The Power of “Merasa Bersalah”
Pernahkah kita merasa bersalah?
Apa yang dirasakan kita merasa bersalah?
Sedih kah? Menyesalkah?
Merasa tahu diri bersalah?
Akan lain ceritanya jika kita merasa bersalah kepada seseorang
Bayangkan ketika kita didepan bos kita, kemudian ditegur karena pekerjaan tidak beres, tentunya kita berjanji akan:
-“membalasnya” dengan menunjukkann kebaikan kita ke depannya
-atau paling minimal kita “kembali bertaubat” ke tugas utama yang terbengkalai
Atau minimal ketika depan bos tidak sengaja menjatuhkan map2 dan tumpukan buku, pasti otomatis kita “merasa bersalah”, agak merendahkan diri dan meminta maaf dan tentu merapikan kembali
Karena kita “TAHU DIRI dan SADAR MERASA BERSALAH”
Nah, coba berpikir bagaimana dangan Rabb kita?
Sudah terlalu banyak dosa kita kepada Rabb kita
kenapa kita tidak:
-Sering tahu diri dan merasa bersalah
-mengemis-ngemis minta ampun dan merendahkan diri kepada Rabb kita dan inilah HAKIKAT IBADAH
-Tidak merasa sombong karena ternyata kita banyak kekurangan dihadapan Rabb kita
-pastinya “membalas” kesalahan tadi dengan melakukan kebaikan
Contohnya:
-tertinggal takbiratur ihram shalat subuh berjamaah, dibalas nanti dengan shalat dhuha agak banyak misalnya 6-8 rakaat
-lalai dengan zakat, dibalas dengan menginfakkan harta kepada fakir miskin
-maksiat dan kesalahan segera dibalas dan diiringi dengan kebaikan serta memberikan manfaat bagi manusia
Dalam Hadits,
ﺍِﺗَّﻖِ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻴْﺜﻤُﺎَ ﻛُﻨْﺖَ ﻭَﺃَﺗﺒِْﻊِ ﺍﻟﺴَّﻴِّﺌَﺔَ ﺍْﻟﺤَﺴَﻨَﺔَ ﺗَﻤْﺤُﻬَﺎ ﻭَﺧَﺎﻟﻖِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺑِﺨُﻠﻖٍُ ﺣَﺴَﻦٍ
“Bertakwalah kamu di mana saja kamu berada, dan IRINGILAH/BALASLAH keurukan dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskannya, serta pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”. (HR. at-Tirmidzi, hasan shahih)
Semoga bermanfaat bagi diri kami dan kaum muslimin
@Laboratorium Klinik RSUP DR. Sardjito, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
silahkan like fanspage FB , follow twitter , Follow Akun Faceebook
Add Pin BB www.muslimafiyah.com keempat 7E5F27DE
Akhi, ada masukan dari teman saya. Untuk bagian : “lalai dari zakat, dibalas dengan menginfakkan harta kepada fakir miskin” masih ambigu. Karena dlm ilmu fiqih, lalai dari zakat itu bisa dimaafkan, bisa juga wajib qodho’. Apalagi untuk zakat maal, apabila lalai (walaupun bertahun2), pelakunya tetap diwajibkan qodho’ utk tahun2 yg sdh dia lalaikan.
Referensi: http://islamqa.info/ar/26119
Wa’alaokumussalam,
terima kasih atas masukkannya
jika dibca seksama, maksudnya bukan dibalas sebagai kewajibam
Tapi dia hendak.mengiringi keburukan.dgn kebaikan