Semut pun Mengakui Allah Ada Di Atas Langit/ Arsy
Adalah akidah yang kurang tepat mengatakan:
“Allah ada dimana-mana” (berarti Allah ada di kotoran ada di WC)
“Allah ada di hati manusia dan dekat dengan urat nadi” (berarti Allah menyatu dengan manusia, karena hati adalah hakikatnya inti dari kerajaan tubuh)
“tidak tahu tuh, wallahu a’lam aja, kita serahkan ilmunya kepada Allah” (berarti tidak mengenal Allah dunk, katanya tidak kenal maka tak sayang)
“Allah tidak di atas, tidak di bawah, tidak di kanan dan tidak pula di kiri, apalagi samping atau serong” (berati ini sama saja gak ada bendanya)
Jawabanya yang tepat adalah aqidah Ahlussunnah bahwa:
“ Allah ada di atas arsy atau di atas langit”
Terlalu banyak dalil jika dipaparkan, salah satunya bahwa semutpun mengakui bahwa Allah di atas arsy/langit. Artinyaini adalah fitrah manusia dan mahluk lainnya
Ini adalah kisahnya di Hadits, syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,
وهذه الفطرة لا يمكن إنكارها. حتى إنهم يقولون : إن بعض المخلوقات العجماء تعرف أن الله في السماء كما في الحديث الذي يروى أن سليمان بن داود عليه الصلاة والسلام وعلى أبيه خرج يستسقي ذات يوم بالناس ، فلما خرج ؛ رأى نملة مستلقية على ظهرها ، رافعة قوائمها نحو السماء، تقول: “اللهم ! إنا خلق من خلقك ، ليس بنا غنى عن سقياك” . فقال: “ارجعوا ؛ فقد سقيتم بدعوة غيركم
“Ini adalah fitrah yang tidak mungkin diingkari, hingga ulama mengatakan bahwa sebagan mahluk mengetahui bahwa Allah di atas langit. Sebagaimana dalam hadits diriwayatkan bahwa Nabi Sulaiman bin Dawud ‘alaihissalam keluar untuk meminta hujan bersama manusia. Tatkala ia keluar, ia melihat semut yang terlentang di atas punggungnya, ia mengangkat kaki-kakinya (yang banyak, untuk berdoa) ke arah langit kemudian berkata,
“Yaa Allah, kami adalah mahluk ciptaan-Mu kami sangat membutuhkan hujan-Mu”
Maka Nabi Sulaiman berkat,
“kembalilah kalian (ke lubang), kalian telah diberi hujan karena doa selain kalian.”[1]
Allah Ta’ala berfirman,
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
Artinya:
“Kemudian Dia berada di atas ‘Arsy (singgasana).” (tujuh ayat Al-Quran, yaitu Surat Al-A’raf: 54, Yunus: 3, Ar-Ra’d: 2, Al-Furqan: 59, As-Sajdah: 4 dan Al-Hadid: 4)
Dan firman Allah,
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“Yang Maha Penyayang di atas ‘Arsy (singgasana) berada.” (Toha : 5)
Rasulullah shllallahu’alaihiwasallam bersabda,
لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِي كِتَابِهِ -فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ- إِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِي
“Ketika Allah menciptakan makhluk, Dia menuliskan di kitab-Nya (Al-Lauh Al-Mahfuzh) dan kitab itu bersama-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemarahan-Ku.”[2]
Dan sabda beliau kepada Abu Hurairah,
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، إِنَّ اللهَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرَضِيْنَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ، ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi serta apa-apa yang ada diantara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia berada di atas ‘Arsy.”[3]
Demikian semoga bermanfaat
@Pogung Dalangan, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
silahkan like fanspage FB , subscribe facebook dan follow twitter
Subhaanallooh
Biismillah
Mohon maaf ana izin mengutip pernyataan di atas mengenai
” Allah tidak di atas, tidak di bawah, tidak di kanan
dan tidak pula di kiri, apalagi samping atau
serong” (berati ini sama saja gak ada bendanya)
atau
( berarti ini sama saja gak ada bendanya ( Allahnya-pent))
Komentar :
Mohon maaf Allah = benda ?
Tetapi alhamdulillah sekarang ustadzah sudah menyadari bahwa lafaz al jihah ( arah penjuru ) adalah sifat benda,
Lalu mengapa sifat itu ditetapkan bagi Allah ?
Mohon Ustadzah memberi penjelasanya agar menjadi terang ( jelas )
Wassalam
afwan, ada koreksi untuk terjemahan di bagian akhir hadits tentang semut:
فقال: “ارجعوا ؛ فقد سقيتم بدعوة غيركم
“kembalilah kalian (beliau ucapkan kepada rombangan manusia yg bersama beliau mau minta hujan)……karena kalian telah diberi hujan karena doa selain kalian (yakni semut)”.
Wallahu a’lam
Jazakallahu khaira atas perbaikannya
Di dalam dunia ini hanya ada 2 (dua), yaitu Khaliq (Allah) dan Makhluq (Ciptaan Allah).
Perumpamaan Makhluq (Jagat Raya ini) terhadap Allah adalah seperti setetes air di dalam samudera yang sangat luas.
Perhatikanlah, bumi ini kan bulat…
Orang yang berada di kutub Utara atasnya mana ?
Orang yang berada di kutub Selatan atasnya mana ?
Orang yang berada di Timur atasnya mana ?
Orang yang berada di Barat atasnya mana ?
Kesimpulannya dimana pun kita berada di dalam jagat raya ini, Allah selalu berada di atas, karena Allah berada diluar jagad raya ini dan tidak terbatas.
Tanpa merujuk kepada dalil naqli (Nash Al-Quran dan Hadits) pun, jika kita menggunakan akal kita sebagai anugerah dari Allah, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Allah berada di atas.
Itu kesimpulan dari ulama, saga hanya menukilkam dan jelas sekali dalam alquran dan hadits demikian, berpatokan dgn dalil bukan logika
Saya hanua menyampaikan silahkan mau diterima atau tidak
Barakallahu fikum