Tidak Semua Pengobatan yang Disebutkan di Kitab Thibbun Nabawi Adalah Thibbun Nabawi
Ada banyak ulama yang menulis kitab tentang pengobatan ala Nabi, yang dikenal dengan istilah thibbun nabawi. Di dalam kitab tersebut disebutkan berbagai resep, jenis pengobatan, terapi kesehatan, dan pembahasan-pembahasan lainnya.
Satu hal yang ingin kami tekankan, bahwa tidak semua yang ada di dalam kitab thibbun nabawi tersebut benar-benar thibbun nabawi dalam artian metode pengobatan yang memang valid dari Nabi.
Penjelasan kami ini bukan bermaksud menjelek-jelekkan jenis metode pengobatan tertentu, namun kami ingin agar masyarakat tidak menganggap suatu jenis pengobatan tertentu yang sebenarnya bukan dari Nabi dianggapnya sebagai pengobatan ala Nabi, apalagi menganggapnya bahwa menggunakan metode tersebut mendatangkan pahala.
Sebagai contoh, pengobatan dengan ramuan herbal tertentu. Sekedar ditambahkan madu dan habbatussauda pada ramuan tersebut, langsung diklaim sebagai thibbun nabawi. Padahal thibbun nabawi tidak sesederhana itu.
Thibbun nabawi konsepnya bukan hanya pada tataran materi dan bahan saja, tetapi dia adalah sebuah metode yang kompleks sebagaimana konsep kedokteran modern. Dalam thibbun nabawi perlu juga kemampuan mendiagnosa penyakit, meramu bahan dan kadarnya, mengetahui dosis obat dan lain-lain. Jadi jika menggunakan madu dan habbatussauda tanpa dosis dan indikasinya, tentu ini bukan konsep thibbun nabawi.
Terkadang anggapan thibbun nabawi juga sekedar dinilai dari sang tabib, karena dia berpenampilan islami layaknya seorang syaikh atau ustadz. Atau karena tabib tersebut membuka jasa praktek bekam, terapi pijat, ramuan herbal, dll. Betul bahwa bekam sendiri adalah salah satu metode thibbun nabawi, tapi jangan digeneralisir lalu menganggap praktik pijat dan ramuan herbal juga thibbun nabawi.
Kami pribadi tidak melarang praktik-praktik tersebut dibuka. Kami hanya tidak ingin masyarakat salah memahami, dikiranya thibbun nabawi padahal bukan, dikiranya sunnah Nabi padahal bukan, karena apabila sesuatu dianggap dan dikesankan sebagai ajaran agama padahal bukan, itu artinya hal tersebut adalah perkara muhdatsat/baru dalam agama, yang hukumnya terlarang.
Seorang tabib harus punya keahlian yang mumpuni dalam mendiagnosa penyakit, meramu bahan dan kadarnya, mengetahui dosis obat, dan lain-lain. Oleh karena itu tidak sembarang orang bisa berperan sebagai tabib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَن تطبَّبَ ولا يُعلَمْ منه طِبٌّ فهوَ ضامنٌ
“Barangsiapa yang berlagak melakukan pengobatan padahal ia tidak mengetahui ilmu pengobatan, maka ia akan dimintai pertanggungjawaban.” (HR. Abu Daud no. 4586)
Kembali ke keterangan utama kami di atas, ternyata cukup banyak ulama yang sudah menjelaskan bahwa tidak semua pengobatan yang disebutkan di kitab-kitab “Thibbun Nabawi” adalah benar thibbun nabawi. Syaikh Haaniy Abdullah al-Jubair dalam kitabnya Fiqhut Thibbin Nabawiy mengatakan,
فالواقع أن كتب الطب النبوي ليست طبا نبويا وإنما هي طب مأخوذ من علم الطب في ذلك الزمن في الغالب مع أنها احتوت من المجربات ما أعتقد أن أطباء ذلك العصر لم يكونوا يقبلونه
“Faktanya buku-buku thibbun nabawi itu hakikatnya bukan thibbun nabawi. Tetapi mayoritasnya berisi keterangan tentang pengobatan-pengobatan yang dikenal pada waktu itu. Selain itu, buku tersebut mengandung beberapa percobaan-percobaan/eksperiman kedokteran yang aku yakini para dokter di zaman tersebut pun belum tentu menyetujuinya atau menerimanya.” (Fiqhut Thibbin Nabawiy, hal 46)
Jika ditelusuri lebih jauh, hadits-hadits yang dijadikan sandaran dalam buku-buku tersebut pun tidak semuanya shahih melainkan dhaif, artinya keterangan tersebut tidak benar jika disandarkan kepada Nabi, tidak bisa dijadikan hujjah, apalagi dianggap sebagai sunnah.
Sekali lagi, kami tidak menjelek-jelekkan metode pengobatan tertentu. Kami hanya ingin masyarakat memahami dan bisa membedakan mana ajaran agama dan mana yang bukan. Kami sendiri tidak anti dengan pengobatan herbal dan apa yang diklaim sebagai thibbun nabawi, selama sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar maka kami akan dukung.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang thibbun nabawi, kami telah menulis beberapa artikel terkait, diantaranya sebagai berikut.
Artikel www.muslimafiyah.com
(Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)