Kesehatan Islam

KEIMANAN ADALAH FAKTOR KESEMBUHAN RUKYAH

[Rubrik: Sekedar Sharing]

Rukyah adalah doa dan  doa itu hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta’ala saja. Diterima atau tidak doa itu (sembuh atau tidak), itu keputusan Allah Ta’ala, sedangkan tugas kita hanya meminta dan berdoa

Yang tidak kalah penting, manjur atau tidak juga sangat bergantung kepada keimanan kita. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu saja yang paling kuat imannya tidak membuka praktek khusus spesialis rukyah dengan harapan pasiennya akan sembuh semua. Padahal ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya baru saja tiba di Madinah setelah melalui perjalanan Hijrah, sebagian mereka ditimpa dengan wabah penyakit demam, yang disebut huma madinah. Namun tidak ada namanya Abu Bakar membacakan ayat (merukyah) mereka kemudian mendadak sembuh, karena hal ini sangat bergantung dengan kadar keimanan.

Menyoal thibbun nabawi, para ilmuwan Islam juga tidak hanya mencukupkan diri dengan thibbun nabawi atau yang datang dari Nabi saja. Namun mereka mengembangkan juga metode-metode lainnya. Oleh karena itu, muncullah orang-orang muslim pakar kedokteran semacam Ibnu Nafis, Az-Zahrawi, dan Ar-Razi yang dikenal sebagai ilmuwan Islam serba bisa dan juga Bapak Kedokteran Internasional.

Sayangnya kita jumpai sebagian orang ada yang begitu ghuluw/berlebihan hanya ingin thibbun nabawi, tidak mau dengan metode yang lain. Seperti ini juga kurang tepat, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suatu saat ditimpa penyakit, beliau justru memanggil tabib untuk mengobatinya.

Inilah jawaban bagi orang yang mengatakan, “Saya sudah mencoba thibbun nabawi tapi kok gak sembuh?” Kita balik tanya, kira-kira apakah Al-Quran atau Hadits Nabi yang keliru? Jawabannya tentu tidak, karena kesalahannya sebenarnya terletak dalam penerapan metode thibbun nabawinya, bisa jadi ada ketentuan atau syarat-syarat yang tidak terpenuhi. Lalu sangat mungkin juga imannya saat itu mungkin sedang lemah. Terutama jika terbiasa dengan maksiat, saat sakit barulah ia berdoa kepada Allah?

Apabila keimanan kita sedamg tinggi dan doa kita mustajab saat itu, maka penyakit parah sekalipun bisa sembuh dengan cepat

Perhatikan hadits berikut

Di antara dalilnya hadits mengenai Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri yang meruqyah seorang pemimpin kampung yang kafir, yang terkena sangetan kalajengking dan langsung sembuh. Berikut riwayatnya:

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانُوا فى سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَىٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ. فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَىِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِىَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَهَا. وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-. فَأَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ. فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلاَّ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. فَتَبَسَّمَ وَقَالَ « وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ». ثُمَّ قَالَ « خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِى بِسَهْمٍ مَعَكُمْ »

Dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dahulu berada dalam perjalanan safar, lalu melewati suatu kampung Arab. Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu. Penduduk kampung tersebut lantas berkata pada para  sahabat yang mampir, “Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyahkarena pembesar kampung tersebut tersengat binatang atau terserang demam.” Di antara para sahabat lantas berkata, “Iya ada.” Lalu ia pun mendatangi pembesar tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surat Al Fatihah. pembesar tersebutpun sembuh. Lalu yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan menerimanya -dan disebutkan-, ia mau menerima sampai kisah tadi diceritakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan kisahnya tadi pada beliau. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al Fatihah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas tersenyum dan berkata, “Bagaimana engkau bisa tahu Al Fatihah adalah ruqyah?” Beliau pun bersabda, “Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya bersama kalian.”[HR. Bukhari no. 5736 dan Muslim no. 2201]

Artikel www.muslimafiyah.com (Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button