Bimbingan IslamFiqhMuamalah

Sibuk Kerja dan Liburan, Kapan belajar Agama?

Terkadang kita terlalu banyak alasan tidak mau belajar agama dan menghadiri majelis ilmu.

Hari kerja sibuk dengan pekerjaan mencari harta.

Hari libur sibuk dengan keluarga untuk liburan.

Ucapan semisal ini ada dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا

“Harta dan keluarga kami telah menghalangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami!” (Al-Fath:11)

Ayat ini turun terkait dengan sebagian orang yang tidak bisa ikut berjihad karena alasan harta dan keluarga. Syekh Abdurrahman As-Sa’diy menjelaskan:

وكان في قلوبهم مرض، وسوء ظن بالله تعالى، وأنهم سيعتذرون بأن أموالهم وأهليهم شغلتهم عن الخروج في الجهاد

“Dalam hati mereka ada penyakit dan suuzan kepada Allah Ta’ala, mereka meminta uzur karena harta dan keluarga menyibukkan mereka dari keluar jihad.” (Lihat Tafsir As-Sa’diy)

Saudaraku,

Di zaman ini salah satu cara berjihad adalah dengan belajar.

Belajar agama untuk diri sendiri, keluarga, dan agar menjadi diri yang bermanfaat bagi masyarakat.

Saudaraku,

Apabila kita ingin lulus ujian sekolah atau ujian kerja, tentu harus belajar.

Sesungguhnya kehidupan ini adalah ujian, harus dihadapi dengan ilmu dan belajar.

Setelah kematian pun ada ujiannya, salah satunya adalah “fitnah kubur”.

“Fitnah kubur” adalah pertanyaan dalam kubur yang menjadi penentu kehidupan kita yang abadi.

Saudaraku,

Apabila Anda seorang ayah pimpinan keluarga, ajaklah keluarga Anda untuk belajar agama dan menghadiri majelis ilmu.

Bagaimana bisa menjadi nakhoda bahtera rumah tangga menuju surga, sedangkan jalan ke surga saja tidak tahu?

Jalan menuju surga tersebut hanya diketahui dengan belajar dan menuntut ilmu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ﻣَﻦْ ﺳَﻠَﻚَ ﻃَﺮِﻳْﻘﺎً ﻳَﻠْﺘَﻤِﺲُ ﻓِﻴْﻪِ ﻋِﻠْﻤﺎً ﺳَﻬَّﻞَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﻪُ ﻃَﺮِﻳْﻘﺎً ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ

“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim)

Apabila kita sayang kepada istri, anak, dan keluarga, maka ajak mereka kembali belajar agama agar masuk surga bersama.

Allah berfirman:

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ

“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya.” (QS. Ar-Ra‘du: 23)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan maksud ayat ini bahwa Allah akan mengumpulkan seseorang bersama keluarganya, orang tua, istri, dan anak cucunya di surga. Ini adalah dalil satu keluarga bisa masuk surga bersama. Beliau berkata:

يجمع بينهم وبين أحبابهم فيها من الآباء والأهلين والأبناء ، ممن هو صالح لدخول الجنة من المؤمنين; لتقر أعينهم بهم ، حتى إنه ترفع درجة الأدنى إلى درجة الأعلى ، من غير تنقيص لذلك الأعلى عن درجته

“Allah mengumpulkan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai di dalam surga yaitu orang tua, istri, dan anak keturunan mereka yang mukmin dan layak masuk surga. Sampai-sampai, Allah mengangkat derajat yang rendah menjadi tinggi tanpa mengurangi derajat keluarga yang tinggi (agar berkumpul di dalam surga yang sama derajatnya, pent).” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir)

Apakah kita hanya ingin keluarga bertahan di dunia saja? Setelah terpisah dengan kematian, kemudian selesai?

Tentu tidak, sekeluarga akan masuk surga bersama dan berkumpul kembali di surga Allah yang tertinggi.

Amin, yaa mujiibas saa-iliin (perkenankanlah wahai Engkau, yang Maha Mengabulkan doa hamba yang Meminta).

@ Yogyakarta Tercinta

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel: www.muslimafiyah.com

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button