Perbedaan Riya’ dan Sum’ah
Diantara bentuk syirik asghar (kecil) adalah riya’, termasuk juga sum’ah. Riya’ asal katanya adalah رَأَى (ra’aa) yang maknanya melihat, artinya pelaku riya’ tersebut bermaksud memperlihatkan amalannya ketika dia melakukannya. Sedangkan sum’ah asal katanya adalanya سَمِعَ (sami’a) yang maknanya mendengar, artinya pelaku sum’ah tersebut bermaksud memperdengarkan amalannya setelah dia melakukannya.
Namun dalam penggunaannya secara umum sama, demikian pula hukumnya juga sama, keduanya termasuk syirik asghar. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ. قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ
“Sesungguhnya yang paling kukhawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashgar.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik asghar, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Syirik asghar adalah) riya’.” (HR. Ahmad 5 : 429, shahih)
Barang siapa yang mengharapkan pahala dari Allah dan takut terhadap adzabNya maka hendaknya dia menjauhi syirik asghar. Allah berfirman,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ
“Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS Al-Kahfi : 110)
Larangan syirik dalam ayat ini umum mencakup syirik akbar maupun syirik asghar seperti riya’. Riya’ termasuk perbuatan syirik asghar yang paling banyak melanda kaum muslimin. Dimana sebagian orang beramal karena ingin dipuji oleh orang lain, ingin eksis dan mendapat pengakuan dari orang lain. Semoga Allah melindungi kita dari segala bentuk kesyirikan.
Artikel www.muslimafiyah.com (Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)