Mentahqiq dan Merealisasikan Tauhid Dengan Sempurna
Mentauhidkan Allah merupakan tujuan para makhluk diciptakan. Allah berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat: 56)
Makna “beribadah kepada-Ku” dalam ayat ini dan semua ayat di dalam Al-Quran adalah “mentauhidkan-Ku” sebagaimana ditafsirkan oleh para ulama salaf.
Dalam merealisasikan perintah ini, manusia kemudian bertingkat-tingkat layaknya keimanan yang juga bertingkat-tingkat. Ada yang dipenuhi hatinya oleh keimanan, ada yang sedang-sedang saja, bahkan ada yang berada pada kadar minimalis. Setiap hamba yang di dalam hatinya ada tauhid dan keimanan sekecil apapun tanpa menyekutukan Allah, maka itu sudah cukup menyelamatkan dia dari kekalnya neraka jahannam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فَإِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . يَبْتَغِى بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ
“Sesungguhnya Allah mengharamkan dari neraka, bagi siapa yang mengucapkan laa ilaha illallah (tiada sesembahan yang benar disembah selain Allah) yang dengannya mengharap wajah Allah.” (HR. Bukhari no. 425 dan Muslim no. 33)
Tingkatan yang paling tinggi adalah yang benar-benar merealisasikan nilai tauhid secara sempurna pada dirinya, yang disebut dengan mentahqiq tauhid atau menyempurnakan tauhid. Bentuk tahqiq tauhid adalah dengan meninggalkan kesyirikan baik syirik besar dan syirik kecil, meninggalkan perbuatan bid’ah, dan meninggalkan maksiat. (Lihat At Tamhid li Syarh Kitabit Tauhid, hal. 56)
Orang yang mentahqiq tauhid disebut oleh Nabi akan masuk ke dalam surga tanpa melalui proses hisab dan adzab. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ … فَقَالَ هُمْ الَّذِينَ لَا يَرْقُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang akan memasuki surga tanpa dihisab dan disiksa.” … Lalu Nabi berkata tentang mereka, “Mereka adalah orang-orang yang tidak meruqyah, tidak meminta untuk diruqyah, tidak melakukan thiyaroh (beranggapan sial) dan hanya kepada Allah mereka bertawakal.” (HR. Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 220)
Tahqiq tauhid kemudian terbagi lagi menjadi dua yaitu tahqiq wajib dan tahqiq mustahab. Keduanya akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.
1) Tahqiq Wajib
Tahqiq wajib bentuknya dengan meninggalkan ketiga perkara yang disebutkan sebelumnya yaitu syirik besar dan kecil, bid’ah, dan maksiat. Dia melaksanakan semua perkara-perkara yang wajib dan meninggalkan semua perkara-perkara haram.
2) Tahqiq Mustahab
Pada jenis tahqiq inilah para muwahhidun (orang-orang yang bertauhid) akan berlomba-lomba meraihnya. Dimana hatinya benar-benar condong dan bergantung kepada Allah, tidak sekalipun menoleh kepada selain Allah, sehingga ucapannya, amalan hati dan anggota badannya semua murni karena Allah. Selain meninggalkan semua jenis kesyirikan, bid’ah, dan maksiat, dia juga meninggalkan hal yang makruh dan bahkan hal yang mubah yang bisa melalaikannya dari akhirat. Inilah bukti dari merealisasikan kalimat Laa Ilaha Illallah.
Artikel www.muslimafiyah.com (Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)