Beberapa Tipe Komentator Terkait Postingan Vaksin

Beberapa tipe komentar yang mampir ketika saya posting tentang vaksin:
Langsung mencak-mencak, mencela, dan menyindir, tanpa baca sedikit pun dan tidak ada kaitan dengan apa yang saya posting, mulai dari tuduhan agen Yahudi, jualan vaksin, dll.
Komentar tidak pakai adab dan kasar.
Respon saya: Nah, ini berpotensi langsung saya blokir atau unfriend (setelah melihat beberapa komentarnya).
Pernah ada yang saya unfriend, kemudian dia inbox saya dan berkata: kenapa unfriend? Harusnya seperti Nabi yang sabar dakwah kepada kaumnya (begitu katanya).
Ada juga yang komentar tidak nyambung dengan postingannya dan bertanya kepada saya: “Anda ini memangnya siapa? Sudah ahli vaksin? Lebih ahli dari para ulama?”
Respon saya: Sebenarnya saya ingin membalas dengan berkata, “Lha, Anda sendiri siapa? Tiba-tiba komentar nggak jelas, saya masih mending dokter dan sedang sekolah spesialis yang belajar materi vaksin, sedangkan Anda?” Tapi itu hanya dalam hati, dan saya usahakan tidak membalas.
Langsung copas-copas beberapa hoaks terkait vaksin, misalnya video ceramah yang isinya vaksin program depopulasi, hanya untuk umat Islam, orang Kristen tidak, vaksin konspirasi Yahudi, dll (padahal tidak ada kaitannya dengan postingan),
dan tidak jarang disertai kalimat menyindir, kalimat yang kasar dan tidak enak dibaca, dan mengindikasikan ini bukan ingin diskusi.
Respon saya: Terkadang kita layani dan jelaskan, ada yang terima, ada juga yang tidak.
Terkadang ia tidak terima, karena mungkin “standar kebenaran berbeda”. Kami jelaskan pakai jurnal ilmiah, sedangkan ia pakai screenshot dan sumber berita.
Tidak akan bertemu diskusinya. Kalau sudah seperti ini, biasanya saya katakan: “Silakan yakin sendiri-sendiri saja.”
Misalnya ada yang bilang: “Di Gaza saja nggak perlu vaksin, mereka sehat,” lalu saya bawakan jurnal ilmiah dan program vaksin di Gaza, eh dia tidak terima dan mengatakan: “Saya baru yakin kalau dokter turun langsung di Gaza dan melihat.”
Yang mau diskusi dengan baik dan gunakan bahasa yang baik, nah ini saya layani untuk diskusi dengan baik. Semoga diskusi kita berkah dan benar-benar ingin mencari kebenaran dan saling menasihati dalam kebenaran.
Ada yang bertanya-tanya terus, padahal jawabannya tulisan ada di artikel, atau sudah saya jelaskan di komentar yang lain (berulang-ulang) pada postingan yang sama (tinggal baca sedikit, ketemu deh jawabannya). Terkadang, berulang kali dia (oknum ini) berkata:
“Kok nggak dijawab sih?”
“Jelaskan ke umat dunk!”
Respon saya: Saya jawab jika bisa, jika tidak ada waktu saya tidak jawab.
Ada juga yang tidak terima saya posting tentang vaksinasi dan mengatakan:
“Jangan memaksakan orang vaksin!”
Respon saya: Saya tidak pernah memaksa. Dalam agama saja tidak boleh memaksa, apalagi masalah keyakinan urusan dunia. Bahkan saya tidak pernah memaksa untuk membaca postingannya saya. Saya hanya memberikan edukasi dan menyebarkan fakta.
Tugas kami hanya menyampaikan, sebagaimana prinsip dakwah: diterima, alhamdulillah; kalau ditolak, kita masih saudara se-Islam (semoga dihindarkan saling berpecah belah dan bermusuhan karena vaksin).
Untuk menghindari dan menutup jalan bermusuhan sesama umat Islam hanya karena vaksin, yang saya lakukan:
Mendoakan kebaikan kepada para komentator (barakallahu fihim)
Menyudahi diskusi, jika memang sudah tidak bisa bertemu karena beda standar ilmiahnya. Silakan yakin sendiri-sendiri aja dan silakan buka postingan/lapak sendiri aja, maaf tidak “rusuh” di postingan orang lain.
Perlu paham kaidah sosmed, yaitu:
Sosial Media Itu “Adil” dan “Fair”
Alhamdulillah, sosial media ini dirancang agar bisa “adil” dan “fair”. Jadi begini, siapa saja bebas mau posting dan tulis apa saja dan tentang apa saja. Siapa saja juga bebas komentar di postingan orang tersebut, dia bisa komentar apa saja, mulai dari sekadar menyapa, memberikan pendapat dia tentang postingan, sampai dengan mencela atau mencak-mencak nggak jelas.
Nah, “fair” banget, kalau yang memposting bisa menghapus komentar apa saja dan memblokir siapa saja. Menghapus komentar yang menurut dia—yaitu yang punya lapak—komentar itu tidak menyenangkan atau mengganggu dia, atau bahkan memblokir orang tersebut karena sudah mengganggu.
Tidak perlu sakit hati kalau komentar dihapus atau bahkan diblokir. Itu terserah dia yang punya postingan atau “lapak”.
Sehingga, tidak perlu terlalu “mengurusi dan heboh” dengan postingan orang lain. Jangan terlalu peduli atau sakit hati, biarkan saja. Dia akan bertanggung jawab dengan postingannya.
Sosmed itu ibarat makan prasmanan: kalau ada makanan enak, ya ambil; kalau nggak enak, ya tinggalkan. Jadi santai aja. Hidup itu mudah dan sederhana, tetapi terkadang jadi rumit dan njlimet jika terlalu mengurusi urusan orang lain.
Kadang ada yang komentar:
“Kamu jangan ngurusin urusan politik dan negara, bukan urusanmu.”
Jawabnya: “Lho, kamu sendiri, jangan ngurusin postingan orang lain dunk.”
Demikianlah, sosmed sebenarnya diciptakan untuk having fun, bersenang-senang, dan menjalin persahabatan dan persaudaraan.
Baca selengkapnya:
👉 https://muslimafiyah.com/sosial-media-itu-adil-dan-fair.html
Penyusun:
dr. Raehanul Bahraen
Jika ingin melihat contoh postingan edukasi tentang vaksin (beberapa postingan saya dan para komentator – semoga Allah memberikan kebaikan yang banyak pada mereka), silakan klik link berikut:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10209802021846869&id=1821705253
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10209810437777262&id=1821705253
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10207677070084403&id=1821705253
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10207210035568832&id=1821705253
Demikian, semoga bermanfaat.
Barakallahu fikum
Salam,
dr. Raehanul Bahraen