Yang Paling Bermanfaat

Siapa yang Tidak Ingin Kebaikan dan Berbuat Baik?
Sebagian manusia menjadikan patokan kebaikan adalah banyaknya harta semata.
Luasnya ilmu semata.
Tingginya jabatan dan kedudukan semata.
Bahkan manusia menyebut harta dengan “kebaikan” (خير/khair) sebagaimana dalam Al-Qur’an,
ﻭَﺇِﻧَّﻪُ ﻟِﺤُﺐِّ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻟَﺸَﺪِﻳﺪٌ
“Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada (AL-KHAIR) harta.” (QS. Al-‘Adiyat: 8).
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
ﻭﺇﻧﻪ ﻟﺤﺐ ﺍﻟﺨﻴﺮ – ﻭﻫﻮ : ﺍﻟﻤﺎﻝ – ﻟﺸﺪﻳﺪ
“Maksudnya adalah dan dia sungguh sangat mencintai ‘khair/kebaikan’ yaitu harta.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Akan tetapi, salah satu patokan kebaikan adalah “manfaat dan memberikan manfaat”.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟﻨﺎﺱِ ﺃَﻧْﻔَﻌُﻬُﻢْ ﻟِﻠﻨﺎﺱِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, Shahih Al-Jami’ no:3289).
Ada pohon yang menjulang tinggi,
Tapi tidak memberi manfaat sekitarnya.
Tidak memberikan buah apalagi naungan yang luas.
Bahkan akarnya memakan semua sari pati tanah,
Membuat kering tanaman sekitar.
Itulah orang yang jabatannya tinggi,
Hartanya banyak dan ilmunya tinggi,
Tapi tidak peduli sama sekali dengan sekelilingnya.
Tidak ada manfaat sedikit pun darinya
Yang dirasakan oleh manusia.
Ia hanya fokus memikirkan diri sendiri,
Menambah harta dan meninggikan kedudukan.
Tapi ada yang jabatannya tidak terlalu tinggi,
Harta tidak banyak dan ilmu tidak terlalu banyak,
Tapi memberi manfaat yang banyak,
Dan memudahkan urusan manusia.
Karena bersedekah tidak harus menunggu kaya,
Membantu tidak perlu menunggu dibantu dahulu,
Menghormati tidak perlu menunggu dihormati dahulu,
Memberi manfaat dengan apa yang ada.
Keberadaannya disenangi,
Ketiadaannya dinanti-nantikan,
Kedatangannya disambut gembira,
Kepergiannya disedihkan bahkan ditangisi.
Semoga kita semua yang dimaksud,
Paling bermanfaat bagi manusia.
Amin, ya Mujibas sa’ilin.
@ Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com