Penyebab Suka Boros dan Gampang Berhutang
[Rubrik: Faidah Ringkas]
Perilaku orang dalam masalah harta bisa berbeda-beda, ada orang yang sangat ketat dalam masalah keuangan ada pula yang sangat longgar, ada orang yang suka boros ada pula yang suka menabung, ada orang yang belanja sesuai kebutuhan ada pula orang yang belanja sesuai keinginan. Masing-masing memiliki prinsip dan perilaku yang bervariasi. Perilaku-perilaku tersebut seringkali dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya, apakah itu keluarga, sahabat, hingga teman bergaul. Bagaimana perilaku yang sering ia jumpai, maka demikian pula kecenderungannya.
Mengapa orang suka boros dan begitu mudah berhutang? Boleh jadi karena pengaruh pergaulannya. Dia sering melihat teman-teman dekatnya berbelanja barang-barang mewah, branded, dan mahal harganya. Dia pun tidak tahan dan ikut tergoda membeli barang yang sama. Dia rela mengeluarkan sejumlah besar uang agar setara dengan circlenya. Terkadang kondisi keuangannya tidak mendukung, akhirnya dia memilih berhutang. Dia punya motor, tapi karena semua temannya bermobil maka dia harus beli mobil. Dia punya tas biasa, tapi karena semua temannya punya tas mewah maka dia harus punya juga.
Bergaul dengan orang-orang kaya sebenarnya sudah diperingatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan tidak boleh, tetapi jika terus menerus dilakukan maka hal itu bisa mengantarkan pada perasaan tidak cukup. Allah sebenarnya sudah memberikan kecukupan, tetapi dia tidak bersyukur sehingga meremehkan nikmat yang sudah diberikan oleh Allah selama ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَقِلُّوا الدُّخُولَ عَلَى الْأَغْنِيَاءِ فَإِنَّهُ أَحْرَى أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعَمَ اللَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ
“Kurangilah kunjungan ke orang-orang kaya, karena itu lebih baik agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah ‘azza wa jalla.” (HR. Hakim)
Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963)
Al Munawi rahimahullah mengatakan,
فإن المرء إذا نظر إلى من فضل عليه في الدنيا طمحت له نفسه واستصغر ما عنده من نعم الله وحر ص على الازدياد ليلحقه أو يقاربه وإذا نظر للدون شكر النعمة وتواضع وحمد.
“Apabila seseorang melihat orang di atasnya dalam (urusan) dunia, maka dia akan berambisi mengejarnya, meremehkan nikmat-nikmat Allah yang ada pada dirinya dan dia berambisi untuk mendapatkan yang lebih agara bisa menyainginya atau mendekatinya. Dengan melihat yang di bawah, seseorang akan bersyukur terhadap nikmat, tawadhu, dan memuji Allah.” (Faidhul Qadir, 3/59)
Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, dari ‘Aun bin Abdullah, beliau pernah berkata,
صَحِبْتُ الْأَغْنِيَاءَ فَلَمْ أَرَ أَحَدًا أَكْبَرَ هَمًّا مِنِّي أَرَى دَابَّةً خَيْرًا مِنْ دَابَّتِي وَثَوْبًا خَيْرًا مِنْ ثَوْبِي وَصَحِبْتُ الْفُقَرَاءَ فَاسْتَرَحْتُ
“Aku telah bergaul dengan orang-orang kaya, maka aku tidak melihat ada orang yang lebih memiliki kemauan dari pada aku, bersama mereka aku melihat ada onta yang lebih bagus dari ontaku dan aku melihat baju yang lebih bagus dari bajuku. Lantas aku bergaul dengan para faqir dan hatiku menjadi tenang.”
Oleh karena itu, hendaknya banyak-banyak melihat orang yang lebih rendah derajatnya dari kita dalam masalah harta, agar kita mudah bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki dan juga agar hati kita menjadi qanaah dan tenang.
Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
(Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)