AqidahBimbingan IslamTauhid dan Aqidah

Batu Hajar Aswad dan Batu Akik Keramat

#IndonesiaBertauhid

Batu Hajar aswad adalah batu yang mulia dan memiliki keutamaan, bahkan merupakan batu dari surga. Kita disunnahkan mencium hajar aswad sebagai bentuk syiar agama ketika tawaf di sekililing ka’bah. Aqidah kaum muslimin terhadap batu hajar aswad ini, hanya lah batu biasa yang tidak bisa memberikan manfaat maupun madharat, bukan juga batu keramat yang memiliki kekuatan magis tertentu (semacam jimat). Apabila batu hajar aswad yang merupakan batu surga saja demikian, maka apalagi sekedar batu biasa, seperti batu akik, batu dari gunung ini, batu dari lembah ini dan batu-batu lainnya.

Kita dapati beberapa orang menjadikan batu tertentu sebagai batu keramat yang memiliki kekuatan magis, dijadikan jimat karena bisa mendatangkan mashalhat dan mencegah madharat. Batu keramat bukanlah ajaran Islam, meskipun membawa-mawa nama Islam, memakai bacaan AL-Quran dan lain-lainnya, hal ini merupakan bentuk kesyirikan yang melanggar hak Allah, yaitu hanya Allah semata yang bisa mendatangkan mashlahat dan madharat.

Batu hajar Aswad merupakan batu dari surga sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « نَزَلَ الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ »

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”.[HR. Tirmidzi no. 877. Shahih menurut Syaikh Al Albani]

Akan tetapi tidak menjadi batu hajar aswad sebagai batu keramat, hanya batu biasa saja yang menjadi salaha satu syiar dalam ibadah haji dan umrah. Umar bin Khattab menegaskan bahwa batu hajar aswad hanya batu biasa saja. Beliau mengatakan,

إِنِّى لأُقَبِّلُكَ وَإِنِّى أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَأَنَّكَ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَبَّلَكَ مَا قَبَّلْتُكَ

Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudhorot (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (HR. Muslim no. 1270)

Hanya Allah semata yang bisa memberikan manfaat dan manolak madharat. Allah berfirman,

قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلاَ ضَرّاً إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfa’atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”.” (QS Al-Araf [7]: 188)

Agar lebih memahami hal ini perlu mengetahui tentang “sebab kauniy” dan “sebab syar’iy”. Silahkan baca:

Baca juga tulisan kami tentang “benda keramat”yang merupakan kesyirikan:

Demikian semoga bermanfaat

@ Yogyakarta Tercinta

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button