Sebelum Menyesal Karena Salah Pilih Suami
[Rubrik: Faidah Ringkas]
Urusan jodoh memang urusan Allah, jika sudah ditakdirkan maka kita tak kuasa untuk mengubahnya. Tetapi sebelum kita berjodoh dengan seseorang, kita sama sekali tak tahu siapa jodoh kita. Oleh karena itu, kewajiban kita adalah ikhtiar dan berusaha mencari jodoh sebaik mungkin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اعْمَلُوا، فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ
“Beramallah kalian, karena masing-masing dimudahkan (untuk melakukan sesuatu yang telah ditakdirkan untuknya).” (HR. Muslim no. 2648)
Tak sedikit kami mendengar curahan hati para wanita muslimah yang merasa menyesal telah berjodoh dengan suaminya sekarang. Ungkapannya mungkin tidak tegas, tetapi sikapnya mencerminkan hal tersebut. Lelaki yang dulu terlihat sempurna ternyata menyimpan banyak cacat. Lelaki yang dulu diharap menjadi pelindung ternyata menjadi perundung.
Sebelum menyesal, teliti terlebih dahulu sebelum menikah. Minta bantuan orang lain untuk menilai dan menyelidiki lelaki yang ingin dinikahi atau lelaki yang pantas dinikahi. Jangan merasa percaya diri semua cukup dengan penilaian sendiri.
Bagi seorang wanita muslimah, meminta restu dan penilaian ayahnya merupakan langkah yang sangat tepat. Dia adalah sosok lelaki yang paling menginginkan kebaikan untuk anaknya dan tidak mungkin menyandingkan anaknya dengan lelaki bejat. Mungkin inilah di antara hikmah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
لاَ نِكَاحَ إِلاَّ بِوَلِيٍّ
“Tidak sah pernikahan kecuali dengan wali.” (HR. Abu Daud no. 2085)
Status ayah bukan hanya sebagai wali yang mengucap kalimat ijab saat menikahkan anaknya. Lebih dari itu, dia adalah lelaki yang paling berhak dimintai pertimbangannya ketika seorang wanita hendak mencari lelaki pendamping hidup, sebab yang tahu bejatnya lelaki adalah sesama lelaki.
Para wanita ketika menimbang sesuatu kerap kali prematur, parsial, dan dipengaruhi oleh tendensi perasaan. Hal itulah yang membuat sebagian wanita menyesal telah menikah dengan suaminya sekarang. Berbeda dengan penilaian ayahnya, ayahnya lebih mengedepankan logika, analisis obyektif, dan pertimbangan jangka panjang. Dia akan memilih pemuda yang baik agamanya plus akhlaknya. Dia akan mencari pemuda yang bertanggung jawab, siap bekerja keras dan bermental tangguh. Dia akan pilihkan yang benar-benar pantas mendampingi serta membimbing anaknya.
Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
(Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)