Faidah Ringkas

Lebih Berbahagia di Hari Raya Idul Adha Dibandingkan Idul Fitri

[Rubrik: Faidah Ringkas]

Hari raya bagi kaum muslimin bukan hanya sekedar rutinitas tahunan biasa, melainkan hari yang sangat berarti karena berkaitan dengan ibadah-ibadah yang sangat penting. Hari raya idul fitri yang dirayakan setelah sebulan penuh melaksanakan puasa Ramadhan dan hari raya idul adha yang dirayakan bersamaan dengan ibadah haji.

Patutlah kiranya jika seluruh kaum muslimin mesti berbahagia dengan tibanya hari raya sebagai bentuk sukacita atas keutamaan dan karunia dari Allah. Ibnu Hajar Al-‘Asqalany berkata,

إِظْهَار السُّرُورِ فِي الْأَعْيَادِ مِنْ شِعَارِ الدِّينِ

“Menampakkan kebahagiaan pada hari raya termasuk syi’ar agama.” (Fathul Bari, 2/443)

Sebelum kedatangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di kota Madinah, dahulu penduduk Madinah biasa merayakan dua hari raya yang diisi dengan bermain. Setibanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah, beliau pun bersabda,

كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى

“Dahulu kalian memiliki dua hari di mana kalian bersenang-senang ketika itu. Sekarang Allah telah menggantikan untuk kalian dengan dua hari besar yang lebih baik yaitu Idul Fithri dan Idul Adha.” (HR. Abu Dawud no. 1134; An-Nasa’i no. 1556)

Momen idul adha yang baru saja berlalu kembali menjadi bukti nyata betapa berbahagianya seluruh kaum muslimin dengan datangnya hari raya ini tanpa terkecuali. Daging sapi atau daging kambing yang umumnya di negara kita tak mampu dinikmati oleh semua kalangan, namun hari itu semua kaum muslimin berhak merasakan daging yang sama, berbagi bahagia yang sama, orang kaya maupun orang miskin.

Tidak salah kiranya jika kita katakan bahwa momen idul adha lebih membahagiakan dibanding momen idul fitri. Bahkan selepas idul adha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun masih memberikan keleluasaan untuk bersenang-senang dan menampakkan kebahagiaan dengan makan dan minum di hari-hari tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

“Hari-hari tasyrik adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim no. 1141)

Jika dibandingkan dengan idul fitri, idul adha juga lebih afdhal di sisi Allah. Sebab di hari itu terkumpul banyak sekali ibadah, baik yang dilakukan oleh para jamaah haji seperti melempar jumroh, thawaf ifadhah, sa’i, mencukur rambut, demikian pula bagi yang tidak berhaji seperti melakukan shalat ‘idul adha dan menyembelih kurban. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ

“Sesungguhnya hari teragung di sisi Allah Ta’ala adalah hari An-Nahr (hari idul adha).” (HR. Abu Dawud no. 1765 dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
(Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button