Shalat Dengan Darah Terus Mengalir Dari Luka
Pertanyaan diajukan kepada Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah (Mantan Mufti besar Arab Saudi):
س: كنت ذات يوم ألعب بالكرة، وقد حدث أن جرحت رجلي جرحا مؤلما، ودخل وقت الصلاة فتوضأت الوضوء الكامل غير أني لم أغسل مكان الجرح فكنت أصلي والدم ينزف، ودمت على هذه الحال خمسة أيام، فهل صلاتي صحيحة مع العذر، أم أنها غير صحيحة؟
Suatu hari aku bermain sepak bola kemudian kakiku terluka dan sakit. Ketika masuk waktu shalat, aku berwudhu sempurna, akan tetapi aku tidak membasuh kaki yang luka, aku shalat dengan darah yang terus mengalir. Aku terus menerus melakukannya dengan keadaan ini sealama lima hari apakah shalatku sah dengan udzur atau tidak sah?
Jawaban:
ج: الواجب في هذا: أن تجعل على الجرح شيئا كبيرا يمسك الدم، يعني: خرقة تلفها عليه أو ما أشبه ذلك مما يحبس الدم ويوقفه، حتى تمسح على هذه الجبيرة، فإن لم يتيسر فالتيمم عن ذلك بعد الوضوء ويكفي، ولكن طيلة لفه بلفافة أو جبيرة تمسح عليها.
Kewajiban anda dalam hal ini (ketika shalat), membalut/menyumbat luka dengan sesuatu yang bisa menahan darah semisal sepotong kain (kasa) atau semacamnya yang bisa menahan dan menghentikan darah. Kemudian engkau usap (air ketika berwudhu) di atas pembalut/perban tersebut. Jika tidak memungkinkan, maka bertayammum sebagai pengganti wudhu. Diusap sepanjang perban yang menutupi.[1]
Dari pendapat beliau maka, tidak mengapa shalat dengan darah yang terus mengalir. Beliau berpendapat lebih berhati-hati dengan menyumbatnya dengan perban.
Sebagaimana para sahabat dahulunya berperang dengan luka di tubuh dan baju tetapi tidak ada perintah untu k membesihkannya.
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,
مَا زَالَ الْمُسْلِمُونَ يُصَلُّونَ فِى جِرَاحَاتِهِمْ
“Kaum muslimin (yaitu para sahabat) biasa mengerjakan shalat dalam keadaan luka.”[2]
Begitu juga kisah ketika Umar bin Khattab ditusuk oleh Abu Lu’luah, beliau berkata,
وَلَا حَظَّ فِي الْإِسْلَامِ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ
“Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.” Lalu ‘Umar shalat dalam keadaan darah yang masih mengalir.”[3]
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,
ليُعلم أنَّ الدم الخارج من الإنسان من غير السبيلين لا ينقض الوضوء، لا قليله ُ ولا كثيرهُ كدم الرُّعاف، ودم الجرح
“Perlu diketahui bahwa darah yang keluar dari manusia selain dua jalan (keluar dari qubul dan dubur) tidak membatalkan wudhu baik sedikit ataupun banyak semisal darah mimisan dan darah yang keluar dari luka.”[4]
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam
@Rumah Sakit Mitra Sehat, Wates, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
silahkan like fanspage FB , subscribe facebook dan follow twitter