[Rubrik: Faidah Ringkas]
Sejak dahulu para praktisi dan pembuat film di negeri kita begitu kreatif menciptakan berbagai macam film, khususnya genre horor. Semua mitos dan cerita berkaitan dengan setan, hantu, dan keyakinan-keyakinan seputar klenik setiap daerah mungkin tak luput untuk diangkat ke layar lebar. Tak tanggung-tanggung, nilai-nilai Islam juga sering dihadirkan di dalam film-film tersebut yang bertindak sebagai antitesis dan diperankan sebagai pihak protagonis.
Mereka pun tak pernah kehabisan akal, bahkan istilah-istilah syariat dijadikan sebagai judul film-film horor tersebut. Sebut saja, Kiblat, Murtad, Makmum, dan paling terbaru Siksa Kubur, adalah di antara sekian nama judul film horor yang menghiasi dunia layar lebar di negeri kita.
Kita tidak ingin membahas apa hukum membuat film horor ataupun ikut menontonnya, tetapi lebih kepada dampak psikologis sehabis menonton film-film tersebut. Tidak dipungkiri, bisa jadi dari sekian film tersebut ada yang merasakan dampak positif perubahan diri setelah menontonnya, tetapi lebih banyak yang justru memberikan dampak negatif.
Kita ambil salah satu sampel saja. Berdasarkan penuturan para penontonnya, ada satu scene yang menampilkan seorang perempuan yang sedang shalat malam kemudian di belakannya tetiba ada sesosok makhluk menyeramkan yang bermakmum kepadanya. Nah, alih-alih memberi dampak positif kepada para penontonnya, justru bisa menimbulkan efek ketakutan untuk bangun shalat malam, karena terbayang adegan tersebut.
Lebih umum dari scene tersebut, sering menonton film horor akan membuat seseorang jadi penakut, takut berjalan sendiri di kegelapan malam, takut dengan suara-suara asing yang mengagetkan, takut lewat kuburan atau tempat yang dikenal angker, bahkan takut dengan pohon besar, mana tau ada kuntilanak.
Semua adegan di film tersebut dan ketakutan yang muncul di pikiran penonton, seakan-akan menunjukkan superioritas makhluk jin atas makhluk manusia. Seakan-akan manusia adalah makhluk rendahan yang harus takut pada jin. Padahal manusia adalah makhluk paling mulia yang diciptakan Allah dan tidak semestinya merasa rendah apalagi takut di hadapan makhluk lain. Allah berfirman,
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS Al-Israa’ : 70)
Ditambah lagi, jika seseorang itu memiliki keimanan yang kuat, dibekali dengan berbagai hafalan doa dan dzikir pengusir jin, maka jin pun tidak akan berani mengganggu apalagi sampai iseng menampakkan diri. Lihatlah Umar bin Khattab, setan pun sampai takut melewati jalan yang biasa dilewati Umar. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Umar,
والـذي نفسي بيده ما لقيك الشيطان سالكا فجّا إلا سلك فجا غير فجك
“Demi yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah setan menjumpaimu ketika menempuh satu jalan, kecuali pasti mengambil jalan lain yang tidak engkau lalui.” (HR. Bukhari, no. 3294)
Namun hal seperti di atas bukan hanya berlaku pada Umar bin Khattab. Setiap orang yang kuat imannya, maka setan akan kerdil di hadapannya. Sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits,
إن المؤمن ينضي شيطانه كما ينضي أحدكم بعيره في السفر
“Sesungguhnya orang mukmin akan menundukkan setannya sebagaimana salah satu dari kalian menundukkan untanya ketika safar.” (HR. Ahmad, Al-Hakim, Ibnu Abid Dunya dalam Makayidisy Syaithan, dari Abu Hurairah. Syaikh Al-Albani mendhaifkan hadits ini)
Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
(Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)