Membangun Keluarga Qur’ani
Keluarga Adalah Harta Terbesar yang Tidak Tergantikan
Banyak orang yang berkata, keluarga adalah salah satu harta yang tidak tergantikan, keluarga adalah tempat saling berbagi, baik berbagi kebahagiaan maupun kesedihan. Semuanya dipupuk bersama dan dirasakan bersama. Tentunya kita sangat sayang dan cinta kepada keluarga kita, orang tua tercinta, istri tersayang, anak-anak permata hati dan keluarga lainnya. Tentunya kita juga menginginkan yang terbaik bagi orang lain yang kita cintai, terlebih bagi keluarga kita yang sangat kita sayangi. Ini merupakan salah satu tanda kesempurnaan iman seseorang.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari)
Cara paling baik menginginkan kebaikan kepada keluarga kita adalah dengan cara mengajaknya ke jalan Allah, agar bisa masuk surga tertinggi dan berkumpul bersama melihat wajah Allah Ta’ala yang mulia serta dijauhkan sejauh-jauhnya dari neraka. Intinya adalah jangan sekali-kali lupa berdakwah kepada keluarga. Yang paling utama dan paling diprioritaskan yaitu dakwah kepada tauhid dan aqidah yang benar serta akhlak yang mulia. Jangan sampai mereka jauh dari agama dan kering dari iman. Jangan sampai ada dari keluarga kita yang masuk neraka sehingga kita tidak akan bisa berkumpul bersama kembali untuk selama-lamanya di akhirat kelak. Kita harus menjaga keluarga kita dari api neraka, terutama para suami dan ayah yang tanggung jawab keluarga berada di pundak mereka. Sebagaimana kita diperintahkan oleh Allah dalam Al-Quran,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim : 6)
Keluarga Qurani yaitu Bagaimana Bisa Masuk Surga Sekeluarga Tanpa Hisab dan Adzab
Keluarga berbahagia bersama Al-Quran dan menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk utama kehidupan. Allah berfirman,
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran mendapat pelajaran.” (QS Shad: 29)
Berpaling dari Al-Quran menyebabkan sempitnya kehidupan dan tidak tenang dalam keluarga. Allah Azza wa Jalla berfirman,
مَنْ أَعْرَضَ عَنْهُ فَإِنَّهُ يَحْمِلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وِزْرًا خَالِدِينَ فِيهِ ۖ وَسَاءَ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِمْلًا
“Sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (Al-Quran). Barangsiapa berpaling dari Al-Quran, maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat. Mereka kekal di dalam keadaan itu, dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat.” (QS Thaha: 100-101)
Sangat penting diperhatikan bagi kaum muslimin, agar bisa berkumpul di surga bersama keluarga dan kaum muslimin, mari kita jaga diri kita, keluarga dan kaum muslimin dari kesyirikan dan kita saling menasehati agar senantiasa bertauhid. Karena tauhid adalah pelajaran seumur hidup dan perlu terus diulang-ulang.
Mari kita lihat teladan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, beliau berusaha menjaga keluarganya dari praktek kesyirikan dan menjaga mereka agar selalu bertauhid. Beliau mendakwahkan tauhid kepada bapaknya, karena beliau sangat sayang kepada bapaknya. Dalam Al-Quran dijelaskan kisah ini,
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا
“Ingatlah ketika ia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya; “Wahai Ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong engkau sedikitpun?” (QS Maryam: 42)
Beliau juga berdakwah dan berdoa agar dirinya dan anak keturuan beliau dijauhkan dari kesyirikan, karena beliau sangat sayang kepada keluarga.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامِنًا وَ اجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ اْلأَصْنَامَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata,”Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS Ibrahim: 35)
Demikian juga orang-orang shalih pendahulu kita, mereka sangat berusaha menjaga tauhid keluarga mereka dan mencegah dari praktek kesyirikan. Luqman berpesan kepada anak-anaknya,
وَإِذْقَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, pada waktu memberi pelajaran kepadanya,”Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” (QS Luqman: 13)
Karenanya kaum muslimin yang dirahmati Allah, mari kita jaga diri kita dan keluarga yang kita cintai serta kaum muslimin agar senantiasa bertauhid seumur hidup dengan keimanan yang tinggi dan terhindar sejauh-jauhnya dari dosa kesyirikan.
Sekali lagi mari kita renungkan, dakwah tauhid di keluarga adalah dakwah prioritas utama jika kita memang sayang kepada keluarga kita. Jika memang orang tua kita masih sering ke dukun dan paranormal, adik masih sering lihat peramalan lewat zodiak perbintangan, kakak masih sering percaya dengan takhayul dan khurafat serta masih memberikan sesajenan. Maka kita usahakan semaksimal mungkin dakwah kepada mereka dengan cara yang lembut lagi bijaksana.
