Larangan Berbohong pada Anak Meskipun Terlihat Remeh

Bisa jadi ada orang tua yang menganggap remeh perbuatan berbohong kepada anak, karena menganggap anak masih kecil dan belum paham, misalnya:
“Awas jangan nakal ya, nanti digigit setan, lho!”
“Kalau tidak mau makan, nanti disuntik Pak Dokter, lho! Mau disuntik tidak?”
“Kalau pijat Ayah, nanti Ayah ajak jalan-jalan.” (padahal tidak ada niat, hanya agar dipijat saja)
“Cup cup diam ya, tidak usah menangis, nanti Ibu belikan mainan besok.” (padahal tidak ada niat, hanya agar anak diam)
Walaupun pada anak kecil, kita tidak boleh berbohong dan berdusta. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﺼَﺒِﻲٍّ ﺗَﻌَﺎﻝَ ﻫَﺎﻙَ ﺛُﻢَّ ﻟَﻢْ ﻳُﻌْﻄِﻪِ ﻓَﻬِﻲَ ﻛَﺬْﺑَﺔٌ
“Barangsiapa yang berkata kepada anak kecil, “Kemarilah, saya akan memberimu sesuatu”, lalu ia tidak memberinya, maka itu adalah sebuah kebohongan.”[1]
Seharusnya kita jelaskan dengan jujur dan anak pasti paham, karena anak-anak juga punya kemampuan berpikir. Bahkan, anak-anak terkadang hafalannya kuat dan merupakan “mesin fotokopi hebat”. Ia akan menagih janji tersebut dan akan sangat kecewa jika tidak jadi, serta akan mengingat kuat “kebohongan” tersebut yang nantinya akan ditiru.
Seharusnya dijelaskan dengan jujur:
“Jangan nakal, karena bukan akhlak mulia dan merugikan diri sendiri.”
“Ayo makan yang banyak, supaya jadi mukmin kuat dengan makan bergizi,” dan lain-lain.
Bagaimanapun juga, dusta tetaplah tidak boleh hukum asalnya (kecuali yang ada uzur dari syariat). Berdusta walaupun untuk niat baik, misalnya berdusta agar orang lain tertawa dan senang, maka ini saja tidak boleh dan keras ancamannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻭَﻳْﻞٌ ﻟِﻠَّﺬِﻱ ﻳُﺤَﺪِّﺙُ ﺑِﺎﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ ﻟِﻴُﻀْﺤِﻚَ ﺑِﻪِ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ , ﻓَﻴَﻜْﺬِﺏُ ﻭَﻳْﻞٌ ﻟَﻪُ ﻭَﻳْﻞٌ ﻟَﻪُ
“Kecelakaan bagi orang yang telah bercerita dengan suatu omongan untuk membuat suatu kaum jadi tertawa, lalu ia dusta. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya.”[2]
Kita usahakan jangan sampai berbohong, karena balasan pahalanya sangat besar yaitu jaminan surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺃَﻧَﺎ ﺯَﻋِﻴْﻢٌ ﺑِﺒَﻴْﺖٍ ﻓِﻲْ ﺭﺑﺾ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻟَﻤَﻦْ ﺗَﺮَﻙَ ﺍﻟْﻤِﺮَﺍﺀَ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺤِﻘًﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖٍ ﻓِﻲْ ﻭَﺳَﻂِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻟِﻤَﻦْ ﺗَﺮَﻙَ ﺍﻟْﻜَﺬِﺏَ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣَﺎﺯِﺣًﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖٍ ﻓِﻲْ ﺃَﻋْﻠَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻟِﻤَﻦْ ﺣَﺴُﻦَ ﺧُﻠُﻘُﻪُ
“Aku akan memberikan jaminan sebuah rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun ia benar, dan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta sekalipun ia bercanda, serta rumah di bagian atas surga bagi orang yang akhlaknya bagus.”[3]
Allah berfirman,
ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻛُﻮﻧُﻮﺍ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺼَّﺎﺩِﻗِﻴﻦَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar/jujur.” (Qs at-Taubah/9:119)
@ Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Catatan Kaki
- HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/452). Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 2942
- HR. At-Tirmidzi (no. 235). Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib no. 2944
- HR. Abu Dawud, Ash-Shahihah no. 494