AqidahBimbingan IslamTauhid dan Aqidah

Lebih Penting Setelah Beramal: Memohon dan Menjaga agar Amal Diterima

#IndonesiaBertauhid

-Memang beramal penting sebagai buah dari ilmu, tetapi ternyata ada yang LEBIH PENTING setelah kita beramal, yaitu lebih fokus menjaga dan memohon agar amal kita diterima

-Karena siapa yang menjamin amal yang kita lakukan diterima oleh Allah?

-Kan sayang sekali setelah lelah dan capek beramal ternyata tidak diterima, bisa jadi karena riya atau memang niat yang tidak ikhlas

-Lihat contoh Nabi Ibrahim alaihissalam,

√ Beliau seorang Nabi
√ Beliau membangun ka’bah rumah Allah
√ Beliau membangun atas perintah Allah

Akan tetapi beliau TETAP BERDOA MEMOHON agar amalnya diterima oleh Allah

Beliau berdoa,

ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺗَﻘَﺒَّﻞْ ﻣِﻨَّﺎ ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﺴَّﻤِﻴﻊُ ﺍﻟْﻌَﻠِﻴﻢُ

“Ya Allah, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-
Baqarah: 127).

-Maka apalagi kita yang bukan Nabi dan tidak mendapatkan wahyu, tentu lebih layak berdoa dan memohon agar amal kita diterima

-Karenanya setiap subuh/dzikir pagi kita berdoa,

ﺍﻟﻠّﻬﻢَّ ﺇﻧّﻲ ﺃﺳﺄﻟﻚ ﻋﻠﻤﺎً ﻧﺎﻓﻌﺎً، ﻭﺭﺯﻗﺎً ﻃﻴﺒﺎً، ﻭﻋﻤﻼً ﻣُﺘﻘﺒّﻼً

“Ya Allah sesungguhnya saya memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima” (shahih. HR. Ibnu Majah)

-Salah satu cara agar amal diterima  adalah berusaha memyembunyikan amal

Dalam hadits,

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪَ ﺍﻟﺘَّﻘِﻰَّ ﺍﻟْﻐَﻨِﻰَّ ﺍﻟْﺨَﻔِﻰَّ

“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka menyembunyikan amalnya ” (HR. Muslim)

-Tentunya berusaha ikhlas ketika akan, sedang dan telah beramal, ulama menjelaskan:

“Jika merasa ikhlas berarti belum ikhlas, jika merasa belum ikhlas berarti insyaAllah ikhlas”

-Ikhlas memang perkara yang berat dan kita senantiasa selalu menjaganya

Teringat perkataan Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah

ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي ؛ لأنها تتقلب علي

“ Tidaklah aku berusaha untuk mengobati sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak-balik.”
[Jami’ Al-‘ulum wal hikam hal. 18, Darul Aqidah, Koiro, cet.I, 1422 H]

@Di Antara Langit dan Bumi Allah, Pesawat Garuda, Bengkulu-Jakarta-Yogyakarta

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button