Salah Satu Cara Dekat Dengan Al-Quran Adalah Mempelajari Bahasa Arab dan Tafsir Al-Quran
Allah Azza wa Jalla berfirman,
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ ۖ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ ۖ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى ۚ أُولَٰئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ
Dan seandainya Kami jadikan Al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut Al-Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: “Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang Mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman, pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (QS Fushshilat: 44)
Praktek Cara Agar Hidup Mudah dengan Al-Quran Diterapkan dalam Keluarga
Ketika mendapat musibah, ujian, terasa berat hidup atau mendapat hal yang membuat hati sempit, tidak menerima atau kecewa berat, bahkan ketika kita malas melakukan berbagai kebaikan atau malas mengerjakan tugas kita, maka coba lakukan hal berikut:
“Membaca Al-Quran selama 10 menit atau sampai Anda merasa cukup. Jika bisa, bacalah dengan suara agak keras ketika di awal-awal musibah dan kejadian yang sangat mengecewakan.”
Setelah selesai membaca Al-Quran, insyaAllah hati menjadi lebih tenang dan emosi akan stabil. Dengan keadaan ini, kita bisa berpikir jernih menghadapi suatu masalah dan ujian. Tiba-tiba kita mendapatkan kekuatan untuk bersemangat kembali melakukan hal-hal bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita dengan izin Allah.
Mengapa demikian? Seperti ini prosesnya:
Ketika kita mendapatkan ujian/musibah yang terasa berat atau mengalami hal-hal yang membuat kita sangat marah atau kecewa. Maka perlu diketahui bahwa perasaan itu hanya sebentar saja di awal-awalnya. Jika kita bisa mengontrol diri kita di awal-awal musibah atau kejadian itu, itu berarti kita sudah bisa sukses menghadapinya. Maka ketika di awal-awal musibah/kejadian yang sangat mengecewakan kita, segera baca Al-Quran atau istighfar terus-menerus.
Yang namanya musibah dan hal yang sangat mengecewakan itu adalah hanya di awal-awal saja. Oleh karena itu, ukuran kesabaran seseorang adalah ketika pertama kali awal mendapatkan musibah. Tidak dinilai kesabarannya setelah beberapa hari terjadinya musibah. Ini yang dijelaskan Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam, beliau bersabda,
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى
“Sesungguhnya yang namanya itu sabar adalah ketika di awal musibah.” (HR. Bukhari)
Jadi rahasianya adalah bagaimana kita mengontrol diri di awal-awal musibah atau awal-awal kejadian yang membuat kita kecewa.
Renungkanlah, sering kita berpikir kembali ketika dalam keadaan tenang: “Betapa konyolnya kita atau perbuatan kita ketika marah atau kecewa berat.” Sehingga terkadang kita malu sendiri jika mengingat-ingat perbuatan dan ucapan kita saat marah atau sedang kecewa berat.
Mengapa bisa dengan Al-Quran dan istighfar?
- Karena Al-Quran adalah penyembuh baik penyakit hati maupun penyakit fisik
Penyakit hati seperti marah, kecewa dengan takdir Allah, serta keluh kesah akan sembuh dengan Al-Quran. Allah berfirman,
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya iti dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Allah Ta’ala berfirman,
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS Al Isra’: 82)
- Dengan Al-Quran, gunung yang keras saja hancur karena takut kepada Allah, maka apalagi sekedar kerasnya hati. Allah berfirman,
ﻟَﻮْ ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَﺎ ﻫَٰﺬَﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﻋَﻠَﻰٰ ﺟَﺒَﻞٍ ﻟَّﺮَﺃَﻳْﺘَﻪُ ﺧَﺎﺷِﻌًﺎ ﻣُّﺘَﺼَﺪِّﻋًﺎ ﻣِّﻦْ ﺧَﺸْﻴَﺔِ ﺍﻟﻠَّﻪِ
“Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah.” (QS Al-Hasyr: 21)
- Istigfar termasuk berdzikir kepada Allah dan membca Al-Quran membuat kita kembali kepada Allah. Ini akan membuat kita tenang dan bisa berpikir jernih serta bisa segera mencari solusi. Allah berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28)
- Istigfar bisa menghapuskan dosa kita dan sumber semua musibah, rasa susah dan sesaknya dada adalah karena maksiat dan dosa kita sendiri. Allah berfirman,
وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ
“Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian).” (QS. Asy-Syura: 30)
Demikianlah bagaimana salah satu cara Al-Quran memudahkan hidup kita. Hendaklah membuat kita gembira dan bahagia dengan Al-Quran. Semoga kita semuanya bisa membentuk keluarga yang Qurani dan masuk surga sekeluarga tanpa hisab dan adzab.
Artikel www.muslimafiyah.com (Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)