Aqidahsekedar sharing

Perdukunan Bertentangan dengan Ajaran Islam

[Rubrik: Sekedar Sharing]

Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah, perdukunan itu tidak sesuai dengan aqidah Islam.

Praktek perdukunan seperti menebak hal ghaib, meramal masa depan, melakukan pelet, sihir dan sebagainya, itu semua tidak sesuai dengan aqidah umat Islam. Aqidah yang benar dalam Islam adalah meyakini bahwa Allah satu-satunya Zat yang Mengetahui perkara ghaib. Allah ta’ala berfirman:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ …

“Katakanlah (Muhammad), ‘Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” [An-Naml: 65]

Tidak ada pula istilah dukun putih, meskipun dukun tersebut berpakaian seperti kyai, ustadz, ulama, memakai surban, jubah putih, kopiah, tetapi mereka (mengaku bisa) mengetahui hal ghaib, melakukan praktek sihir, pelet, tetap saja mereka dinamakan dukun. Dan kebanyakan dari apa yang mereka ucapkan adalah kebohongan.

Allah berfirman:

هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَىٰ مَنْ تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُ {٢٢١} تَنَزَّلُ عَلَىٰ كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ {٢٢٢} يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ {٢٢٣}

“Maukah Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka (setan) turun kepada setiap pendusta yang banyak berdosa, mereka menyampaikan hasil pendengaran mereka, sedangkan kebanyakan mereka orang-orang pendusta.” [Asy-Syu’ara 221-223]

Syaikh Shalih Al Fauzan berkata:
“Setan mencuri kalimat yang diucapkan malaikat, lalu ia menyampaikannya ke telinga dukun. Kemudian dukun tersebut menambahi kalimat itu dengan ratusan kebohongan. Tapi manusia tetap mempercayainya hanya karena satu kalimat yang didengar setan dari langit itu.” (lihat: Kitabut Tauhid, Terjemah ‘Aqidatu at-Tauhid Kitabut Tauhid lis-Shaff al-Awwal Ats-Tsalits Al-Aly, Syaikh Shalih al-Fauzan, hlm. 361 cetakan Ummul Qura)

Baca juga: Doa Agar Terhindar dari Syirik

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa mendatangi dukun dengan tujuan tertentu yang tidak dibenarkan dalam syariat adalah bentuk kekufuran. Beliau berabda,

مَنْ أَتىَ كَاهِنًا فَسَأَلَهُ وَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Barangsiapa yang mendatangi dukun lalu ia bertanya kepadanya dan membenarkannya, maka sungguh dia telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. al-Bazzar dengan sanad bagus) (lihat: al-Qoul al-Mufîd Syarh Kitâb at-Tauhîd, Syaikh al-Utsaimin, jilid 1, hlm. 544)

Artikel www.muslimafiyah.com (Asuhan ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK, Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button