Harus Semakin Giat Edukasi Anti-Riba

Masyarakat sangat butuh edukasi anti-riba, karena oknum dan badan-badan riba — mulai dari yang besar sampai kecil-kecilan — semakin gencar dan menjemput bola, bahkan datang ke kampung-kampung kecil untuk mendorong agar masyarakat mau meminjam uang riba dari mereka, dengan berbagai iming-iming, pujian, bahkan menghalalkan berbagai cara.
Jelas saja mereka berusaha sebisa mungkin mencari klien (baca: korban), karena cara riba adalah cara paling “enak” cari uang (baca: santai-santai) di atas keringat bahkan penderitaan orang lain.
Sebagai contoh kisah yang kami dengar dan saksikan langsung:
1. Penawaran pinjaman setelah lunas cicilan motor
Ada seseorang yang baru saja selesai menyicil motor dengan cara riba (leasing), tiba-tiba keesokan harinya ditelpon oleh seseorang yang mengaku mau meminjamkan 14 juta, dengan jaminan BPKB motor yang baru saja lunas, dan mencicil lagi sesuai dengan cicilan motor sebelumnya.
Tentu orang tersebut mengatakan:
“Lebih baik saya ambil motor baru kalau begitu, nanti kalau uang 14 juta, akan habis karena tergiur beli ini dan itu.”
Tapi ia tidak jadi mengambil uang tersebut. Selang beberapa pekan, orang yang sama kembali menawarkan pinjaman 14 juta. Ia langsung menolak. Ia heran dari mana orang tersebut bisa mendapatkan nomornya. Ia pun sempat mendatangi pihak leasing cicilan untuk meminta agar nomornya tidak diberikan kepada siapa pun.
Eh, selang beberapa lama, orang itu menelpon kembali menawarkan 14 juta. Akhirnya ia agak dimarahi dan sudah tidak menelpon lagi.
2. Tawaran pinjaman bagi orang yang baru pensiun
Ada orang yang baru saja pensiun, tiba-tiba datang berbagai telepon dan pesan WA (orang ini juga heran, dari mana nomor teleponnya diketahui dan mereka tahu bahwa ia baru pensiun).
Tawaran-tawaran tersebut adalah tawaran pinjaman uang riba, yaitu akan keluar ratusan juta sebagai “penghibur” di awal pensiun, atau untuk usaha awal di masa pensiun, yang bisa dicicil dengan gaji pensiun.
3. Asisten rumah tangga yang terjerat cicilan dan rentenir
Ada seorang asisten rumah tangga, orangnya baik dan polos, tetapi jadi agak sering berbohong karena ingin meminjam uang untuk membayar cicilan hutang, serta berbohong karena belum bisa mengembalikan.
Ternyata di kampung, ia sering didatangi rentenir yang meminjamkan uang untuk beli motor baru dan berbagai peralatan rumah, bahkan juga bisa pinjam uang tunai.
4. Penawaran pinjaman di rumah sakit
Kami pribadi, di rumah sakit tempat bekerja, pernah didatangi tim bank yang menawarkan kemudahan pinjaman uang untuk beli rumah, mobil, dan lain-lain.
Kedatangan tim bank bukan sekadar datang, tapi datang membawa bonus bagi yang pinjam hari itu juga, serta promo-promo menarik.
Mereka mengatakan:
“Khusus dokter, hanya cukup KTP saja hari itu, dana sudah cair.”
5. Leasing dan KPR dengan uang muka minim bahkan nol
Leasing dan KPR sekarang semakin mudah, dengan uang muka sangat rendah, bahkan ada yang tanpa uang muka.
Orang-orang yang sejatinya tidak mampu, tetap nekat mengambil cicilan karena gengsi dan pola hidup.
Akhirnya bisa ditebak, mereka tidak mampu membayar cicilan dan barang disita.
Tentu masih banyak kisah-kisah lainnya dari pengalaman pribadi dan cerita orang lain, di mana mereka benar-benar super aktif dan benar-benar menjemput bola, bahkan membujuk-bujuk.
Pinjaman riba dan rentenir benar-benar memanfaatkan psikologi seseorang untuk menjeratnya:
1. Dengan memegang uang tunai pinjaman riba, seseorang merasa senang hari itu saja, padahal besok hidupnya merana, hina di siang hari dan tidak tenang di malam hari.
2. Dengan memegang uang tunai, seseorang akan belanja suatu hal yang terkadang tidak penting dan tidak terlalu dibutuhkan, padahal ia lupa bahwa itu uang pinjaman.
Karenanya, kita semuanya harus semakin semangat mendakwahkan anti-riba, dengan cara:
1. Menjelaskan bahaya riba baik bahaya bagi diri pribadi, masyarakat (gaya hidup meningkat), maupun negara (inflasi terus-menerus).
2. Menjelaskan bahwa hidup sederhana apa adanya jauh lebih baik daripada hidup dengan gengsi dan gaya tapi penuh utang dan cicilan.
3. Menjelaskan agar tidak mudah tergiur dengan iming-iming kemudahan (cukup KTP saja, tanpa uang muka), atau iming-iming seperti:
“Anda terpercaya bisa melunasi, karenanya kami hanya tawarkan Anda dan beberapa orang saja promo ini.”
Padahal jika mereka benar-benar percaya, tentu tidak akan meminta jaminan.
4. Memberikan edukasi agar memperhatikan lingkungan dan teman bergaul.
Apabila kita bergaul dengan teman-teman yang suka hidup gengsi, maka kita akan ikut-ikutan.
Tapi jika sering bergaul dengan orang-orang yang hidup sederhana apa adanya dan menjauhi riba, maka kita pun akan terdorong untuk mengikuti gaya hidup mereka.
5. Pengurus kampung, RT, RW maupun badan tertentu sepakat agar tidak membolehkan rentenir masuk ke kampung mereka, karena pasti akan ada yang “terjerat” dengan berbagai iming-iming kemudahan.
Semoga kita semua dijauhkan dari riba dan utang yang menjerat.
Silakan baca tulisan-tulisan kami terkait riba, utang, dan gaya hidup di:
@ Lombok, Pulau Seribu Masjid
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com