shahihul Jami’ no. 561)
Istidraj adalah Allah memberikan dunia kepada dia namun sesungguhnya Allah tidak peduli lagi kepada dirinya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
اَفَاَ مِنُوْا مَكْرَ اللّٰهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَ
“Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi.”
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 99)
Ulama menjelaskan yaitu makar Allah kepada manusia dengan kenikmatan yang menipu.
Orang yang tidak shalat namun diberikan harta dunia
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
مَا سَلَـكَـكُمْ فِيْ سَقَرَ , قَا لُوْا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّيْنَ ۙ
“Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (Neraka) Saqar?”
“Mereka menjawab, Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan sholat,”
(QS. Al-Muddassir 74: Ayat 42-43)
4. Apabila pelaku diet ketat melanggar dietnya maka dia merasa bersalah lalu dia akan menebus kesalahan karena melanggar duetnya
Maka orang yang beriman pun demikian, apabila melakukan hal yang melanggar syariat maka dia merasa bersalah, tidak tenang hatinya, tidak santai-santai dan dia akan segera menebusnya, bahkan luput dari kebaikan merasa sedih karena kalinya.
Maka orang yang beriman bersegera menebusnya
Segera iringi keburukan dengan kebaikan untuk menebusnya.
Contoh : ketika seseorang melukan dosa secara sembunyi sembunyi maka dia akan menebusnya dengan cara melakukan sebuah amalan secara sembunyi-sembunyi juga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار
“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.”
(HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
Para ulama mengatakan sampai kapan ia melakukan penebusan tersebut maka ulama katakan sampai ia tenang.
Definisi Dosa
وَعَنِ النَّوَّاسِ ابْنِ سَمْعَانَ رضي اللّه عنه قَالَ سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم عَنِ الْبِرِّ وَ اْلأِثْمِ فَقَالَ اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَ اْلأِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاس
Dari sahabat Nawwas bin Sam’an beliau berkata, Aku bertanya kepada Rasūlullāh tentang makna Al-Birr (yaitu kebajikan) dan itsm (yaitu dosa) -Apa itu kebajikan? Dan apa itu dosa?- Maka Rasūlullāh berkata, “Al-birr (kebajikan) adalah akhlak yang mulia. Adapun dosa yaitu apa yang engkau gelisahkan di hatimu dan engkau tidak suka kalau ada orang yang mengetahuinya.”
(HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap manusia pasti banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat”
(HR. Tirmidzi no.2687. At Tirmidzi)
5. Pelaku diet akan berusaha menempuh berbagai macam cara agar dia istiqomah dalam diet.
Demikian juga dengan orang yang menjaga keimanan.
Cara menurunkan berat badan ada 2 cara:
1. Menuruni kalori yang masuk (mengontrol makanan/ mengurangi makanan)
2. Membakar kalori
dan keduanya harus saling dilakukan, jangan sampai hanya menjaga makanan namun dia tidak olahraga, dan jika olahraga pun harus rutin, jika tidak demikian maka banyak fenomena diet gagal.
Metode yang mengandalkan makanan saja maka hanya sesuatu yang sementara untuk menurunkan berat badan, dan perlu di ingat kunci selanjutnya metode dalam diet harus dibarengi dengan olahraga.
Orang hijrah adalah yang menjauhi larangan Allah dan yang paling penting adalah istiqomah, dan para ulama mengatakan karomah yang paling baik adalah Istiqomah.
Karena istiqomah itu sulit, dan ada istilah menjaga lebih sulit daripada mendapatkan.
Cara menjaga keimanan
1. Harus hijrah dengan niat yang baik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya seseorang hanya mendapatkan apa yang dia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan sampai hijrah hanya penampilan saja, ilmunya itu saja. Jangan sampai hijrah namun hakikatnya hanya jalan di tempat
Yang lebih khawatir dan berbahaya adalah ketika sudah hijrah namun hilang
Karena dimulai dengan niat yang buruk.
Allah telah memberikan jalan petunjuk dan hidayah yang sangat mahal, kemudian ia menyimpang, bisa jadi Allah simpangkan ia selama-lamanya. Allah tidak akan menoleh peduli padanya lagi, wal’iyadzu Billah
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺯَﺍﻏُﻮﺍ ﺃَﺯَﺍﻍَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻗُﻠُﻮﺑَﻬُﻢْ
“Maka ketika mereka melenceng (dari jalan yang lurus) niscaya Allah lencengkan hati-hati mereka.”
(QS. Ash-Shaff ayat : 5)
2. Jangan lupa menuntut ilmu, bukan untuk muncul/tampil. Awali dengan belajar dahulu, mempelajari akhlak dan adab, dan belajar dengn cara yang baik dengan pelan-pelan, kajian yang rutin.
Dan dasar ketika baru hijrah adalah adab dan akhlak
◆Ibnul Mubarok rahimahullah berkata,
تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين
“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
◆Makhlad bin Al Husain berkata pada Ibnul Mubarok rahimahullah,
نحن إلى كثير من الأدب أحوج منا إلى كثير من حديث
“Kami lebih butuh dalam mempelajari adab daripada banyak menguasai hadits.” Ini yang terjadi di zaman beliau, tentu di zaman kita ini adab dan akhlak seharusnya lebih serius dipelajari.
◆Dalam Siyar A’lamin Nubala’ karya Adz Dzahabi disebutkan bahwa ‘Abdullah bin Wahab berkata,
ما نقلنا من أدب مالك أكثر مما تعلمنا من علمه
“Yang kami nukil dari (Imam) Malik lebih banyak dalam hal adab dibanding ilmunya.” –
Imam Malik juga pernah berkata, “Dulu ibuku menyuruhku untuk duduk bermajelis dengan Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman -seorang fakih di kota Madinah di masanya-. Ibuku berkata,
تعلم من أدبه قبل علمه
“Pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya.”
(Kaidah) Ilmu itu di datangi bukan mendatangi
Sehingga melahirkan orang yang berilmu namun membawakannya dengan adab. Jika ingin nikmat beragama maka pelajari adab lah.
3. Segera mencari lingkungan yang baik
Syarat utama hijrah dan tidak bisa ditawar-tawar adalah meninggal kan lingkungan yang buruk, teman yang buruk dan segala itu harus di ganti dengan yang baik namun tidak berarti memutuskan silaturahim.
Dan yang paling utama adalah teman pergaulan dalam kunci hijrah.
Ulama mengatakan dalam sebuah atsar
“Kalau orng ingin kembali tubat adalah sedih ketika bertaubat dan menjauhi teman yang buruk”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.”
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.”
(QS. At-Taubah 9: Ayat 119)
Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau :
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.”
(HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
4. Apapun keadaanya jangan pernah meninggalkan majelis ilmu.
karena di dalam majelis ilmu terdapat keutamaan:
1. Ilmu yang menjaga kita
2. Kita mendapatkan teman yang baik/shalih.
Wallaahu ‘alam.
Semoga bermanfaat.
بارك الله فيكم.
Oleh : Doni Setio Pambudi (Abu Ubaidillah) hafidzahullah
Semoga Allah menjaganya, memberikan pahala yang besar dan memasukkan ke surga tertinggi