Faidah RingkasKesehatan IslamRemaja Islam

Puber Kedua Pria dan Solusinya

[Rubrik: Faidah Ringkas]

Setiap pria dan wanita pasti mengalami masa pubertas yang umunya terjadi di usia remajanya. Pada masa tersebut, seorang anak akan mengalami perubahan fisik, sikap, dan pematangan organ reproduksi. Faktanya, ketika seseorang telah memasuki usia paruh baya, masa puber ini kembali datang yang kerap diistilahkan dengan puber kedua, yang diistilahkan dengan midlife crisis. Penting diketahui bahwa istilah ini lebih erat kaitannya dengan kondisi psikologis, bukan dari sisi medis.

Walaupun juga terjadi pada wanita, puber kedua ini lebih banyak terjadi pada pria. Seorang pria yang mengalami puber kedua akan terjadi perubahan perilaku maupun sifat pada dirinya seakan kembali seperti remaja.

Masa puber kedua sering dikaitkan dengan umur 40 tahun, karena kebanyakan di usia ini aspek-aspek kehidupan dari seorang pria mulai stabil sehingga bisa memancing munculnya kejenuhan, ketidakpuasan, serta perubahan pada perilaku, penampilan, dan hubungan. Jika kejenuhan itu ada pada aspek hubungan bersama pasangan, maka untuk sebagian pria bisa berujung pada perselingkuhan.

Jika usia muda dia habiskan berjuang untuk mencari nafkah dan kehidupan yang layak, dia mungkin tidak memikirkan wanita lain, tetapi jika dia merasa kehidupannya mulai stabil maka ruang untuk memikirkan wanita lain bisa terbuka lebar dan saat itulah fitnah wanita akan semakin menguat. Perlu dicamkan baik bahwa fitnah yang menimpa pria terletak pada wanita. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Aku tidak meninggalkan satu godaan pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 2740)

Solusi Menghadapi Puber Kedua

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menghadapi midlife crisis, diawali dengan terlebih dahulu menyadari perubahan tersebut, sehingga sedari dini dia berusaha mengatasinya. Kemudian dia mencari dukungan orang terdekat. Peran pasangan di fase ini sangat dibutuhkan, seperti memberikan perhatian yang lebih, berusaha mengkomunikasikan tentang hal-hal yang dia inginkan.

Di antara caranya adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat atau berusaha menyalurkannya melalui hobinya, sehingga tersibukkan dari hal yang tidak bemanfaat, alih-alih berbuat aneh-aneh. Pasangan perlu memaklumi dan mengizinkannya, karena dengan seperti itu dia bisa terhindarkan dari perilaku yang tidak baik.

Solusi lain tentu saja menumbuhkan ketakwaan dalam hati, karena ketakwaan itulah yang bisa menghindarkan seseorang dari berbuat maksiat, dari berbuat zina, dan selingkuh dengan wanita lain.

Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK. (Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button