Ingat Kembali! Ilmu Hanya Wasilah, Amal Adalah Tujuan
[Rubrik: Faidah Ringkas]
Menuntut ilmu merupakan amalan yang agung dan mulia. Syariat begitu memotivasi untuk menempuh berbagai sebab agar bisa meraih ilmu yang bermanfaat. Namun tujuan menuntut ilmu sejatinya bukan sekedar untuk menguasai ilmu itu sendiri, tetapi tujuan sebenarnya adalah agar bisa diamalkan dalam kehidupan.
Amal yang menjadi tujuan utama, ilmu hanyalah wasilah untuk mencapai tujuan itu, karena maksud ilmu diturunkan adalah agar kita bisa menyembah Allah dengan benar. Allah berfirman,
إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab Al-Quran dengan membawa kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih dari syirik.” (QS Az-Zumar: 2-3)
Al-Quran diturunkan oleh Allah untuk kita jadikan pedoman dalam beramal, beribadah, dan memurnikan penghambaan kepada Allah. Oleh karena itu, di akhirat kelak, balasan dari Allah berporos pada amalan kita, bukan pada simpanan ilmu. Allah berfirman,
جَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-Waqi’ah: 24)
Allah TIDAK berfirman,
جَزَاء بِمَا كَانُوا يعَلمُونَ
“Sebagai balasan apa yang telah mereka ketahui.”
Bahkan terdapat berbagai dalil tentang ancaman bagi orang yang tidak mengamalkan ilmu yang dimilikinya. Allah berfirman,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaikan, sedangkan kamu melupakan kewajiban dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS Al-Baqarah: 44)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتاً عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS Ash-Shaf 2-3)
Namun sangat disayangkan, tidak jarang kita jumpai fenomena orang yang rajin menuntut ilmu tetapi enggan mengamalkannya. Sebelum Ngaji, mungkin hanya mengerjakan yang wajib-wajib saja. Setelah lama Ngaji, ilmu semakin bertambah, ternyata amalan masih di situ-situ saja. Sejatinya yang demikian tidaklah dikatakan berilmu, dikatakan berilmu jika dia mengejawantahkan ilmunya dalam bentuk amalan. Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,
لا يزال العالم جاهلاً بما علم حتى يعمل به ، فإذا عمل به كان عالماً
“Seorang ‘Alim (berilmu) itu masih dianggap Jaahil (bodoh) apabila dia belum beramal dengan ilmunya. Apabila dia sudah mengamalkan ilmunya maka jadilah dia seorang yang benar-benar ‘Alim (berilmu).” (‘Awa’iqut Thalab, hal. 6)
Semoga ini menjadi renungan kita bersama, terutama kami pribadi, bahwa tujuan mempelajari ilmu tidak lain adalah untuk diamalkan. Semoga Allah terus menambahkan ilmu yang bermanfaat dan memberi kita taufik untuk mengamalkannya.
Artikel www.muslimafiyah.com (Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)