Faidah RingkasRemaja Islam

Stalking Termasuk Zina Hati?

[Rubrik: Faidah Ringkas]

Mengagumi lawan jenis karena keahlian atau pencapaian yang diraihnya adalah sesuatu yang wajar. Tetapi jika kekaguman ini mengantarkan pada perilaku yang melampaui batas wajar, maka hal ini bisa berbahaya. Sebagian orang yang memiliki kekaguman kepada orang lain membuat dia mencari dan terus mencari info tentang orang tersebut. Dia pun stalking seluruh sosmednya, melihat riwayat postingan dan tulisannya, penasaran dan mencari kabar terbaru tentangnya.

Jika hal ini dilakukan terus menerus, maka sulit sekali untuk selamat dari zina mata dan zina hati. Zina mata karena terus memandanginya dan zina hati karena membayangkannya yang bisa memancing gejolak syahwatnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

“Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim, no. 6925)

Jika seorang laki-laki atau perempuan mulai mengagumi lawan jenisnya bahkan tumbuh rasa cinta dalam hatinya, maka dia akan terperangkap dalam gejolak asmara, hidupnya jadi tak tenang jika tidak mendengar kabarnya, tidurnya jadi tidak nyenyak karena terus memikirkannya. Itulah yang disebut dengan al-‘isyq.

Jika seseorang sudah terperangkap dalam gejolak cinta ini maka akal dan hatinya bisa tertutup. Tak ada yang bisa mengembalikan akal dan hatinya itu kecuali kesungguhan dirinya untuk menghilangkannya atas izin Allah Ta’ala. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

هَذَا مَرَضٌ مِنْ أَمْرَاضِ الْقَلْبِ مُخَالِفٌ لِسَائِرِ الْأَمْرَاضِ فِي ذَاتِهِ وَأَسْبَابِهِ وَعِلَاجِهِ وَإِذَا تَمَكّنَ وَاسْتَحْكَمَ عَزّ عَلَى الْأَطِبّاء دَوَاؤُهُ وَأَعْيَا الْعَلِيلَ دَاؤُهُ

“Gejolak cinta merupakan jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus. Disebabkan perbedaan dengan jenis penyakit lain, baik dari segi bentuk, penyebab maupun terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar dalam hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderita sulit disembuhkan.” (Zadul Ma’ad Fi Hadyi Khairi Ibad, 4/265-274)

Di antara solusi yang paling manjur untuk mengobatinya adalah menikah dan hidup bersama dengannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَمْ أَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ

“Aku belum pernah melihat solusi untuk dua orang yang saling jatuh cinta, selain nikah.” (HR Ibnu Majah, no. 1847)

Namun jika tidak sanggup, maka tak ada solusi lain selain melupakannya dan menjauhi segala sarana yang bisa mengingatkannya dengan orang tersebut.

Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
(Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button